Suasana makan malam terasa hening karena semua sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Andra mengaduk-aduk makanannya. Keynan, Mama Iren dan Ayah Edi memperhatikannya. Sementara Endy terus menyantap makanan tanpa menyadari kalau Andra menjadi pusat perhatian semua orang.
"Bagaimana? Apa kamu sudah bicara soal pernikahan ulang sama Eva?"
Pertanyaan itu membuat Andra menatap Mama Iren. Begitu juga dengan Endy yang kini mulai sadar kalau semua orang menatap Andra.
"Iya."
"Terus apa tanggapan Eva?"
Andra menyantap makanannya dan semua orang masih menatapnya.
"Dia gak jawab apapun."
Endy langsung mengerti alasan Eva diam. Karena dia tahu di sini Eva yang paling terluka. Tapi sekali lagi dia tegaskan pada hatinya, apa salah jika dia memberikan kesempatan pada Andra?
Keynan juga mengerti alasan Eva tak menjawab apapun, mengingat dia pernah mendengar obrolan Eva dan Andra waktu itu. Sementara Mama Iren dan Ayah Edi hanya bisa saling menatap dan mendoakan yang terbaik untuk Andra.
"Terus apa rencana kamu selanjutnya?"
"Aku gak akan menyerah, Mah. Karena aku gak mau Eva pergi."
Endy, Keynan, Mama Iren dan juga Ayah Edi mencari kebenaran dari perkataan Andra. Tapi melihat Andra yang tidak pernah main-main dengan perkataannya mereka mulai percaya. Andra mencintai Eva.
"Ini hanya masalah waktu."
***
Di rumah Ibu Sagita tersenyum melihat Amel mengambilkan makanan untuk Eva. Bapak Kosim pun ikut tersenyum mengingat ini adalah kali pertama mereka makan malam bersama setelah tahu kebenaran kalau Amel tertukar dengan Endy.
"Kak! Kamu makan yang banyak ya? Karena kata Kak Andra selama ini makan kakak gak bener."
Bukannya senang melihat Amel antusias begitu, Eva malah diam dan memikirkan kembali perkataan Andra yang mengajaknya menikah ulang.
"Kenapa? Kenapa kakak diam?"
Eva menggeleng kepalanya pelan.
"Kakak kangen ya sama Kak Andra?"
"Ngapain kangen sama cowok sombong kaya dia?!" katanya sambil memutar bola matanya.
"Kak Andra sombong karena dulu dia pernah di-bully dan dihina sama teman sekolahnya. Tapi sebenarnya dia itu baik."
Eva ingat bagaimana Andra menyuruhnya tidur di kamar Amel saat dia tinggal di rumah Syah Reza. Lalu dia ingat Andra pernah membelikan baju saat belanja dengan keluarganya di butik. Tapi pulangnya Andra memarahinya hanya karena Andra melihat dia mengatakan cinta pada Ali. Hingga akhirnya dia nangis sendiri di kamar dan Endy menghiburnya.
"Iya. Baik kalau ada maunya!"
Amel tidak bisa memaksa Eva lagi. Karena sejak bertemu, Eva orangnya tidak pernah mau mendengar omongan orang.
"Kak! Aku gak tahu kakak sama kak Andra itu punya masalah apa? Yang jelas kalian itu udah nikah dan apa salahnya kalau kakak memberi kak Andra kesempatan?"
Eva menatap Amel kesal. Tapi Eva menahan kesalnya, mengingat Amel belum tahu kalau dia dan Andra menikah untuk menyelamatkan hubungan Andini dan Ali. Jika saja Amel tahu, entah bagaimana Respons-nya?
"Ibu setuju sama Amel."
Eva menatap Ibu Sagita yang sudah mau bicara lagi dengannya.
"Dengar, Eva. Keputusan ada di tangan kamu. Kalau kamu kembali sama dia, Bapak akan melupakan semua terjadi sebelum ini. Tapi jika kamu tidak kembali sama dia, Bapak mau kita berempat pindah ke tempat yang sangat jauh."
Mendengar itu Eva sangat terkejut. Amel juga terkejut. Tapi karena Amel takut dengan surat ancaman yang dia terima saat di kampus, akhirnya Amel pun setuju dengan keputusan Bapak Kosim.
"Apa ini, Pak? Bapak mau memeras perasaan anak Bapak sendiri?!"
"Jangan berpikir seperti itu, Eva. Bapak bilang gini karena kita mau yang terbaik buat kamu," kata Ibu Sagita pelan.
"Kalau Bapak mau yang terbaik untuk aku, harusnya Bapak menerima apapun yang aku mau! Gak memeras aku kaya gini!"
Eva melangkah pergi dengan kesal. Dia tidak peduli dengan Amel, Bapak Kosim dan Ibu Sagita yang menatapnya kepergiannya.
***
Ali menghampiri Andini sedang makan malam berdua. Ali berdiri dari duduknya dan membuat Andini menggerut kening.
"Aku makannya udah selesai. Aku harus buru-buru ngerjain tugas kantor. Soalnya kamu tahu sendiri 'kan? Papa Edi menaikan jabatan aku dan sekarang ini aku dipercaya mengembangkan perusahaan bersama Keynan."
Setelah Ali pergi, Pak Arman datang ke meja makan dan terkejut karena melihat Ali sudah pergi ke kamarnya.
"Kalian udah selesai makan?"
"Iya, Pah. Maaf ya gak nungguin."
"Tidak masalah. Kalau kalian mau makan duluan, makan duluan aja. Jangan sungkan sama Papa."
"Makasih, Pah."
Par Arman mengangguk pelan. Lalu menyantap sarapannya dan Andini menemani.
Andini ingat dengan foto-foto tadi, terutama foto Papa mertuanya bersama Bundanya. Dia ingin bertanya. Tapi ragu.
"Aku boleh nanya gak, Pah?"
Pak Arman menghentikan aktivitasnya dan menatap Andini. "Ya, katakan. Mau nanya apa?" tanyanya.
"Kemarin aku lihat ada foto Papa sama Bunda di antara foto Ali. Apa ...."
"Bunda kamu itu teman kuliah Papa."
Andini menggerut kening dan Pak Arman tersenyum.
"Terus kenapa Papa gak bilang dari awal? Padahal pas di pertemuan keluarga waktu itu Papa lihat foto Bunda."
"Iya. Waktu itu Papa sendiri gak percaya. Ternyata anak Papa mencintai anak teman kuliah Papa, Widya. Jadi, Papa cari tahu dulu dan setelah itu Papa mau ngasih tahu kamu dan Ali. Tapi Papa lupa sampai akhirnya kamu tahu sendiri."
Andini mengangguk dengan pelan.
"O ya kalau gitu ceritakan sama aku, Pah. Bagaimana saat Bunda di kampus? Apa dia pendiam? Atau dia itu pemberani?"
"Bunda kamu itu orang yang sangat baik. Dia baik pada semua orang dan suatu hari dia gak sadar kalau ternyata ada orang yang memanfaatkan kebaikannya. Papa sebagai teman sudah mengingatkan dia. Tapi dia gak mendengarkan Papa."
"Terus?"
"Bunda kamu ditipu habis-habisan."
"Lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanya Andini sangat penasaran dengan kehidupan Bundanya saat di kampus.
"Bunda kamu mendapatkan balasan atas perbuatannya."
Andini berpikir keras. Bisa jadi orang yang nipu Bunda itu yang membuat keluargaku berantakan. Yang sudah menukar Amel dan Endy, membuat Om Reza meninggal, membuat kami (aku, Ayah dan Bunda) kecelakaan hingga Ayah dan Bunda meninggal.
Pak Arman tersenyum licik. Dalam hatinya dia bilang, Mulailah berpikir Andini. Karena di waktu yang tepat aku akan memberitahumu semuanya. Semuanya. Lalu setelah itu dorrrr. Kamu dan Ali akan berpisah untuk selama-lamanya. Kemudian kamu akan terluka. Bahkan lebih terluka dari rasa sakit yang pernah orang tuamu beri untukku.
Pak Arman beranjak dari duduk.
"Makannya udah selesai, Pah?" tanya Andini setelah sadar dari lamunannya.
"Iya."
"Ya udah, mau aku buatkan kopi?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)
FanfictionFollow dulu sebelum baca. Cinta macam apa ini? Mereka menikah dengan paksaan dan penuh ancaman, untuk menyelamatkan hubungan lain. Tapi apa yang terjadi setelah pernikahan berlangsung? Masalah lain muncul hingga semuanya semakin rumit. Sementara hub...