Ali dan Andini sudah tiba di bandara Juanda pukul 8 waktu setempat mengingat mereka berangkat cukup pagi dari Jakarta.
Sebelum pergi ke tempat tujuan, Andini dan Ali memilih untuk menikmati kopi panas yg sedang ngepul dengan dounat manis di Gloria Jeans Coffees. Tapi pikiran Andini masih melayang pada hal lain. Andini masih saja memikirkan banyak hal. Mama Iren, Amel, Endy dan juga pernikahan Andra dan Eva.
"Kamu kenapa?"
"Masih memikirkan banyak hal."
Sedikit banyaknya Ali mengerti perasaan Andini. Andini sedih untuk Mama Iren dan juga Amel. Tapi Andini juga merasa tidak bisa membantu apa-apa.
"Tenanglah sedikit karena Andra dan Eva akan menyelesaikan semuanya."
Andini mengangguk pelan sambil meneguk kopi itu. Sementara Ali yang sedang menyantap dounat memperhatikan Andini sedang sangat lekat.
"Sebaiknya kita jalan-jalan sebentar. Karena aku gak mau kalau sampai Nenek dan Kakek istriku kecewa melihat cucunya menemui mereka dalam mood yang gak baik seperti ini."
Lagi-lagi Andini mengangguk pelan. Setuju pada perkataan Ali tanpa mau membantah. Lagi pula Andini tidak punya pilihan dan tidak bisa berpikiran jernih. Pikirannya kacau mengingat kesedihan melanda Mama Iren. Wanita yang cukup lama membesarkannya itu. Padahal bukan Ibu kandungnya melainkan hanya adik ipar dari Ibunya. Tapi membesarkan dia dengan penuh cinta dan tidak pernah membeda-bedakan dia dengan Andra dan juga Amel yang ternyata bukan anak kandungnya.
Bicara soal Amel. Dia tidak tahu harus bagaimana bersikap bagaimana pada gadis itu. Yang jelas dia yakin cepat atau lambat Amel akan mulai menerima Ibu Sagita dan Bapak Kosim mengingat Amel itu anaknya haus akan kasih sayang. Maklum dari kecil Amel tidak memiliki figur Ayah. Amel juga sering ditinggal ke kantor oleh Mama Iren. Amel hanya memiliki Andra yang dianggapnya tempat dia bergantung dan juga Bi Aci, ART yang sudah seperti Ibunya.
***
Di Bandung Eva baru selesai mandi dan keluar dari kamarnya dengan mengenakan bajunya yang memang ada di rumah Neneknya. Dia membiarkan rambutnya terurai panjang, tidak seperti biasa yang selalu diikat satu ke belakang.
Dia melihat Andra sedang menyantap sarapan dengan Neneknya. Andra dan Nenek menatapnya tanpa mengatakan apapun.
"Endy belum keluar?" tanya Eva pelan.
"Belum."
Eva bergabung dan menyantap sarapan. Tapi baru satu suap menyantap nasi goreng, Eva sudah diberi pertanyaan oleh sang Nenek.
"Kenapa semalam kamu gak membiarkan suami kamu masuk kamar?"
Eva tetap melanjutkan menyantap sarapan sambil menatap Andra kesal. Karena bisa saja Andra ngadu mengingat Neneknya mudah terpengaruh. "Pernikahan aku dan dia gak SAH. Karena Endy yang menjadi wali nikah aku bukan adik kandung aku," katanya.
"Jadi, semua yang dia katakan semalam benar?"
Eva menatap Andra hanya menunduk tanpa mengatakan apapun. "Apa yang dia katakan?" tanyanya lagi.
"Apa yang kamu katakan barusan."
Kali ini Eva menatap Neneknya. "Kalau Nenek sudah tahu, terus kenapa nanya lagi?!" tanyanya kesal.
"Nenek cuman mau kamu yang ngomong."
Eva menunduk. Sebenarnya dia tidak berniat memberitahu Neneknya. Kenapa? Karena dia sendiri tidak menerima pernikahan ini. Pernikahan ini hanyalah kompromi. Dia setuju menikah dengan Andra karena takut jika Andra benar-benar sudah menyentuhnya. Dia bisa menebak Andra melakukan itu untuk Andini karena Andra berpikir dia akan merebut Ali dari Andini.
Suasana hening. Karena Andra masih diam dan Eva juga diam.
"Kalian sudah dewasa. Nenek harap kalian bisa membantu menyelesaikan masalah adik-adik kalian."
"Iya."
Eva dan Andra mengangguk pelan.
"Dan satu lagi. Nenek harap kalian bisa memberi kesempatan pada pernikahan kalian. Karena sejak awal tidak ada yang memaksa kalian untuk menikah 'kan? Kalian menikah atas kemauan kalian sendiri."
Eva dan Andra saling menatap. Tatapan Eva sangat tajam karena Neneknya tidak tahu kalau dia dipaksa. Dia jebak dan dihukum atas kesalahan yang tidak dia lakukan. Jadi, bagaimana dia bisa memberi kesempatan pada pernikahannya?
***
Wisata ke hutan mangrove Surabaya menjadi pilihan Ali mengajak Andini mengubah suasana hatinya yang tidak baik ini.
Wisata hutan mangrove Surabaya Merupakan salah satu pesona alam di Kota Pahlawan. Wisata hutan mangrove Surabaya kini dikembangkan pemerintah sebagai wahana rekreasi bagi warga yang ingin melepas penat. Fasilitas yang ditawarkan di wisata hutan mangrove Surabaya ini sudah tergolong lengkap dan terawat.
Ada dua destinasi wisata hutan mangrove Surabaya. Keduanya dapat dengan mudah dijangkau. Ada berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di kawasan ini.
Wisata hutan mangrove Surabaya yang jadi andalan kota ini adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo. Mangrove Wonorejo merupakan kawasan konservasi bakau yang sekaligus dikelola sebagai ekowisata. Tempat ini cocok bagi yang bosan dengan keriuhan kota.
Ekowisata Mangrove Wonorejo memiliki luas lebih dari 800 hektare. Berbagai aktivitas bisa dilakukan di sini. Terdapat pendopo, kantin, tempat memancing, hingga jogging track dengan panjang sekitar 2 kilometer yang dapat dinikmati para pengunjung. Lebih dari setengah jenis bakau yang ada di Indonesia tumbuh subur di kawasan ini. Vegetasi asli yang tumbuh di daerah ini didominasi oleh bakau, api-api, pidada, dan buta-buta. Beberapa jenis tumbuhan lain juga ditemukan di kawasan wisata hutan mangrove Surabaya ini seperti ketapang dan nipah.
Selain mangrove, terdapat pula 83 spesies burung eksotik dan langka seperti bambangan kuning, cangak merah, perkutut Jawa, dan punai gading. Selain itu, pengunjung juga bisa menemukan kepiting rawa di akar pohon mangrove. Ada pula monyet berekor panjang yang hidup bebas di kawasan ini.
Ekowisata Mangrove Wonorejo berada di pantai bagian timur Surabaya. Kawasan ekowisata ini tak jauh dari pusat kota, tepatnya berada di Jalan Raya Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
Untuk dapat masuk ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo pengunjung tidak dikenai biaya alias gratis. Namun, bagi yang ingin merasakan sensasi menyusuri hutan bakau dengan perahu seperti yang dilakukan Ali dan Andini saat ini, pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp 25.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak.
Pengunjung bisa menyusuri muara Sungai Brantas dengan perahu untuk mengetahui kekayaan hayati yang dimiliki hutan ini dengan waktu sekitar 20 menit. Selain perahu pengunjung juga bisa menyewa speedboat dengan kapasitas 6 orang dengan biaya sekitar Rp 300.000.
"Aku takut."
Tiba-tiba Andini bicara seperti itu sambil menatap Ali. Lantas Ali menatap Andini dengan kening menggerut.
"Takut kenapa?"
"Takut menghadapi Nenek dan Kakek."
"Memangnya apa yang mesti ditakutkan, Sayang? Justru aku merasa mereka akan bahagia bertemu dengan cucunya yang sudah lama tidak mereka temui."
Andini kembali diam dan menatap ke arah lain.
"Semoga begitu kenyataannya."
Maaf agak telat. Soalnya wattpad dari beberapa hari kemarin error'. Notifikasinya gak jalan. Terus tiba-tiba keluar dari aplikasi gitu aja pas lagi baca atau ngetik 🙏 Semoga aja errornya gak berlangsung lama ya? Karena kalau error' terus. Akunya jadi takut kalau berita wattpad yang mau dihapus itu beneran. Jadi.... Kalau itu terjadi aku terpaksa bakalan pindahkan cerita ini ke aplikasi lain.
Jangan lupa vote dan komen di bawah 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)
FanfictionFollow dulu sebelum baca. Cinta macam apa ini? Mereka menikah dengan paksaan dan penuh ancaman, untuk menyelamatkan hubungan lain. Tapi apa yang terjadi setelah pernikahan berlangsung? Masalah lain muncul hingga semuanya semakin rumit. Sementara hub...