SEBELAS: Kopi untuk semua orang

217 28 2
                                    

Endy menghentikan motornya di depan gedung tinggi sesuai alamat kantor yang diberikan Andra pada Eva tempo hari. Karena hari ini Eva akan mulai bekerja pada Andra. Makanya diantar oleh Endy seperti ini.

"Kak! Lo yakin mau kerja sama cowok itu?"

"Ya iyalah, Endy! Kalau enggak? Ngapain gue ke sini?!"

"Kak! Kita minta uang sama Bapak dan Ibu aja. Biar Lo gak perlu kerja sama cowok itu!"

"Lo pikir uang 30 juta itu sedikit? Banyak, Endy! Lagian dari mana Bapak sama Ibu punya uang sebanyak itu? Kalaupun punya, lebih baik uangnya ditabung buat kuliah Lo semester depan dan keperluan lainnya," kata Eva menatap Endy yang mendengarkan ucapan Eva dengan baik-baik. "Masalah gue? Biarin gue yang menyelesaikan semuanya sendiri. Tugas Lo cuman kuliah dengan benar. Oke?!"

Endy hanya bisa mengangguk pasrah.
Tidak lama kemudian Andra datang dan langsung menatap Eva dan Endy dengan tatapan tajam.

"Bagus! Kamu datangnya tepat waktu! Sekarang ayo masuk?!"

Andra masuk ke kantornya dengan tampang sombong. Eva pun mengikutinya. Sementara Endy menatap kepergian keduanya dengan khawatir. Khawatir jika Eva diperlakukan buruk oleh Andra.

***

Sepanjang jalan menuju ruangan Andra, orang-orang menyapa Andra dengan ramah. Namun seperti hari-hari biasanya. Andra tidak pernah tersenyum sama sekali. Dia selalu dingin. Terkecuali jika ada keluarganya.

"Vanya! Kasih perempuan ini seragam Office Girl!"

Vanya mengangguk dan berlalu pergi. Sementara Eva menatap Andra dengan tajam.

"Heh! Di perjanjian kemarin gue jadi asisten pribadi Lo, bukan jadi Office Girl!"

"Iya. Tapi kamu lupa ya? Kalau saya bisa nyuruh kamu apapun. Termasuk jadi Office Girl? Atau ... jangan-jangan kamu lebih suka di penjara dari pada jadi Office Girl?"

Eva menahan amarahnya dengan meremas-remas tangannya. Karena dia tidak mau masuk penjara.

Tidak lama kemudian Vanya datang dengan membawa seragam Office Girl seperti permintaan Andra. Lalu dia menyerahkan seragam itu pada Eva. Eva pun menerimanya dan menatap Andra sinis. Setelah itu, Eva pergi untuk mengganti bajunya. Sementara Vanya menatap Andra yang sedang tersenyum dengan kening menggerut.

"Dia itu siapa, Ndra?"

"Perempuan yang nyari masalah sama aku dan aku bakalan beri dia pelajaran!"

Andra pun mulai bekerja dan melupakan masalah Eva untuk beberapa saat.

***

Usai ganti baju dan mengenakan seragam Office Girl, Eva masuk ke ruangan Andra dan Andra melihat itu dengan senyum.

"Puas Lo lihat gue pakai seragam ini?!"

Andra berdiri dari duduknya dan mendekat pada Eva. "Eits! Saya di sini atasan kamu dan kamu harus memanggil sama saya dengan sopan ya?! Tidak pakai kata 'Lo-gue' seperti barusan!" kata Andra menatap Eva dengan tajam.

"Oke! Pak Andra Syah Reza yang terhormat. Apa yang bisa saya lakukan di sini?"

Andra tersenyum puas ketika Eva memanggilnya dengan sebutan 'Pak'. Dia mengangguk dan duduk di kursinya lagi. "O iya. Tugas kamu sekarang membuatkan kopi untuk semua orang," katanya.

"Apa?! Maksudnya semua orang yang ada di kantor ini?!"

"Iya!"

"Lo gila ya?! Yang kerja di kantor ini 'kan banyak?!" protes Eva tidak terima dengan apa yang diperintahkan Andra padanya.

"Oo ... jadi, kamu lebih suka ada di penjara dari pada membuat kopi untuk semua pegawai di kantor ini?"

Lagi-lagi Eva menahan amarahnya. Dia berusaha untuk sabar. Meski sebenarnya dia tidak mau melakukannya. Tapi ... apa boleh buat? Dari pada masuk penjara.
Eva pun membuatkan kopi untuk semua orang.

Sebagian para pegawai laki-laki menggodanya. Bahkan ada yang bersikap tidak sopan padanya. Hingga membuat Eva marah. "Heh! Jangan kurang ajar ya atau saya adukan perlakuan kalian sama Pak Andra!" kata Eva tegas.

"Galak amat sih!"

"Iya. Cantik-cantik ko galak?!"

"Bodo amat! Gue gak peduli!" kata Eva tegas.

***

Andini tiba di depan kantor Andra dengan bekal makan siang untuk Andra. Dia melihat-lihat gedung dan hendak masuk. Tapi satpam melarangnya masuk.

"Maaf! Mbak, ini siapa ya?"

Andini hendak menjawab. Namun Vanya yang hendak keluar melihatnya. "Kak Andini?" katanya.

Satpam itu menggerut kening. Begitu pula dengan Andini. "Kamu ... kenal sama saya?" tanyanya.

"Kita emang gak pernah ketemu. Tapi aku tahu banyak soal Kak Andini dari Andra."

"Kamu temannya Andra?"

"Iya. Aku teman kuliah Andra yang sekarang jadi sekertaris Andra," jelas Vanya pada Andini. Lantas Andini pun mengangguk pelan. Lalu Vanya menatap satpam tadi dengan tajam. "O ya, Pak satpam! Jangan sekali-kali bersikap tidak sopan ya sama Kak Andini ini?! Karena Kak Andini adalah kakaknya Pak Andra! Atau enggak Pak satpam akan langsung dipecat?!"

"I-iya. Saya minta maaf Bu Andini. Saya gak tahu kalau Bu Andini ini kakaknya Pak Andra," kata Pak satpam ketakutan.

"Iya. Tidak apa-apa, Pak."

"Kalau gitu. Ayo kita masuk, Kak?"

Vanya membawa Andini masuk ke kantor. Lebih tepatnya lagi menuju ruangan Andra. Tapi di perjalanan menuju ruangan Andra orang-orang melihat Andini dengan tatapan aneh. Pasalnya Andini mengenakan pakaian yang cukup sederhana.

"Mbak Vanya, itu siapa?" tanya salah satu pegawai yang dilewati Vanya dan Andini.

"Ini kakaknya Pak Andra. Namanya Andini."

Orang-orang berbisik. Membicarakan pakaian Andini yang terbilang sederhana untuk ukuran orang kaya raya. Tapi Andini tidak mau mempedulikan itu. Sementara Vanya yang tahu akan hal itu langsung menatap tajam orang-orang itu hingga ketakutan.

Andini melihat Eva yang sedang memegang nampan sambil mengusap keringat, di depan ruangannya Andra. Lantas Andini langsung menghampirinya. "Kamu ngapain di sini?" tanya Andini dengan kening menggerut.

Eva sedikit terkejut melihat kehadiran Andini di kantor. Tapi beberapa saat kemudian dia tersenyum. "Ya ... kerjalah. Ngapain lagi?" katanya.

"Tapi perjanjiannya 'kan kamu itu jadi asisten pribadi. Bukan jadi Office Girl?!"

"Tanya aja sama adik, Kak Andini."

"Kalau gitu. Ikut aku ke ruangan Andra!"

Andini masuk ke ruangan Andra sambil menarik tangan Eva. Sementara Vanya mengikuti dari belakang. Andra yang sedang mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat kedatangan Andini.

"Kak Andini? Kakak ngapain di sini?"

"Tadinya kakak mau nganterin makan siang buat kamu. Sekalian kakak pengen lihat-lihat kantor kita ini kaya gimana? Tapi ... apa yang kakak lihat di sini?! Kamu maksa Eva buat jadi Office Girl! Padahal kemarin kamu sendiri bilang di depan kakak kalau Eva bakalan jadi asisten pribadi kamu, bukan jadi Office Girl!"

"Kakak jangan mau dimanfaatin sama dia dong, Kak! Dia itu cuman manfaatin kebaikan kakak!"

"Lalu kamu apa? Kamu mencoba memanfaatkan kesalahan dia dan membuatnya menuruti semua mau kamu?!"

Jangan lupa vote dan komen 😊

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang