Bab 28

38 2 0
                                    

Ukiran itu begitu rapih dengan tulisan tangan yang khas. Liana membacanya begitu perlahan dan tak jarang senyum tersemat saat membaca beberapa kalimat di surat tersebut. Sebuah ucapan perpisahan yang membuat Liana sadar bahwa jika memang Allah mentakdirkan pria tersebut bersama dengannya. Allah pasti akan menunjukkan jalan untuk mereka bersama. Liana menutup kembali surat tersebut dan menyimpannya dengan rapih di laci meja rias nya.

Suara ketukan pintu menyadarkan Liana dari lamunannya dan bergegas membuka pintu kamarnya dan melihat Kakak laki-laki nya berdiri dengan sebuah kantung plastik berologo salah satu minimarket.

"kakak yakin kamu belum tidur"ucap Rohman dijawab senyuman oleh Liana yang kemudian berjalan beriringan menuju Ruang tengah di lantai 2.

"mau nonton?"tanya Rohman yang langsung duduk di depan televisi sedangkan Liana memilih duduk di sofa dan mengeluarkan snack di kantung plastik ke atas meja.

"sure, I want watch thriller"jawab Liana

"hmm... How about The Gifted?"

"look so good. Okay"

Rohman pun mencari file drama thailand tersebut di hardisk berisi drama yang Dia kumpulkan bersama kedua adik perempuannya. Setelah beberapa menit Dia pun menemukan hardisk bertuliskan Drama Series.

"kita mengumpulkan film2 ini berapa lama ya dek?"tanya Rohman yang menyusul duduk di samping Liana sembari menekan tombol pada remote di tangannya.

"hmmmm sepertinya sejak Liana kuliah deh. Kan awal SMP sama SMA kita gj tertarik sama drako atau drama lainnya tertariknya sama anime"

"oh iya deh, Sampai pas kamu kuliah abang juga kuliah Umi akhirnya ngebuang komik sama cd film kita hahaha"tawa Rohman mengingat masa sekolahnya dahulu.

"Iya sampai Lili nangis pas itu dan akhirnya setengah dus komik Liana bawa ke kontrakan biar gak dibuang lagi sama Umi"

"hahaha eh... Filmnya udah mulai"

"Liana mau ice cream magnumnya kak"

"nih"

Kedua kakak beradik tersebut begitu asyik menonton film melupakan sejenak kepenatan mereka. Liana pun tak jarang tertawa melihat adegan lucu dan juga menatap serius ketika adegan yang membuatnya berfikir. Tanpa mereka sadari Arin menatap mereka dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

"kamu bagaimana dengan arya?"tanya Rohman di tengah2 adegan seru yang membuat Liana kehilangan fokusnya.

"gak gimana2. Liana gak mau memikirkan hal itu kak. Biar Allah saja yang memutuskan. Sudah kesekian kalinya Liana merasa dibohongi. ya mungkin ini yang terbaik buat Liana saat ini"ucap Liana menjawab seadanya dan kembali memakan salad buah miliknya.

"Lalu bagaimana dengan Arin?"

"Liana harap Arin gak stay di Jakarta kak. Dia sendiri disini. Liana tau kalo Arin orang yang mandiri tapi Arin selalu bersama ibunya. Liana bakal bicarain pelan2 untuk minta Arin ikut orang tuanya. Lagipun kemarin saat rapat Liana mendengar kalau Pak Husni bakal mundur dari jabatannya sebagai Direktur"jelas Liana membuat Rohman mengangguk paham.

"kalo kamu membuka hati untuk yang lain?"tanya Rohman begitu tiba2 membuat Liana menatapnya penuh tanya.

"kakak gak usah kayak Dian ya sok menjodoh-jodohkan Liana"

"hahaha ya kan siapa tau ada yang datang melamar kamu?!"

"ish jauh banget pemikirannya. Cowok yang deket aja itu2 doang. Dilamar Arya pas itu aja pertama kalinya"sahut Liana tersenyum dan menahan geli akan pemikiran kakaknya yang aneh.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang