ENAM BELAS: Bule

224 23 5
                                    

Bel rumah Syah Reza berbunyi. Lantas ART yang sedang mengajari Andini masak langsung pergi untuk membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, seorang pemuda bule tersenyum pada ART itu. Lalu masuk rumah sambil menarik koper besar, tanpa dipersilakan masuk terlebih dahulu. 

"Gunaydin ...."

Teriakan itu membuat ART itu terkejut sekaligus bingung. Entah siapa orang tersebut?

Andini datang bersamaan dengan Andra dan Amel dari kamar masing-masing. Di mana Andra sedang mengenakan dasi dan Amel memakai lipstik.

"Kamu siapa?"

Pertanyaan Andini membuat bule itu menatap Andini dengan senyum. Lalu mengulurkan tangannya. "Merhaba. Benim adim Keynan Al Faruk," katanya.

Andini tidak membalas uluran tangan bule itu. Dia hanya menggerut kening seperti Andra dan Amel. Beberapa detik kemudian Andra menghampiri bule itu dan mendorongnya. "Anda siapa?! Terus ngomong apa sama kakak saya?!" katanya emosi.

Bule itu mendekati Andra dan mengulurkan tangannya. "O gak ngerti ya? Oke. Perkenalkan nama aku Keynan Al Faruk. Aku disuruh ke sini lebih dulu sama Ayah dan Bunda Iren," katanya dengan senyum.

Andini, Andra dan Amel terkejut. "Kamu anaknya Ayah Edi?" tanya Amel sambil menunjuk.

"Iya."

Melihat Andini dan Andra tidak percaya, Keynan pun merogoh saku celananya. Mengambil Handphone. "Kalau kalian gak percaya, aku bakalan Vidio call mereka sekarang juga," katanya mencoba menghubungi Ayahnya.

Tidak lama kemudian, sambungan terhubung.

Ayah Edi dan Mama Iren tersenyum sambil melambaikan tangan pada Keynan. "Kamu sudah sampai, Keynan?" tanya Ayah Edi.

"Iya. Ini sudah di rumah Bunda Iren," kata Keynan melambaikan tangan dengan senyum. Lalu memperlihatkan wajah Andini, Andra dan Amel. "Aku juga sudah kenal mereka semua."

"Bagus kalau gitu," kata Mama Iren dengan senyum.

"Andini, Andra dan Amel. Gak apa-apa 'kan kalau Keynan tinggal sama kalian? Soalnya dia tidak mau pulang ke rumah Ayah. Katanya rumah sepi karena dia hanya akan sendirian di sana," kata Ayah Edi merasa tidak enak.

Andini mengambil alih Handphone Keynan dan tersenyum sambil menggeleng kepalanya. "Gak apa-apa, Pah. Sekarang 'kan kita sudah jadi keluarga. Jadi, ini rumah Keynan juga," katanya.

"Tapi ... setelah Ayah dan Mama pulang. Kita mau bawa Keynan pulang ke rumah Ayah."

"Maksudnya Ayah sama Mama mau tinggal di rumah Ayah?" tanya Andra mengambil alih Handphone Keynan dari tangan Andini.

"Iya."

"Jangan!"

Andini, Andra dan Amel protes dengan kompak.

"Kenapa?"

"Ayah sama Mama tinggal di sini aja. Jangan di rumah Ayah! Soalnya aku gak mau jauh-jauh dari Mama!" kata Amel yang kali ini mengambil alih Handphone Keynan dari tangan Andra. Lalu menatap Andra dan Andini meminta pembelaan. "Kak Andra sama Kak Andini juga pasti sepemikiran sama aku."

"Iya."

Melihat ketiganya cemberut, Ayah Edi dan Mama Iren saling pandang. Kemudian tertawa dan mengangguk. "Ya udah, kita bicarakan pas di rumah. Mama sama Ayah juga bakalan pulang ko. Besok malam, kita sampai di rumah," kata Mama Iren.

"Ya udah, sampai ketemu besok malam. Daaaaah ...."

"Daaaaah ...."

Sambungan terputus.

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang