Endy tetap tidak mau pulang meski Eva sudah berusaha. Kini Endy malah menghindari Eva dan malah ikut bermain galah asin dengan anak-anak di lapangan. Eva mengikuti disusul oleh Andra.
"Endy! Lo beneran gak mau pulang?!"
"Iya! Ngapain gue pulang?! Jelas-jelas Ibu sama Bapak udah gak nganggap gue anaknya lagi?!" katanya sambil berusaha menangkap lawan mainnya.
"Mereka bilang kaya gitu karena--"
"Karena gue memang bukan anak kandungnya?!" tanya Endy menatap Eva kesal sampai akhirnya lawan main Endy lolos dari Endy.
Eva enggan mengatakan apapun melihat Endy mulai berkaca-kaca. Ditambah lagi anak-anak timnya memarahinya karena mereka jadi kalah. Sementara Andra menjauh karena mendapat telepon dari Mama Iren.
"Endy! Kali ini gue punya penawaran! Kalau Lo kalah dalam permainan ini dari gue, gue mau Lo ikut pulang sama gue. Tapi---"
"Kalau Lo kalah?"
"Lo boleh lakuin apapun yang Lo mau, termasuk gak pulang sama gue."
"Oke. Gue setuju."
Eva gabung dengan anak-anak yang menjadi lawan Endy. Endy tersenyum dan meremehkan Eva mengingat saat main permainan ini Eva selalu kalah dan Endy selalu menang. Tapi itu dulu saat mereka masih kecil, itu pun karena Eva sengaja mengalah agar Endy terlihat hebat di depan teman-temannya yang memang selalu mem-bully Endy. Lalu sekarang? Eva tidak akan mengalah lagi karena dia mau membawa Endy pulang ke Jakarta.
Seperti dugaan Eva, Endy kalah dari Eva hingga anak-anak yang satu tim dengan Endy memarahi Endy lagi. Endy tidak mengatakan apapun dan Eva langsung menyeretnya pergi ke rumah Nenek untuk dibawa pulang. Sementara Andra yang baru selesai menelepon mengikuti mereka.
"Kak! Kira-kira dong! Kuping gue sakit!" protes Endy kesakitan.
"Gue gak peduli! Karena gue mau Lo ikut gue pulang!"
"Pulang ke mana?!"
"Ke rumah Mama. Karena kata Mama diam-diam Mama, Ibu Sagita dan Bapak Kosim melakukan tes DNA dengan kamu dan juga Amel."
Perkataan Andra membuat Eva dan juga Endy menatap Andra. "Terus hasilnya?" tanya Eva penasaran.
"Kita bisa lihat sendiri saat kita di Jakarta."
Eva tidak lagi menyeret Endy dengan cara menjewer telinganya. Dia iba melihat Endy yang tiba-tiba diam dengan kepala menunduk. Lalu Eva membuat Endy masuk ke mobil di jok depan sebelah kemudi. Endy nurut dan tidak menolak pergi ke Jakarta lagi seperti tadi. Kemudian Andra masuk mobil di pintu depan samping Endy untuk mengemudi. Sementara Eva di belakang Andra.
Mereka tidak pamit lagi pada Nenek karena tadi sudah pamit dan jika pamit lagi takutnya Endy berubah pikiran dan tidak mau pulang.
***
Andini dan Ali tiba di depan rumah Neneknya Andini. Ketika pintu diketuk, seseorang membukanya. Seseorang yang tidak lain adalah kakeknya Andini itu terkejut melihat kehadiran Andini.
Andini dan Ali menatap Kakeknya Andini yang mengatupkan mulut hingga Neneknya Andini datang.
"Ada siapa---"
Nenek Andini juga terkejut melihat kehadiran Andini dan juga Ali. Lantas Andini yang tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nek."
"Akhirnya kamu nemuin kami setelah sekian lamanya tinggal dengan orang lain?!" kata Neneknya Andini dengan tatapan sinis.
"Mama Iren bukan orang lain."
"O sekarang kamu memanggilnya Mama?"
Kali ini Neneknya Andini menatap Andini dengan tatapan yang lebih sinis dari sebelumnya. Lantas Andini mendekati Nenek dan Kakeknya dengan sedih.
"Nek! Tolong jangan kaya gini. Aku minta maaf karena--"
"Buat apa kamu ke sini?!" kata Kakeknya Andini yang juga sinis.
"Aku mau nemuin Kakek sama Nenek."
"Lalu selama ini kamu ke mana aja?! Gak pernah sekalipun kamu datang ke sini!" kata Nenek menatap Andini dengan tajam. "Bahkan di hari kematian orang tua kamu, kamu gak mau menemui kami. Kamu terpengaruh oleh orang yang bahkan gak ada ikatan darah sama sekali sama kamu!"
"Nek, aku--"
"Sebaiknya kamu pergi dari sini!"
Andini sangat terkejut mendengar perkataan Neneknya. Begitu pula dengan Ali yang langsung mengusap punggung Andini menenangkan.
"Maaf, Nek. Waktu itu Andini tidak menemui Nenek bukan tanpa alasan. Andini cukup tertekan dengan apa yang terjadi pada orang tuanya. Andini melihat orang tuanya meninggal di depan matanya sendiri. Makanya dia mengurung diri di kamar dan Mama Iren merawat dia seperti anak kandungnya sendiri."
Kali ini Nenek dan Kakek menatap Ali yang berpegangan tangan dengan Andini. "Siapa kamu?" tanya kakeknya Andini dengan tajam.
"Aku kenal Andini sejak SMA dan setelah kecelakaan itu kami tidak ketemu lagi. Karena Andini tidak datang ke sekolah untuk--"
"Kami tidak mau tahu tentang itu!" kata Neneknya Andini.
"Untuk merayakan kelulusan dan ngambil izasah saja Andini tidak bisa datang, itu artinya Andini sedang berada dalam keadaan tidak baik," kata Ali melanjutkan perkataannya.
Nenek dan Kakeknya Andini mulai mencerna perkataan Ali. Andini yang sudah berkaca-kaca sejak tadi memegang tangan Nenek dan Kakeknya. Kemudian berlutut memohon ampun. "Aku mohon, maafkan aku. Aku salah. Aku bukan cucu yang baik buat kalian. Aku durhaka karena selama ini aku gak nemuin kalian."
***
Endy, Eva dan Andra sampai di Jakarta di rumah Mama Iren cukup malam. Mama Iren langsung menghampiri Endy di depan pintu rumah dan memperlihatkan surat hasil tes DNA antara Endy dan Mama Iren. Endy hanya mematung tanpa mengatakan apapun. Sudah diduga ini yang akan terjadi dan mau tak mau Endy harus bisa menerima kenyataan, meskipun ini cukup sulit.
Eva dan Andra kompak mengambil hasil tes DNA itu dan melihatnya. Setelah itu keduanya menatap Endy. Endy menatap Eva dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu Eva ikut berkaca-kaca dan memeluk Endy.
"Gue bukan adik kandung Lo, Kak."
"Lo tetap adik gue!"
Eva menggeleng kepalanya dan memeluk Endy yang sudah berurai air mata semakin erat.
"Kenyataannya sudah terbukti jelas. Jadi, mulai sekarang bersikaplah selayaknya anak di rumah ini."
Hanya kata itu yang diucapkan Mama Iren. Setelah itu Mama Iren berlalu pergi menuju kamarnya. Ayah Edi yang sejak tadi mengawasi menatap kepergian Mama Iren. Lalu menatap Endy yang melepas pelukannya dan membelakangi Eva yang juga menangis di dekat Andra.
Ayah Edi menghampiri ketiganya dan mengusap pundak Endy.
"Sebaiknya kalian tidur karena ini sudah malam."
"Iya."
Andra mengangguk pelan. Sebelum akhirnya Ayah Edi melangkah pergi ke kamarnya.
"Kamar Lo di lantai atas, kamar kedua dari sebelah kanan."
Endy mengangguk pelan. Setelah itu melangkah pelan menuju tangga yang akan membawanya ke lantai dua menuju kamar barunya. Sementara Eva dan Andra menatap kepergiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)
FanfictionFollow dulu sebelum baca. Cinta macam apa ini? Mereka menikah dengan paksaan dan penuh ancaman, untuk menyelamatkan hubungan lain. Tapi apa yang terjadi setelah pernikahan berlangsung? Masalah lain muncul hingga semuanya semakin rumit. Sementara hub...