Bab 27

34 1 0
                                    

Hari ini Arya diperbolehkan untuk keluar dari ruang isolasi dan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah. Hasil pemeriksaan pun menunjukkan angka penyembuhan yang cukup efektif. Liana pun merapikan barang-barang di mejanya. Menutup laporan yang beberapa saat lalu terkena goresan tinta wanita tersebut. Liana pun bergegas meninggalkan kantornya menuju ruang isolasi dan mendapati Arya yang sudah berpakaian rapi seperti beberapa bulan lalu.

Kemeja biru laut dengan celana bahan hitam dipadukan sebuah jas senada dengan celana yang dikenakan oleh Arya membuatnya nampak begitu tampan. Liana tersenyum begitu pun dengan Arya. Arya berjalan menghampir liana dan memeluk tubuh kecil liana. kebahagian melingkupi kedua insan tersebut. Rasa syukur selalu terucap dalam hati mereka. syukur atas segala perlindungan yang Allah berikan. segala kesempatan yang diberikan Allah agar hidup mereka berubah.

"hei hei.... udah lagi. peluk-peluk adek gue mulu lo!"sungut Rohman menarik tubuh Liana agar terlepas dari pelukan Arya.h

"cih, ya sudah sebentar lagi juga liana bakal di samping gue terus lebih lama daripada bareng lo"sungut Arya membuat Liana menggeleng melihat sikap kedua pria penting dalam hidupnya. tak lama setelah itu, kedua orang tua Arya datang bersama Arin menunggu di depan kaca pembatas. Liana tersenyum dan menarik arya dan rohman untuk segera keluar dari ruang isolasi.

"ma, pa"ucap Arya yang kemudian mendapat pelukan rindu dari ibunya. Air mata seorang ibu hanya akan turun kala dua hal, sedih karena tak mampu menjadi orang tua terbaik dan sedih karena melihat kebahagian bagi anaknya.

"heii, sudahlah kita lebih baik segera pulang. Arya masih butuh perawatan dan istirahat lebih"ucap dr. Husni membuat istrinya menatap geram. Liana tersenyum dan merangkul sahabatnya arin dan berjalan menyusul arya yang sudah menggandeng ibunya berjalan di depan.

"Kau ikut kami ke rumah?"tanya Arya ketika kami sudah sampai di parkiran rumah sakit. Liana menggeleng dan tersenyum.

"Aku masih ada urusan di rumah sakit"jawab Liana

"pa, kenapa kau tidak meliburkan calon menantu kita sehari ini saja sih?"sungut Ibu Arya kepada dr. Husni membuat Liana tertawa ringan.

"loh kok aku sih dek"

"hahaha, ibu liana masih harus melakukan pemeriksaan lanjutan beberapa pasien yang akan dioperasi besok. Prof. Husni sudah menawarkan Liana untuk cuti sehari tapi liana yang menolaknya"jelas Liana membuat Ibu arya menatapnya sedih.

"kau jaga kesehatan ya nduk, gak boleh terlalu capek pokoknya"ucap Ibu Arya diangguki oleh Liana yang kemudian mencium tangan wanita tersebut sebelum berpamitan. belum jauh langkah kakinya meninggalkan mobil mereka sebuah tangan menahan tangannya yang bebas.

"hmm?"tanya Liana menatap Arya sedikit terkejut.

"....."

Liana dibuat bingung dengan arya yang menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata.

"ada apa?"tanya Liana melambaikan tangan kirinya yang bebas dihadapan wajah Arya.

"Li...."

"Dokter liana! jahitan pada radit terlepas karena Dia bermain tadi"panggilseorang suster membuat Liana bingung. Namun, pasien tetaplah menjadi prioritas dirinya saat ini. Liana tersenyum kepada Arya dan melepaskan genggaman tangan arya dan berlari ke arah UGD. Arya hanya menatap kepergian liana dengan rasa bersalah. 

"Aku berjanji akan membahagiakanmu mulai saat ini"ucap Arya begitu yakin. Sampai panggilan dari keluarganya membuatnya tersadar dan kembali menuju mobil. Rohman pun menepuk pundak sang sahabat saat setelah duduk di kursi mobil.

"hati-hati ya,  sehat-sehat ya bro"ucap Rohman membuat Arya tersenyum

"thanks, oh iya.... bilangin ke yang lain gue gak sempet pamitan. Gue bakal pulang ke rumah nyokap di Jogja"ucap Arya membuat Rohman sedikit terkejut.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang