TUJUH PULUH: Tugas sebagai adik

77 19 5
                                    

Amel yang baru selesai teleponan dengan Andra menatap Endy, Ibu Sagita dan Bapak Kosim yang menatapnya dengan penasaran. Apa yang Andra bicarakan?

"Ada apa?"

"Kak Andra udah ketemu sama Kak Eva," kata Amel pelan. Lantas Endy, Bapak Kosim dan Ibu Sagita yang masih terlihat pucat itu mengucap syukur. "Tapi ... katanya Kak Eva gak mau pulang dan malah pergi sama .... siapa ya? Lupa aku!"

"Sama Elang?"

"Nah. Iya. Sama yang namanya Elang."

"Kalau sama Elang gak akan kenapa-napa," kata Endy pelan.

"Tapi gimana kalau Kak Andra dan dia berantem gara-gara Kak Andra maksa Kak Eva pulang terus Kak Eva gak mau?!"

Endy, Ibu Sagita dan Bapak Kosim tidak bisa menjawab pertanyaan Amel karena mereka pun bingung harus bagaimana menanggapi persoalan ini.

"Gimana coba?!" tanya Amel lagi dengan penuh khawatir.

"Ya ... biarkan mereka sendiri yang menyelesaikannya. Mereka sudah dewasa dan sudah tahu apa yang harus mereka lakukan," kata Bapak Kosim pelan.

Ibu Sagita mengangguk setuju. Endy pun mencoba memahami maksud Bapaknya yang tidak ingin memperburuk keadaan setelah keributan kemarin malam. Apa lagi keadaan Ibunya belum stabil setelah dinyatakan dokter mengalami serangan jantung ringan. 

"Ya udah, kalian kuliah sana."

"Enggaklah, Bu. Masa kita kuliah di saat Ibu sakit kaya gini?" kata Amel menggeleng kepalanya.

"Iya. Kita akan nungguin Ibu, di sini."

"Ibu gak kenapa-napa."

"Iya. Biar Bapak yang jagain Ibu. Jadi, kalian pergi aja kuliah."

Endy mengangguk pelan sedangkan Amel diam untuk sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Ya udah deh."

***

Mama Iren yang sedang merenung di sofa menatap ke arah suara, Ayah Edi yang sedang menikmati kopi sambil membaca koran menatapnya.

"Ada apa, Bun?"

"Bunda merasa gagal jadi orang tua. Satu sisi persidangan perceraian Andini dan Ali akan dilakukan besok. Di sisi lain hubungan Andra dan Eva juga dalam masalah."

Ayah Edi menghela nafas dan merasa permasalahan di keluarga ini memang tak pernah berhenti. Meski dirinya sebagai anggota baru tapi tetap saja dia adalah orang tua yang harus memikirkan anak-anak dari keluarga ini.

"Memang sangat disayangkan jika Andini dan Ali benar-benar berpisah. Karena dari awal Andra sudah mengambil langkah yang besar dengan menikahi Eva untuk melindungi hubungan mereka. Tapi kembali lagi pada Andini. Jika Andini tidak bisa menerima Ali yang ternyata anak dari orang yang telah menghancurkan keluarganya, kita bisa apa?" 

Mama Iren mengenang pernikahan Andini dan Ali yang dirayakan dengan penuh suka cita. Lalu bayangan saat Andra dan Eva masuk rumah muncul dengan mengatakan, "Aku dan Eva sudah menikah."

"Jika bicara tentang Andra dan Eva. Bukannya Bunda gak setuju dengan pernikahan mereka?"

"Bunda gak setuju cara mereka menikah, bukan gak setuju dengan pernikahan mereka." Air mata Mama Iren mengalir deras di pelupuk matanya. "Lagi pula gak ada perempuan yang lebih baik dari Eva untuk jadi istri Andra."

Ayah Edi setuju bahwa Eva perempuan baik dan mampu memberikan dampak baik pada Andra sebagaimana dulu memberi dampak baik pada Keynan putra kandungnya. Tapi kembali lagi pada mereka. Apakah mereka benar-benar ingin bersama atau tidak?

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang