EMPAT BELAS: Pesan Ancaman

219 24 4
                                    

Di rumah Syah Reza.

Andra yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin, ingat pada pembicaraannya dengan Andini kemarin setelah makan siang dengan Ali. Andra bertanya tentang perasaan Andini pada Ali. Namun bukannya menjawab, Andini malah berbicara soal kedekatan Ali dan Eva yang pernah Andini lihat saat di panti asuhan. 

"Kalau Kak Andini suka sama Ali, aku bisa menyingkirkan Eva dari hidup Ali kalau memang mereka itu dekat."

Andra tersenyum sinis. Lalu meraih Handphone-nya dan menelepon seseorang.

"Lo ke Jakarta dong. Kalau Lo di Jakarta gue janji. Gue bakalan masukin Lo ke perusahaan gue dan kasih Lo posisi yang bagus."

"Lo mau apa dari gue?"

"Enggak mau apa-apa."

"Bohong! Lo kira gue bego dan baru kenal sama Lo hari ini? Enggak! Gue tahu, Lo ada maunya. Makanya menjanjikan gue posisi bagus di perusahaan Lo."

"Iya deh. Gue ngaku."

"Kalau gitu mau Lo apa, Ndra?"

"Nanti gue kasih tahu. Yang jelas Lo ke Jakarta aja dulu. Oke?!"

"Iya."

Sambungan terputus dan Andra kembali tersenyum sinis.

***

Suara Handphone Eva membuat Endy yang sedang lewat depan kamar Eva menghentikan langkahnya. Lalu melirik ke pintu kamar Eva yang masih tertutup rapat. Dia pun langsung membuka kamar itu dan mendapati Eva yang masih tertidur pulas di kamarnya. Padahal sudah cukup siang dan matahari sudah mulai masuk kamarnya yang tertutupi tirai itu.

"Kak! HP Lo bunyi tuh!"

Eva yang masih tertidur menutup kupingnya rapat-rapat. "Pokoknya gue gak mau diganggu di hari yang libur ini!" katanya.

Mendengar itu Endy hanya bisa menggeleng kepalanya dan melangkah pergi. Handphone Eva sudah tidak berdering. Tapi saat Endy di ambang pintu, Handphone Eva kembali berdering sebentar. Kali ini bukan telepon, melainkan pesan.

"Jangan-jangan itu pesanan online lagi?"

Endy kembali dan melihat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Isinya sebuah ancaman.

Kalau kamu tidak datang ke rumah saya hari ini, kamu akan saya penjarakan! Usaha orang tua kamu akan saya hancurkan dan adik kamu akan saya buat dikeluarkan dari kampusnya!

"Inalillahi! Apaan nih?!"

Mendengar suara Endy, Eva langsung membuka mata dan menatap Endy dengan kening menggerut. "Ada apa, Endy?! Pagi-pagi udah rusuh di kamar orang Lo!" katanya.

Endy tidak mengabaikan perkataan Eva. Endy menghampiri Eva dan memperlihat pesan ancaman di Handphone Eva. "Nih, Kak! Ada orang yang ngancam Lo sampai-sampai mau bikin usaha Bapak dan Ibu hancur! Selain itu, katanya dia mau buat gue dikeluarin dari kampus!" katanya.

Eva menatap isi pesan itu dan langsung cemberut.

"Gue tahu ini ulah siapa?!"

"Siapa, Kak?"

"Ya ... siapa lagi yang mau ngancam gue selain cowok sombong itu?!" kata Eva meremas tangannya kesal.

***

Bapak Kosim sedang ngobrol dengan Papa Arman di depan rumah Papa Arman. Membicarakan soal pertunangan dan pernikahan Eva dan Ali yang dibatalkan.

"Jujur aja Pak Arman. Saya teh pengen banget Nak Ali yang jadi mantu saya nanti. Tapi ... mau gimana lagi? Mereka punya pilihan mereka sendiri dan kita gak bisa memaksakan kehendak kita pada mereka," kata Bapak Kosim merasa sedikit kecewa karena harapannya untuk menikahkan Ali dengan putrinya tidak bisa terlaksana.

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang