SEPULUH: Asisten Pribadi

227 29 0
                                    

Eva menghentikan motornya di depan rumah mewah nan megah milik keluarga Syah Reza. Dia memastikan alamat yang ditujunya adalah rumah tersebut. Sampai akhirnya satpam menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya satpam tersebut.

"Iya, Pak. Ini saya mau nganterin pesanan."

"Hah? Siapa yang pesan? Gak mungkin ada yang pesan makanan, orang di rumah lagi ada banyak makanan. Secara 'kan abis ada acara nikahan?" kata Pak satpam dengan kening menggerut.

"Ya saya gak tahu, Pak. Coba Bapak pastiin. Alamatnya benar 'kan?" kata Eva memperlihatkan Handphone yang menunjukkan alamat pemesan makanannya.

"Alamatnya sih memang benar. Tapi bentar saya tanyain dulu sama orang dalam."

"Iya."

Satpam itu menelepon rumah. Tidak lama kemudian sambungan terhubung. "Ceu Aci, tanyakan sama si Non dan Aden ada yang pesan makanan gak? Soalnya di sini ada yang nganterin makanan."

"Katanya Non Amel yang pesan."

"Oh. Ya udah, kalau gitu panggil Non Amel."

"Iya."

Satpam itu memutuskan sambungan teleponnya. Lalu satpam itu membukakan pintu pagar rumah. Setelah itu, Amel datang dengan berlarian kecil.

"Eh! Ko ....?"

Amel menunjuk ke arah Eva. Lantas Eva pun menggerut keningnya. Tak percaya orang yang memesan makanan padanya adalah adik dari orang yang mobilnya sudah dia tabrak sebanyak 3x. Bahkan dia diminta untuk ganti rugi sebanyak 30 juta rupiah.

"Kak Andraaaaa!!!"

Mendengar itu Eva terkejut. Sementara Andra yang dipanggil oleh Amel langsung datang dengan Andini. "Ada apa, Mel?" tanyanya.

"Ini, Kak! Orang yang udah ngerusakin mobil kakak waktu itu!"

Andra langsung menatap Eva tajam. Terlihat jelas di matanya kalau dia sangat marah terhadap Eva. Tapi sebelum Andra melakukan apa-apa, Eva langsung menyerahkan sebungkus makanan yang dipesan Amel pada Amel. "Saya ke sini cuman mau nganterin pesanan ini aja ko. Bukan mau nyari masalah," katanya melangkah pergi.

"Eits! Tunggu!"

Andra menarik tangan Eva kasar hingga mendekat kepadanya. "Ada apa?!" tanya Eva memberanikan diri menatap Andra tajam.

"Kamu sudah menabrak mobil saya sebanyak 3x dan kamu mau pergi begitu saja, tanpa ganti rugi?! Tidak bisa! Saya akan laporkan kamu ke polisi!" tekan Andra.

"Gue gak akan kabur! Gue cuman belum punya uang sebanyak yang Lo minta aja!"

"Itu cuman alasan dia aja, Kak!" kata Amel menatap Eva sinis.

Tanpa bicara apapun lagi, Andra menyeret Eva menuju mobilnya. Lantas Eva berusaha memberontak. Amel yang melihat itu tersenyum. Sementara Andini menggeleng dan menghalangi jalan Andra.

"Jangan, Ndra!"

Andra menatap Andini dengan kening menggerut. Senyum Amel pun hilang dari bibirnya. "Loh. Kenapa, Kak?" tanya Andra.

"Dia udah bilang dia belum punya uang buat ganti rugi. Jadi, kamu kasih dia waktu dong, Ndra. Jangan asal bawa ke kantor polisi aja. Lagian polisi itu kerjaannya bukan buat nagih uang ganti rugi kaya gini!"

"Oke. Saya gak akan bawa kamu ke kantor polisi. Tapi ... saya mau kamu jadi asisten pribadi saya selama 3 bulan. Apapun yang saya perintahkan harus kamu turuti. Jika tidak, maka kamu akan tahu akibatnya apa?!" kata Andra pada Eva dengan tegas dan penuh ancaman.

***

Mau tidak mau Eva pun menjadi asisten pribadi Andra. Yang mulai dari detik ini juga Eva harus bantu-bantu beres-beres rumah Andra bersama para ART di rumah Andra.

"Kamu yang waktu itu di panti asuhan 'kan?" tanya Andini saat Eva sedang menyapu.

"Emmm ... iya, Mbak. Mbak ini teh teman SMA-nya Kang Ali ya?"

"Iya. Kamu sendiri, pacarnya Ali ya?"
Eva menggeleng kepalanya pelan.

"Enggak. Kita mah cuman teman sekaligus tetangga, bukan pacar."

Andini mangangguk pelan. "O ya maafin adik saya ya? Dia udah kasar sama kamu tadi," kata Andini merasa tidak enak karena Andra bersikap kasar pada Eva.

"Gak apa-apa, Mbak. Ini juga salah saya yang belum bisa ganti rugi soal kerusakan mobil adik Mbak."

"Tapi ... ngomong-ngomong jangan manggil Mbak. Panggil aja kakak oke? Biar lebih akrab."

"Iya, Kak."

Eva dan Andini pun tertawa kecil.

Tak disangka ternyata ada yang mengawasi dan itu adalah Amel. Amel cemberut dengan tangan mengepal. "Kak Andini tuh nyebelin banget sih?! Malah akrab sama orang itu lagi?! Tapi ... aku gak bakalan biarin tuh orang manfaatin kebaikan Kak Andini!" katanya.

***

Endy mondar mandir di halaman rumah sambil memandangi jam tangannya. Dia khawatir dengan Eva yang niatnya mengantarkan makanan. Tapi hingga malam dia belum juga kembali.

"Endy! Kakak kamu teh belum pulang juga?" tanya Ibu Sagita dari rumah yang pintunya dibuka lebar.

"Belum, Bu."

"Ya udah telepon lagi atuh, Endy!"

Endy merogoh saku celananya. Mengambil Handphone untuk menelepon Eva. Namun sebelum telepon tersambung Eva sudah ada di depan Endy dengan motornya. Lantas Endy pun segera mematikan Handphone-nya dan menatap Eva.

"Kak! Lo dari mana aja sih?!"

"Ya ... nganterin pesanan. Apa lagi?!"

Eva menjawab Endy dengan bibir cemberut. Lalu melangkah masuk ke rumah. Endy pun mengikutinya dengan kening menggerut.

"Tapi kenapa lama?"

Di dalam rumah Ibu Sagita yang mau mencuci piring menatap Eva yang langsung mengambil minum di dapur. "Eva, kamu teh dari mana aja? Jam segini ko baru pulang?" tanya Ibu Sagita.

"Nganterin pesanan, Bu."

"Lain kali pulangnya jangan malam-malam. Bahaya!"

"Iya, Bu."

Eva melangkah pergi ke kamarnya dan Endy masih mengikutinya. Hingga saat Eva hendak menutup pintu kamar, Eva terkejut melihat Endy. "Ngapain Lo ngikutin gue?!" tanya Eva sinis.

"Gue cuman mau tahu Lo dari mana aja tadi? Gak biasanya Lo pulang sampai malam begini?!"

Eva menatap Endy sinis. "Apa urusannya sama Lo? So care banget sih Lo jadi Ade?!" katanya.

"Kak! Gue ini Ade Lo satu-satunya! Wajar dong kalau gue peduli sama Lo! Lagian kalau bukan gue, Ibu sama Bapak yang peduli sama Lo. Siapa lagi?!"

Eva mengangguk pelan. "Ya udah, Lo masuk dan tutup pintunya karena gue mau ngomong sesuatu sama Lo," katanya.

Endy pun mangangguk. Lalu masuk kamar Eva dan menutup pintunya. "Ternyata yang pesan seblak kering dan yang lainnya tadi itu adik si cowok sombong yang mobilnya gue tabrak waktu itu, Endy!" katanya.

"Hah? Ko bisa?!"

"Iya! Lo juga harus tahu. Si cowok itu tadi maksa gue buat ganti rugi atau enggak gue bakalan dibawa ke kantor polisi. Tapi kakak dia ngelarang. Sampai akhirnya dia gak jadi bawa gue ke kantor polisi dengan syarat gue harus jadi asisten pribadinya."

"Terus Lo mau gitu?!"

"Ya ... mau gimana lagi, Endy?!"


Jangan lupa vote dan komen 😊

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang