EMPAT PULUH ENAM: Rumah Teman

215 33 4
                                    

Setelah cukup lama bicara dengan Amel akhirnya Andra keluar dari ruang inap Amel karena suster meminta Andra untuk meninggalkan Amel agar Amel bisa istirahat.

Eva, Endy, Bapak Kosim dan Ibu Sagita menatap Andra yang terlihat memikirkan suatu hal. Lantas Eva menghampirinya. "Amel bilang apa?" tanya Eva pelan.

Andra tidak menjawab. Dia hanya menatap Eva dan Eva kesal karena tidak di dengarkan oleh Andra. Endy menatap keduanya dan memikirkan perkataan Amel soal Andra yang memiliki perasaan pada Eva. "Apa dia benar-benar punya perasaan sama Eva?" Batinnya.

"Oke. Kalau Lo gak mau ngasih tahu itu gak masalah. Tapi katakan sama gue apa yang Ibu katakan sama Lo?!"

Andra masih diam dengan mata yang menatap ke arah Ibu Sagita. Endy juga menatap Ibu Sagita. Sementara Ibu Sagita sendiri melangkah pergi untuk menjauhi Andra, Eva dan Endy diikuti oleh Bapak Kosim.

Kali ini Eva menyeret kopernya dan melangkah pergi ke arah lain. Endy hendak mengikuti mendadak diam saat melihat Andra sudah mengikuti Eva lebih dulu.

"Mau ke mana?"

"Ke mana aja! Yang penting gue gak ketemu lagi sama Lo!"

Andra menghalangi jalan Eva. Lalu memegang tangan Eva lembut. Tentu saja Eva bingung dengan sikap Andra yang tiba-tiba lembut ini. "Oke. Saya akan katakan apa yang Ibu kamu katakan sama saya. Tapi dengan syarat," katanya.

"Syarat?"

"Lo mau memeras gue lagi?!"

"En-enggak gitu maksudnya."

"Terus?"

Andra hanya menunduk tanpa bicara apapun. Lalu menatap Eva yang sedang menatapnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Saya cuman ...."

"Cuman mau membuat gue emosi?! Oke! Lo sukses untuk itu dan gue mohon dengan sangat untuk gak muncul lagi dihadapan gue!" tegas Eva dengan tatapan tajam.

Andra hanya bisa mematung di tempatnya saat Eva melangkah pergi dengan tangan yang menarik koper itu. Sementara Endy yang melihat itu menunggu apa yang akan dilakukan kakak kandungnya Andra pada kakak angkatnya Eva, mengingat sejak tadi dia tidak sekasar dan semenyebalkan dulu.

Endy ingat waktu Andra meneleponnya beberapa menit setelah Eva pulang dengan Ali dan Pak Arman yang dari pengajian itu.

"Halo."

"Halo. Ini siapa ya?"

"Andra Syah Reza. Ingat?"

Endy terkejut tahu Andra yang meneleponnya. Lalu Endy yang sedang di depan kamar Eva menatap Eva yang baru pulang dengan mata yang terlihat sembab karena memang habis menangis.

"Iya."

"Kalau gitu. Masih ingat pada malam di mana Eva pulang dalam keadaan tidur? Malam itu saya sudah menyentuhnya dan ...."

"Enggak mungkin!"

"Kamu yakin? Bahkan jika kamu tanyakan itu sama Eva, Eva tidak akan ingat apapun. Karena apa? Karena Eva tidak ingat apapun!"

Endy meremas tangannya kesal. Mukanya yang merah pun tidak dapat terlihat karena gelapnya malam. Namun belum sempat Endy bicara, Andra sudah bicara lagi. "Jadi, sekarang ikutin apa mau saya atau enggak kamu akan tahu akibatnya apa?!"

Endy hanya menatap kepergian kakak kandungnya yang mengikuti langkah kakak angkatnya itu.

***

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang