TIGA PULUH TUJUH: Terbiasa

210 27 5
                                    

Selamat hari raya idul adha ya teman-teman 🥳

Sambil makan daging qurban Yo di baca lagi ceritaku 😆

Maaf banget ya teman-teman baru update sekarang. Kemarin-kemarin aku terdampar di tempat yang gak ada sinyal, terus sibuk bantuin Mama masak-masak di dapur 🤗

Pagi-pagi di rumah keluarga Syah Reza. Eva menyiapkan sarapan bersama Bi Aci. Ya, walaupun Eva tidak menerima pernikahannya. Tapi Eva tahu tugasnya apa. Eva berusaha selayaknya menjadi menantu di rumah Syah Reza. Untuk apa? Hanya untuk memastikan Endy diterima dengan baik di keluarga ini.

Mama Iren yang baru muncul di dapur melihat Eva. Tapi Mama Iren tidak mau menegur sama sekali.

"Sarapan udah siap, Bi?"

Bi Aci menoleh pada Mama Iren dengan senyum. "Iya, Nyonya. Semuanya sudah siap karena Bibi dibantuin sama Non Eva," katanya.

Mama Iren langsung ke meja makan dan duduk di sana. Eva dan Bi Aci pun menyajikan sarapan dengan berbagai jenis. Ada roti tawar, sandwich, scrambled egg dan juga nasi goreng.

Ayah Edi yang baru datang tersenyum meski melihat ketegangan di antara Mama Iren dan Eva. Andra yang baru datang langsung mengambil roti tawar dan selainya selai nanas. Endy memilih sarapan dengan nasi goreng yang dia yakini buatan Eva. Sementara Keynan yang datang terakhir diam sebentar dan menatap Eva yang hendak duduk di sebelah Endy yang bersebelahan dengan Andra. Lantas semua orang pun langsung menatap Keynan dengan tegang terkecuali Endy yang tidak tahu apapun. 

"Keynan, ayo sarapan?" ajak Ayah Edi mengalihkan pandangan Keynan dari Eva.

Keynan mengangguk pelan. Lalu duduk di sebelah Mama Iren dan berhadapan dengan Endy. Kemudian mengambil sandwich dan menyantapnya tanpa mau melihat ke orang-orang yang ada di depannya, terutama Eva dan Andra.

"Hari ini kamu mau ke kantor, Ndra?"

Andra yang sedang mengunyah makanan mengangguk pelan mendengar Mama Iren mau bicara padanya dengan nada sedikit lembut setelah hari pernikahan itu. Lantas Ayah Edi dan juga Eva menatap Andra.

"Kalau gitu bicara baik-baik sama Vanya dan keluarganya."

Andra langsung menyimpan roti yang tinggal setengahnya itu dan mulai memikirkan Vanya. Ya, gadis baik yang mencintainya sejak lama itu bagaimana keadaannya sekarang? Maksudnya keadaan hatinya. Hatinya pasti sangat terluka tahu laki-laki yang dicintainya menikahi perempuan lain.

Eva juga merasa bersalah pada Vanya. Tapi apalah daya? Eva juga korban. Korban dari keegoisan Andra yang ingin melindungi hubungan Andini dengan Ali.

Sebenarnya Eva bisa memahami maksud Andra. Tapi tetap saja. Andra salah. Andra mempertaruhkan hidupnya untuk suatu hal sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara lain.

Keynan berdiri dari duduknya dan menatap Ayah Edi dan Mama Iren. "Aku berangkat sekarang," katanya sembari melangkah pergi.

Mama Iren, Ayah Edi, Andra dan juga Eva menatap kepergian Keynan.  Sementara Endy masih sibuk menyantap sarapannya.

Beberapa detik kemudian Mama Iren menatap Endy. "O ya Endy. Hari ini kamu kuliah?" tanyanya.

"Iya."

"Kalau gitu ambil ini."

Mama Iren memberikan Endy ATM dan juga kunci mobil. Andra dan Eva yang melihat itu terkejut. "Mah, itu mobilnya Amel yang baru aku beli," kata Andra sebagai bentuk protesnya.

"Adik kamu Endy, bukan Amel!"

"Tapi--"

"Aku juga gak mau pakai uang atau barang yang dibeli oleh orang yang menghancurkan hidup kakak aku!" kata Endy sinis.

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang