Sebagai seorang adik Andra merasa khawatir dengan kondisi Andini makanya sejak semalam hingga pagi ini dia berusaha membujuk Andini agar keluar kamar dari kamarnya. Bertanya, apa yang terjadi? Apa Andini sakit? Atau ada masalah dengan Ali? Semua pertanyaan Andra tidak dijawab sama sekali.
"Kak! Ayo keluar, Kak! Bilang sama aku ada apa? Kenapa Kakak ngurung diri di kamar?"
Masih tidak ada jawaban dari Andini.
"Gimana? Kak Andini udah mau ngomong?" tanya Endy yang juga mengkhawatirkan Andini.
Andra menggeleng kepalanya pelan. Sementara Endy mulai mengerti sebesar apa rasa khawatir Andra pada Andini saat tahu Eva memiliki hubungan dengan Ali waktu itu. Ya, Andini tidak punya siapapun dalam hidupnya dan jika bukan Andra yang berusaha membahagiakannya siapa lagi?
Handphone Andra berdering dan Andra langsung menjawab telepon dari asisten pribadinya alias Davi. Endy pun memperhatikan wajahnya yang cukup tegang.
"Apa?! Kerja sama dengan kolega dari Amerika terancam dibatalkan?" tanya Andra memastikan kalau dia tidak salah mendengar.
"Iya. Itu semua karena Lo suka nunda-nunda meeting."
"Gue nunda meeting karena ada urusan keluarga. Jadi, Lo sama Nisa urus aja urusan kantor sekarang."
"Tapi hari ini kesempatan terakhir."
Andra tidak mau mendengarkan Davi dan memilih untuk memutuskan sambungan telepon begitu saja. Lalu menyimpan kembali handphonenya dan kembali fokus pada tujuannya yakni membujuk Andini agar keluar dari kamar.
"Lebih baik Lo ke kantor," kata Endy menahan tangan Andra yang hendak mengetuk pintu Andini.
"Enggak."
"Kalau Lo gak ke kantor terus-terusan seperti ini perusahaan bisa bangkrut. Mama bisa marah dan Lo pikir Kak Eva akan suka Lo kaya gini?! Enggak!"
"Terus maksud Lo, gue harus ninggalin Kak Andini dalam kondisi kaya gini?! Gue gak bisa, Endy! Dia itu pernah depresi dan gue gak mau itu terjadi lagi?!"
"Gue tahu Lo khawatir sama Kak Andini dan gue juga. Tapi pikirkan soal perusahaan yang katanya Lo dan Mama pertahankan sejak lama. Kalau perusahaan bangkrut dan kantor ditutup artinya usaha kalian sia-sia! Jadi, lebih baik Lo ke kantor! Urusan Kak Andini biar gue yang urus!"
Andra ragu tapi Endy meyakinkannya bahwa dia bisa mengurus Andini.
"Lo serius bisa urus masalah Kak Andini?"
"Iya. Kalau perlu nanti gue minta bantuan Amel sama Kak Eva. Lo percaya kan sama mereka?"
Andra menghela nafas dan mengangguk pelan.
***
Selesai sarapan berempat Ibu Sagita dan Bapak Kosim langsung pergi ke jongko. Sementara Amel dan Eva ke kamar dulu mengambil tas, dan handphonenya.
"Kak, aku ngomong sesuatu sama Kakak."
"Kamu mau ngatur pertemuan kakak sama Andra lagi? Udahlah, Mel. Jangan kaya gitu lagi. Kakak gak mau kalau sampai kejadian Keynan waktu itu terulang lagi."
Amel merasa bersalah tapi Amel tetap menahan Eva saat Eva sudah ada di pintu rumah.
"Ini penting, Kak."
Eva menatap Amel yang terlihat serius. Lantas Amel pun menuntun Eva agar duduk di kursi depan rumah. "Ada apa?" tanya Eva penasaran.
"Sebenarnya kemarin sebelum kakak sama Kak Andra ke sini aku lihat Kak Andini pulang ke rumah Pak Arman dan Kak Andini ribut sama Kak Ali."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)
FanfictionFollow dulu sebelum baca. Cinta macam apa ini? Mereka menikah dengan paksaan dan penuh ancaman, untuk menyelamatkan hubungan lain. Tapi apa yang terjadi setelah pernikahan berlangsung? Masalah lain muncul hingga semuanya semakin rumit. Sementara hub...