LIMA PULUH DUA: Andra dan keluarganya

162 24 14
                                    

Hai hai hai aku kembaliiiii

Setelah cukup lama sibuk dengan setumpuk tugas yang bikin aku terus-terusan gadang sampai sakit, akhirnya menampakkan jejak tulisannya di sini hihihi

Ada yang kangen gak sama aku? Sama kisah ini? Semoga ada yaaaaa 😁🙈

Nih aku lanjutkan kisah ini. Tapi maaf kalau masih banyak kekurangannya, salah tanda baca, tulisannya gak dimengerti atau apalah. Aku masih belajar dan kalian jangan sungkan buat kritik dan saran kalau memang ada kesalahan yang kalian lihat. Insyaallah aku bakalan terima dan perbaiki tulisan aku

Dari pada banyak omong langsung dibaca ajaaaaa

Amel sudah keluar dari kamarnya dan siap pergi ke kampus. Dia menatap ke sekeliling saat Ibu Sagita dan Bapak Kosim sudah duduk di meja makan.

"Kak Eva di mana, Bu? Ko pas aku bangun udah gak ada?"

"Pasti dia pergi ke panti asuhan."

Amel diam untuk beberapa saat. Setelah itu melangkah ke meja makan. Duduk di kursi makan berhadapan dengan Ibu Sagita. Sementara Bapak Kosim beranjak pergi karena sarapannya sudah selesai.

"Bapak ke pasar duluan ya Bu, Mel?"

"Iya."

Bapak Kosim beranjak pergi dan Amel merasa bersalah karena tidak pernah membantu di jongko. Untuk sekedar membereskan rumah atau membuat sarapan saja dia tidak bisa. Apa lagi melakukan segalanya seperti yang dilakukan orang tuanya kandungnya ini?

"Lain kali ajarin aku masak ya, Bu?"

"Kenapa tiba-tiba mau belajar masak?" tanya Ibu Sagita dengan kening menggerut.

"Ya, karena suatu hari nanti aku harus bisa masak buat suami aku."

Ibu Sagita mengangguk pertanda bahwa dia setuju. Tapi dia tidak bisa melepas Amel secepat ini. Dia belum siap. Apa lagi mereka baru bertemu beberapa Minggu ini.

"Kenapa? Kamu udah punya calon suami?"

Amel yang sedang menyantap sarapan menghentikan aktivitasnya dan menatap Ibu Sagita. "Bukannya gitu, Bu. Aku cuman bilang suatu hari nanti, bukan sekarang," katanya.

"Dengar, Amel. Ibu gak bisa lepasin kamu untuk menikah dalam waktu yang dekat ini. Karena Ibu baru ketemu sama kamu. Ibu mau menikmati waktu Ibu sama kamu dan Bapak dulu, sebelum akhirnya nanti kamu menikah dan ikut ke rumah suami kamu."

"Iya, Bu."

"Satu lagi, Amel. Kamu jangan ngikutin jejak kakak kamu. Menikah tanpa memberi tahu orang tua itu gak baik. Apa lagi jika pada akhirnya pernikahannya bermasalah."

Amel berusaha mengerti bahwa kenyataan yang dilakukan kakak dan kakak iparnya sangat melukai Ibu Sagita. Jadi, wajar jika Ibu Sagita bersikap seperti ini.

***

Eva sedang bermain bersama anak-anak panti asuhan. Ini memang biasa dia lakukan sebelum memulai pada kegiatan belajar agar anak-anak tidak merasa bosan.

Permainan yang dimainkan adalah permainan 'sepdur' permainan tradisional sunda Jawa barat. 

Anak-anak ini diajarkan oleh Eva. Hingga mereka yang dididik dan dibesarkan oleh Enyak Ida dan Babeh Agi yang memiliki latar belakang adat Betawi bisa mengerti bahasa Sunda. Ditambah lagi karena penjaga panti asuhan yakni Mang Kirun berasal dari Sunda. Jadi, anak-anak panti mengerti adat Betawi dan Sunda.

Saat ini Eva dan salah satu anak panti menjadi gerbangnya. Sementara anak-anak lainnya menjadi ularnya.

Sepdur sepdur Mentri Mentri Maan jedur nu ka hiji nu ka dua nu ka tilu nu ka opat nu ka lima nu ka genep nu ka tujuh nu ka dalapan nu ka salapan boleh ditanggap

CINTA MACAM APA INI? (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang