TIGA PULUH DELAPAN: Gadis baik

181 31 3
                                    

Maaf cukup malam. Kondisi badan lagi kurang baik. Ini juga karena masih ada stok, belum nulis lagi 🤧

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen di bawah

Andra hendak pergi ke kantor dan Eva mengikutinya. Andra menatap Eva yang membuka pintu mobil Andra di sebelah kemudi.

"Mau ke mana?"

"Ikut."

"Ngapain? Katanya gak menerima pernikahan ini. Tapi ko ngikutin?"

Eva menatap Andra dengan kesal. "Iya! Gue gak terima pernikahan dan alasan gue masih ada di sini adalah Endy! Gue takut kalau kakak kandungnya nyakitin dia!" katanya.

"Terus kenapa mau ikut ke kantor? Mau jadi cleaning servis lagi?!"

Eva kembali menatap Andra dengan kesal dan Andra hanya tersenyum meledek. "Gue mau ketemu sama Vanya! Karena gue gak mau pertemanan gue dan Vanya berantakan gara-gara Lo!" tegasnya.

Andra tidak mengatakan apapun lagi. Dia hanya menatap Eva yang membuka pintu mobil dan masuk mobil. Setelah itu Andra masuk mobilnya dan melakukan mobilnya menuju kantornya.

Setiba di kantor karyawan-karyawan Andra berbisik-bisik saat Andra melangkah menuju ruang kerjanya dengan diikuti Eva. Karena sebagian besar dari mereka sudah tahu mengenai pernikahan Andra dan Eva. Mereka juga tahu permasalahan di dalam keluarga Syah Reza mengingat mereka hadir di acara pernikahan Andini dan Ali yang berujung kacau itu.

Ceklek

Pintu ruangan Andra dibuka oleh Andra dan saat itu Andra menemukan Vanya yang sedang berdiri di dekat meja kerja Andra dengan sebuah surat pengunduran diri. Lantas Vanya berbalik dan menatap Andra yang di belakangnya ada Eva juga.

Suasana mendadak canggung dan itulah yang di rasa ketiganya. Tapi sebisa mereka, mereka berusaha untuk biasa.

"A-aku mau ngasih ini."

Vanya mengulurkan surat pengunduran diri pada Andra. Lantas Andra dan Eva terkejut.

"Kamu serius mau berhenti kerja?" tanya Andra dengan kening menggerut.

"Iya."

"Tapi kenapa, Vanya?"

Kali ini yang bertanya Eva. Bahkan Eva melangkah menghampiri Vanya yang saling berhadapan dengan Andra.

"Aku mau ke Amerika ikut orang tua aku."

Eva menggeleng kepalanya tidak percaya mengingat sebelumnya Vanya bilang kalau dia berusaha keras untuk mendapatkan izin kerja di sini dari orang tuanya. Tapi kenapa Vanya memilih keluar dari pekerjaan ini? Apa sebegitu terlukanya hati Vanya saat tahu pernikahannya dengan Andra?

Andra?

Andra juga sangat terkejut dengan pengakuan Vanya. Tapi Andra tidak mau egois lagi setelah mengakui Vanya sebagai calon istrinya di depan keluarga dan karyawannya di pesta Mama Iren dan Ayah Edi. Namun pada kenyataannya malah mengabaikan Vanya dan menikahi Eva. Mungkin ini yang terbaik dan mungkin ini satu-satunya cara agar bisa menebus rasa bersalahnya pada Vanya.

Sejak awal (sejak kuliah) Andra tahu mengenai perasaan Vanya. Andra juga pernah memiliki perasaan yang sama pada Vanya. Tapi itu hanya berlangsung beberapa bulan. Setelah itu Andra hanya fokus pada pekerjaan dan juga keluarganya. Lalu jika bertanya mengenai perasaan Andra sekarang? Andra sendiri tidak tahu. Jadi, dia akan membiarkan Vanya pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri.

***

Amel ke kampus menggunakan motornya Eva yang diberikan Ibu Sagita tadi. Sementara Endy mengenakan mobil Amel yang dibelikan Andra belum lama ini.

Sebenarnya Amel ataupun Endy sudah menolak menggunakan kendaraan itu. Tapi Ibu Sagita dan Mama Iren memaksa. Hingga pada saat bertemu di depan kampus mereka merasa tidak enak satu sama lainnya.

Tettttttt

Suara klakson motor dan mobil dari belakang Amel dan Endy ketika mereka hanya diam dan saling pandang dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. Lalu mereka tersadar dan segera masuk ke area kampus. Lebih tepatnya ke area parkiran.

Usai memarkirkan motor dan mobil, mereka mendekati satu sama lain.

"Gue mau bicara sama Lo."

Itu yang dikatakan Endy pada Amel. Amel pun mengangguk pelan.

"Gue juga."

"Kalau gitu, ikut gue."

Endy melangkah menuju taman kampus dan Amel mengikutinya dengan langkah pelan.

Saat keduanya sudah duduk di bangku taman. Keduanya hanya diam. Sibuk dengan pikiran mereka. Hingga akhirnya Endy menatap Amel.

"Ibu sama Bapak sehat?"

"Iya. Cuman--"

"Cuman?"

"Sepertinya Ibu kangen sama Lo dan juga Kak Eva," kata Amel menatap Endy dengan senyum yang dipaksakan.

Endy menatap lurus ke depan dan tersenyum perih. Satu sisi dia senang tahu Ibu Sagita dan Bapak Kosim sehat, juga masih memikirkannya. Tapi di sisi lain dia sangat sedih mengingat Ibu Sagita dan Bapak Kosim yang merawatnya selama 18 tahun itu bukan orang tua kandungnya. Bahkan mereka sudah mengusirnya dan menukarnya dengan Amel. 

"Terus Mama gimana?" tanya Amel dengan mata yang menatap lurus ke depan.

"Baik."

"Lalu yang lainnya?"

Endy menghela nafas berat. Ya, dia tidak begitu kenal dengan keluarganya. Maksudnya keluarga kandungnya, yang sekarang ini seatap dengannya.

"Kondisi fisiknya pada baik. Tapi ... gue gak hati mereka kaya gimana?"

Mendengar itu Amel hanya mengangguk pelan.

"Sekarang Kak Andini lagi ke Surabaya sama Kang Ali. Katanya nemuin Nenek dan Kakeknya Kak Andini. Terus Ayah Edi, Kak Keynan, Kakak kesayangan Lo Andra dan Kakak gue. Eh! Maksud gue Kak Eva lagi ke kantor buat nemuin orang yang namanya Vanya," jelas Endy pelan.

Amel hanya mengangguk pelan.

***

"Kenapa?"

Eva tahu alasan Vanya mengundurkan diri dari kantor itu karena Andra. Tapi tetap saja Eva bertanya. Hingga Vanya sendiri hanya bisa tersenyum meski Eva dan Andra sendiri tahu itu senyum palsu.

"Dady, memintaku untuk gabung di perusahaannya yang di Amerika dan aku langsung setuju. Karena aku gak punya alasan untuk nolak."

"Vanya, jangan pergi."

Eva sudah menangis dan Vanya menggeleng kepalanya.

"Aku harus pergi, Eva."

Vanya memeluk Eva dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. Sementara matanya menatap Andra yang hanya diam di depan dia dan Eva.

Vanya menghapus air matanya. Lalu melepaskan pelukannya dari Eva dan beralih pada Andra. Dia memberikan surat pengunduran diri itu dan Andra menerimanya. Kemudian langsung memeluk Andra. Andra pun membalas pelukan Vanya yang pada akhirnya membuat Vanya tangis Vanya pecah.

"Maaf."

Hanya kata itu yang Andra katakan pada Vanya.

"Aku gak akan pernah terima maaf kamu kalau kamu sampai nyakitin Eva!" katanya dalam tangisnya.

Andra mempererat pelukannya pada Vanya dan Eva yang melihat itu hanya bisa menangis. Lalu menunduk dan tidak tahu harus berbuat apa.

Vanya menghapus air matanya dan melepaskan diri dari Andra. Lalu menatap Eva dengan senyum. "Eva! Kalau Andra nyakitin kamu hubungi aku oke? Karena aku gak akan diam aja. Aku ada di pihak kamu," katanya.

Eva mengangguk dalam tangisnya. Lalu Vanya pun melangkah pergi meninggalkan ruang kerja Andra, di mana Andra dan Eva menatap kepergian Vanya dengan penuh air mata.

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang