Bab 6

91 3 0
                                    

Sebulan sudah selesai masa pengobatan ku. Aku sudah kembali bekerja seperti biasa. Namun, gosip diriku sebagai kekasih bahkan calon istri menteri tak ada habisnya. Jika aku tak ada para suster akan membicarakan dan ketika diriku ada mereka pura-pura tersenyum ramah dengan dalih diriku sebagai calon istri menteri. Sepertinya aku harus berbicara dengan Arya untuk membahas ini.

"My lovely honey bunny...."teriak seorang yang slalu ada untukku juga selalu mendukung semua yang kulakukan. Sahabat sableng yang bahkan siap memarahiku kala ku salah, memperingatkan diriku kala ku goyah, menopang ku kala jatuh dan bersedia untuk menerima diriku apa adanya sebagai sahabatnya.

Dian Ayu Prahadi. Wanita yang memiliki tinggi hanya 150cm serta berat badan 45 kg yang membuat dirinya nampak begitu kecil hingga kala aku merangkulnya takut semua tulangnya akan patah.

"Hmmm"sahutKu dengan senyum

"Lo mau tau... Gu bawain cheese cake sama Red Velvet kesukaan Lo. Gue relain tabungan gue berkurang buat nyambut sohib gue yang udah mulai bekerja lagi"ucap Dian meletakkan plastik berisi dua kotak kue berukuran medium di meja kerjaku.

"Makasih"ucapKu

"Sama-sama zeyeng gue yang terobsesi dengan virus"

"Sepertinya lo yang nyebarin info gue obsesi sama virus ke anak-anak Ko-ass ya...?!"tuding Ku yang mendapat cengiran darinya.

"Eh... My honey.... Ini hari pertama kamu mulai kerja lagi setelah bed rest sebulan. Santai... Calm down baby..."

"Bodo?!"sungutKu yang dijawab cengengesan olehnya. Dia mendorong diriku untuk melepas blezer ku dan menggantungkannya di gantungan pakaian.

"Arin mana?"tanyaKu kepada Dian yang dijawab dengan bahasa tubuhnya yang mengangkat kedua bahunya.

"Lo berantem lagi sama Arin?!"tebakku

"Ya dia duluan yang mulai Li! masa gue gak boleh main ke ruangan dia pas Lo sakit"cerita Dian dengan wajah sedihnya.

"Ya karena kalo Lo main kesana pasti cuma ganggu di Arin. Oh... Ketinggalan dr. Adnan juga pasti Lo gangguin"

"Ih Li mah.... Gue kan gak ada temen. Dan lagi dr. Adnan, gue kan lagi pdkt"

"Ya gak begitu juga dodol?!"sungutKu kesal dan memilih membuka bungkus kue tersebut.

"Habis, dr. Adnan lempeng banget. Kan gue jadi makin gemes godain dia Li. Si Arin bukannya bantuin gue malah ngusir gue"

"Udah lah udah... Kita makan dulu aja. Gue yakin bentar lagi si Arin kesini. Kemarin dia ngechat gue bakal keruangan gue buat nyerahin data pasien"

"Hmm"

"Jangan hmmm.. aja Lo?! Pokoknya gue mau Lo maapan sama dia?!"

"Iya iya..."

Aku dan Dian pun memakan kue dengan terus berbincang membicarakan hal apapun. Aku senang karena Dian tak mengungkit masalah Arya saat waktu itu. Tapi pasti sebentar lagi si biang kerok akan menggodaku. Siapa lagi jika bukan Arina Putri Husman. Entahlah nama belakang anak satu itu masih mengganjal bagiku.

"Assalamualaikum Bebe acu..."ucap si Biang Kerok tanpa mengetuk pintu membuat Dian terbatuk karena terkejut.

"Arin! Udah gue bilang ketuk pintu dan buka pintu pelan-pelan. Lama-lama rusak pintu ruangan gue gara-gara Lo?!"tegasKu mendapat cengiran dari biang kerok satu ini. Karakternya tak jauh berbeda dari Dian. Tapi Arin mampu mengendalikan dirinya kapan harus bercanda, santai, dan serius.

"Eh ada kutu kupret... Tumben Lo seminggu kemarin gak gangguin gue di ruangan. Kan jadi tenang gue seminggu kemarin"ucap Arin menyindir Dian yang membuat gadis dihadapanku memanyunkan bibirnya. Aku yang gemas menarik bibirnya membuatnya menatapku geram.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang