Waktu berlalu begitu cepat tanpa mampu disadari. Aku bahkan kini telah berdiri depan pintu yang akan membawaku menuju belahan dunia lainnya. Masih teringat kala gema "SAH" memenuhi masjid Ar-Rayyan beberapa minggu yang lalu. Kata yang menjadi bukti keseriusan Abang ku dengan sahabatku.
"Kamu dengar abang kan... "ucap Pria yang kini masih menggenggam erat troli bag yang akan ku bawa untuk check in.
"Hah? Ah... Iya2 paham2"sahutku yang sebenarnya tidak terlalu mendengarkan ucapannya.
"Abang gak yakin. Pokoknya setelah sampai disana kamu harus buka ponsel kamu"
"okay2 siap bosqu"jawab Ku membuat Abang langsung mengelua pucuk kepalaku lembut.
"Kakak... Pokoknya jangan lupa pesan dedek semalem"
"Siap My Princess"jawabKu memeluknya erat.
"Sehat-sehat disana ya li.... Kalo rindu kami langsung pesan tiket untuk kembali ya... "ucap Arin membuatku menggeleng namun membalasnya dengan pelukan hangat.
"Aku hanya 2 tahun disana.... Tapi aku akan mendengarkan semua ucapan kalian. Aku sudah diizinkan untuk check in?"tanyaKu membuat mereka menunduk.
"adek bakal rindu kakak... Hiks"
"don't cry princess. I love you. I promise I will call you first"ucapKu menenangkan Miftah.
"Arin, jaga abang dan miftah ya. Kak Husein, Kak Ryan jangan segan untuk marahin abang kalo dia salah. Titip kedua sahabat Liana ya... "
"Li.... "ucap Seseorang yang masih memiliki ruang tersendiri dihatiku.
"Hey... Apa lagi kak. Gaess, I will be fine. Don't worry. Aku mohon doa kalian. Aku akan meninggalkan kalian dengan senyuman dan kembali membawa senyuman ini dua tahun ke depan"ucap Ku mencegah Arya untuk berbicara.
"Bukalah saat di pesawat"ucap Arya menyerahkan sebuah kotak hadiah kecil berwarna hijau daun dan biru laut yang begitu cantik. Aku menerimanya dan memasukannya di dalam tas selempang. Aku pun mendorong troli menuju tempat check in. Kemudian lanjut memasuki pesawat yang sudah siap.
"hope you enjoy beautifull"ucap Seorang pilot dengan senyum manisnya. Aku tersenyum dan melemparkan sebuah pukulan pada lengannya.
"Aku terkejut bertemu kamu disini Bi"ucapKu membuat pramugari disamping Abi menatapku penuh selidik.
"Bagaimana mungkin aku tidak menyambut wanita cantik"jawab Abi membuatku menggeleng melihat tingkah centilnya kepadaku.
"sudahlah... I am in, boy"
"of course my lady. Safe flight with me"
"okay.... Mr. Pilot"
Aku pun berjalan memasuki lorong yang akan membawaku menuju pintu masuk pesawat. Setelah nya aku mencari tempat duduk sesuai karcis. Setelah menemukannya aku langsung meletakkan tas medis dan ransel di loker atas dan duduk tenang di kursi ku.
"maaf nona, apakah anda dr. Liana?"tanya seorang pramugari yang kujawab dengan anggukan.
"kursi anda telah dipindahkan di kelas bisnis. Harap anda bisa mengikuti saya"ucap Pramugari tersebut membuatku menatapnya heran. Aku pun mengikuti pramugari tersebut tanpa bantahan. Setelah di antar menuju kursi aku pun duduk di kursi sedikit tidak nyaman karena bersebelahan dengan pria yang memakai pakaian serba hitam. Meski terlihat cassual namun sedikit menyeramkan.
"maaf mas, anda ingin minum apa?"tanya seorang pramugari menawarkan minuman kepadaku dan pria berpakaian hitam tersebut.
"pesan sesuai wanita di sebelah"ucap Pria tersebut membuat pramugari menatapku heran namun menanyakan pesananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...