LIMA PULUH SEMBILAN: Ada apa?

153 24 4
                                    

Amel yang sedang ada luar rumah mendengar perdebatan antara Andini Ali. Dia mengatupkan mulutnya tak percaya saat tahu musuh keluarga Syah Reza itu adalah Pak Arman, Papa mertuanya Andini.

Artinya selama ini Pak Arman pura-pura baik? Batin Amel.

"Iya! Pergi sana karena aku gak sanggup hidup sama orang yang memfitnah Papaku seperti ini?!"

Andini yang hendak pergi berbalik menatap Ali lagi. "Kamu pikir aku akan sanggup hidup sama anak dari orang yang udah menghancurkan keluarga aku?! ENGGAK!!!" kata Andini penuh kebencian.

Amel ketakutan melihat pertengkaran Andini dan Ali. "Ya Allah gimana ini?" tanya Amel pada dirinya sendiri.

Andini pergi dan Ali pun menangis sendirian di halaman rumah. Sementara Amel buru-buru masuk rumah dan hendak menelepon Andra tapi Handphone Andra mati.

"Kak Andra juga ke mana sih?! Kenapa HPnya mati?!"

***

Andra dan Eva sudah mencari Andini ke makam orang tua Andini tapi Andini tidak ada di sana. Andra sudah tanya pada penjaga makam dan penjaga makam bilang kalau dia melihat Andini tadi pagi dan sepertinya Andini tidur di makam semalaman sambil nangis. Mendengar penjelasan penjaga makam Andra semakin khawatir pada Andini.

Kini Andra bicara dengan Endy melalui sambungan telepon dari Handphone Eva di-Loudspeaker oleh Eva. Sementara tangan Andra sendiri sibuk menyetir dengan mata yang menatap jalanan.

"Kak Andini gak ke rumah ko?" kata Endy dari sambungan telepon.

"Ya udah kalau dia ke rumah kasih tahu aku oke?!"

"Iya. Tapi emangnya ada apa?"

Andra hendak menjawab tapi Eva sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Endy. "Kata Kang Ali Kak Andini menghilang sejak kemarin malam dan pas kita cari ke makam orang tuanya kata penjaga makam dia tidur semalaman di sana dan pergi tadi pagi," kata Eva sembari menatap Andra yang fokus menatap jalanan.

"Emang ada masalah apa sampai Kak Andini pergi dari rumah seperti ini?" tanya Endy yang juga terdengar khawatir.

"Kita juga gak tahu."

"Ya udah, lebih baik Lo berdua pulang dulu. Istirahat dulu karena ini udah malam."

"Iya."

Sambungan terputus.

Eva baru sadar Andra melajukan mobilnya menuju daerah rumahnya dan rumah Ali. Lalu Andra berhenti di parkiran dekat gang dan turun. Kemudian menghela nafas dan menyandar di depan mobil tersebut. Lantas Eva pun ikut turun dan berdiri di dekat Andra.

"Semoga Kak Andini udah pulang ke rumah Pak Arman."

"Iya."

"Ya udah ayo?"

Eva dan Andra melangkah masuk gang menuju rumah Pak Arman. Tapi di sana sepi.

"Assalamualaikum, Pak Arman! Kang Ali! Kak Andini!"

Eva dan Andra sudah memangil penghuni rumah yang bersebelahan dengan rumahnya tapi tidak ada jawaban dari rumah tersebut.

***

Amel yang masih ketakutan melihat perdebatan Andini dan Ali mengurung diri di kamarnya. Sampai akhirnya dia mendengar suara Andra dan Eva yang berasal dari luar, lebih tepatnya di depan rumah Pak Arman. Lantas Amel membuka jendela kamarnya dan melihat Andra dan Eva yang masih berdiri di depan rumah Pak Arman.

"Kak Andra! Kak Eva!"

Andra dan Eva beralih menatap Amel yang ada dibalik jendela kamar. Lalu Amel berlari keluar rumah dan menghampiri keduanya.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kalian."

"Ada apa, Mel?"

Amel diam dengan kepala menunduk seperti bingung. Hal itu membuat Eva dan Andra bingung sendiri apa yang ingin Amel katakan?

"Emmm ... sebenarnya ...."

"Sebenarnya?" tanya Eva menunggu perkataan Amel.

"Kamu ada masalah, Mel? Kalau kamu ada masalah kamu bilang aja. Kakak pasti akan bantuin kamu. Apapun dan gimana pun caranya?!"

Eva mengangguk dan membenarkan perkataan Andra.

"Aku gak ada masalah kok. Ini soal---"

Sebelum Amel menyelesaikan perkataannya, Handphone Eva berdering dan Eva langsung melihat nama Endy tertera dilayar Handphone yang berkedip-kedip itu. Eva menyerahkan Handphonenya pada Andra, karena bisa saja Endy memberitahukan info mengenai Andini.

"Kak Andini baru aja datang ke sini sambil bawa koper. Dia juga nangis tapi pas aku tanya dia malah mengunci diri sendiri di kamar," kata Endy dari sambungan telepon.

"Oke. Setidaknya Kak Andini ada dan dia dalam keadaan baik," kata Andra tersenyum.

Eva dan Amel pun merasa lega.

"Ya udah kalau gitu gue tutup ya teleponnya?"

"Iya."

Sambungan telepon terputus.

"Kak Andini beneran ada?" tanya Eva memastikan kalau dia tidak salah dengar.

"Iya."

"Ya udah kalau gitu Amel bisa tidur nyenyak sekarang," kata Amel dengan senyum.

"O ya tadi kamu mau ngomong apa, Mel?"

Senyum Amel pudar dan Amel bingung sendiri mau mengatakan apa? Karena Amel merasa ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahukan kebenaran yang dia dengar dari obrolan Andini dan Ali.  Sebaiknya aku gak ngomong dulu soal pertengkaran Kak Andini dan Kak Ali tadi, batinnya.

"O itu? Enggak apa-apa sih. Amel cuman senang aja kalian pergi berduaan seperti ini," kata Amel kembali tersenyum.

Andra tersenyum kecil dan Eva melangkah pergi tanpa mengatakan apapun. Tapi Andra menahan tangan Eva. Lantas Eva pun berbalik dan Amel sok sok-an menutup muka dengan senyum saat melihat Andra dan Eva saling tatap.

"Makasih."

"Makasih buat apa?" tanya Eva datar.

"Karena udah bantuin aku nyari Kak Andini."

"Aku ikut nyari Kak Andini bukan karena kamu. Aku juga khawatir sama Kak Andini."

"Apapun itu makasih."

Eva mengangguk pelan. Lalu melangkah menuju rumah orang tuanya, Bapak Kosim dan Ibu Sagita. Kali ini Andra membiarkannya pergi dengan senyum dan Amel tertawa kecil, mengejek dengan pura-pura batuk.

"Apa sih, Mel?"

"Kayanya udah ada perubahan nih? Kak Eva udah agak lembut dan manggilnya gak Lo-gue lagi."

Perkataan Amel membuat Andra sadar akan hal itu. "Eh! Iya juga ya? Ko dia agak lembut?" tanya Andra bingung sekaligus senang.

"Sedikit lagi, Kak! Semangat!"

Andra tertawa begitu melihat Amel berlagak memperlihatkan ototnya. Lalu Amel melangkah pergi mengikuti Eva menuju rumahnya. Sementara Andra melangkah pergi menuju mobil dengan senyum.

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang