Sebulan berlalu, sikap Liana masih seperti robot medis yang tiada batas baterai habis dan perlu di charger. Arin dan Dian sangat mengkhawatirkan sahabatnya tersebut namun sikap keras kepala Liana tidak ada yang mampu menanganinya kecuali adiknya Miftah. Saat ini pun Miftah sedang melakukan pertukaran pelajar selama sebulan. Sudah seminggu Liana tidak berhenti bekerja. Dia hanya menghabiskan 30-60 menit untuk istirahat bahkan ketika sedang kosong dia akan ke laboratorium menemui Bayu untuk membantu menyelesaikan penelitian. Bayu yang tak mampu menolak keinginan Liana hanya mengangguk dan membiarkan gadis tersebut.
"Kak Bayu, Liana masih di dalam?"tanya Arin meletakkan rantang nasi di meja laboratorium.
"Hmm... Seperti yang kau lihat. Dia masih di ruangan steril menyelesaikan penelitian"jawab Bayu menatap ruangan steril dengan sendu.
"Bagaimana dengan pencarian mereka kak?"tanya Arin menunduk menahan rasa sedihnya.
"Kabar baik kakak dapat. Namun, kakak tidak ingin Liana mengetahui hal ini atau dia akan ikut inspeksi penyelamatan mereka. Kakak mendapat kabar mereka dikurung di salah satu laboratorium tersembunyi WHO karena Arya dan Rian yang terinfeksi. Mereka masih menguji terkait virus tersebut"jelas Bayu
"Aku tidak akan mengatakan hal ini pada Liana. Kak, panggil Liana untuk berhenti sejenak untuk makan. Dia belum makan sejak kemarin kata mutia. Aku takut dia malah jatuh sakit"ucap Arin diangguki oleh Bayu. Arin melihat melalui kaca transparan ruang steril Liana sedikit berdebat dengan Bayu namun berakhir dengan Bayu yang menarik gadis tersebut keluar.
"Kita makan dulu, okay..."ucap Bayu mendudukan Liana di kursi. Arin pun membuka rangrang yang dibawanya.
"Li, kakak akan pergi selama beberapa bulan untuk dinas ke luar kota"ucap Bayu membuat Liana menatapnya heran.
"Kenapa? Liana tidak mendengar ada program dinas ke luar kota untuk saat ini"
"Ayahku baru aja memutuskan kak bayu sebagai perwakilan dalam bidang mikrobiologi dan virologi"jelas Arin membantu kebohongan yang Bayu buat.
"Baiklah, Liana akan menyelesaikan uji vaksin nya sendiri nanti"ucap Liana
"Jangan terlalu memforsir dirimu dek. Kakak akan membuat jadwal izin masuk ke laboratorium hanya 3 hari dalam seminggu"
"Kak..."
"Patuhlah... Tubuh semakin kurus dan tak berbentuk. Kantung matamu juga sudah seperti panda. Tidakkah kau merasa bersalah kepada anak2 yang menjadi pasien mu. Seharusnya kau menghibur mereka malah membuat mereka merasa bersalah melihat kondisi dokter mereka yang lebih buruk dari mereka"amarah Bayu membuat Liana terdiam.
"Hei hei... Udah yok makan. Li, kau makanlah yang banyak. Ibu khusus memasakkan ini untukmu. Kak Bayu juga makanlah..."ucap Arin menengahi perdebatan antara dua manusia dihadapannya.
Liana pun merasa bahwa semua yang dilakukannya adalah salah. Tidak seharusnya dia merusak tubuhnya dan membuat banyak orang khawatir akan keadaannya. Setelah menghabiskan makanan yang dibawa Arin. Liana pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Arin yang mendengar hal itu pun dengan senang hati menawarkan untuk mengantar sahabatnya tersebut pulang.
🦠
Bayu bersama tim yang dibawa olehnya mulai bergerak menuju tempat persembunyian laboratorium ujian dimana keempat sahabatnya terperangkap. Satu minggu berlalu hanya untuk perjalan. Lokasi yang sangat jauh dan terpelosok membuat Bayu dan tim harus melakukan perjalan sulit. Dia melewati danau penuh buaya dengan sebuah perahu kecil. Bahkan memasuki hutan dengan berjalan kaki demi menghindari kecurigaan para elite laboratorium disana.
"Bay, this is not simple as I think. I need several days to complete the Morse"ucap Seseorang kepada Bayu.
"It's okay black. Thanks you want join me and help me to save my best friends"
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...