Suasana di dalam ruangan begitu canggung bagi kedua insan yang kini duduk berhadapan dengan meja sebagai pembatasnya. Tak ada yang memulai untuk membuka pembicaraan. Terlampau sunyi hingga membuat detik jam terdengar begitu kencang beradu dengan suara jantung masing-masing. Gerakan sedikit akan membuatnya saling menatap kemudian kembali menunduk.
"Ah... Baiklah!!"ucap Arya yang membuat Liana langsung tersentak.
"Astagfirullah..."seru Liana begitu pelan sembari mengelus dadanya meredam keterkejutan yang baru saja dialaminya.
"Aku menemui saat ini untuk mengatakan bahwa aku tak sedang main-main dengan ucapanku seminggu yang lalu!"ucap Arya yang kembali membuat Liana tersentak hingga memuncratkan minuman di mulutnya.
"Ah... Maaf... Maaf"ucap Liana yang langsung mengambil beberapa lembar tissue dan membersihkan air yang keluar dari mulutnya.
"Apa kau seterkejut itu?"tanya Arya membuat Liana menatapnya dengan sedikit kesal. Siapa yang tidak akan terkejut ketika mendapat sebuah ajakan untuk menikah. Memang pria terkadang tak pernah paham dengan wanita.
"Tidak"jawab Liana begitu singkat.
"Ahh... Baiklah, tapi perkataan ku serius. Aku juga sudah menghubungi kakakmu mengenai hal ini. Tapi dia menyerahkan semua keputusan kepada kamu"jelas Arya membuat Liana semakin gugup dan menautkan kedua tangannya begitu erat.
"Aku tak tau"sahut Liana begitu pelan
"Apa yang tidak kau ketahui Li?"
"Aku tak tau maksud kakak melakukan hal ini karena apa. Aku sudah melupakan perasaanku lima tahun yang lalu. Aku saat ini tak merasakan apapun"
"Sungguh? Bahkan sedikit pun kamu tak memiliki perasaan suka padaku?"tanya Arya kembali begitu mendominasi percakapan.
"Aku tak tau"
"Lalu bagaimana agar kau bisa mengetahui perasaanmu Li?"
"Aku tak tau kak! Saat ini aku hanya fokus kepada pasien-pasien ku dan penelitian ku terkait virus baru yang telah kalian programkan"ucap Liana membuat Arya mengusap wajahnya kasar.
"Li, aku sudah katakan padamu untuk tidak ikut terlibat bukan?"
"Aku tak bisa. Aku tak terlalu paham politik, yang kupahami aku harus menemukan penawar vaksin untuk virus tersebut"ucap Liana begitu mantap menatap Arya tanpa gentar.
"Liana... Aku mohon padamu, serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mencari jalan keluarnya. Aku hanya memintamu untuk diam tak terlibat. Ini bukan persoalan satu negara. Semua negara besar terlibat dalam pembahasan ini"ucap Arya begitu memohon.
"Aku gak bisa seperti itu. Dua tahun aku mengenal bahaya virus Corona kak. Mulai dari flu, H5N1. Aku sudah mengetahui betapa bahayanya virus ini. Jika memang kakak tidak ingin aku terlibat. Berfikir lah untuk tidak bekerja sama denganku dan ungkapkan hal itu sebagai kewaspadaan awal"ucap Liana tak ingin dibantahkan
"Berikan vaksin kepada unggas dan hewan ternak lainnya. Lakukan pemeriksaan kepada para karyawan peternakan"
"Baiklah aku akan melakukan hal itu, tapi aku mohon hentikan pencarian mu mengenai virus ini"ucap Arya penuh dengan penegasan.
"Setelah kau melakukan apa yang kukatakan"sahut Liana membuat Arya mengusap wajahnya kasar.
"Aku sungguh menyukaimu Li.... Aku tak ingin kamu dalam bahaya. Aku akan membicarakan hal ini dengan Bayu hari ini. Tapi aku sungguh gak ingin kamu terlibat dengan hal ini"
"Aku paham kekhawatiran mu kak. Tapi aku tak bisa berdiam diri saja mengetahui hal ini"ucap Liana membuat Arya menatapnya dengan khawatir.
"Kau bisa ikut bersamaku ke ruangan Bayu untuk membahas hal ini. Aku sudah mengatakan semua yang berkaitan dengan virus ini. Aku akan ke ruangan Husein terlebih dahulu. Oh, dan kakakmu akan datang juga"ucap Arya
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...