Bab 34

81 2 0
                                    

Jakarta, 2028 (Bayu pov)

Sinar matahari hari ini terlalu menyengat. Tahun ini merupakan tahun untukknya kembali ke Indonesia. Namun, entah dia akan kembali atau menetap. Aku menyusuri lorong rumah sakit menuju laboratorium uji klinis. Sesampainya disana aku pun memasuki ruangan ku dan segera berkutat dengan berbagai berkas yang harus kutandatangani. Semenjak aku diangkat sebagai kepala laboratorium kesibukan di rumah sakit semakin memadat, tak jarang aku harus menginap di rumah sakit. Sudah genap tiga hari aku belum kembali ke apartemen.

“Assalamu’alaikum Kakak Sepupuku yang jones”panggil seorang wanita membuka pintu ruanganku.

“Rin, sudah kakak bilang ketuk pintu dahulu!”

“hahaha... lupa brother”ucap Arin yang kemudian malah mengetuk pintu kaca ruanganku. Aku hanya menggeleng melihat tingkah adik sepupuku tersebut. Sudah menikah masih saja kekanakan.

“gak kesini bareng rohman?”tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari dokumen yang tengah kubaca.

“Dia kan pergi buat urusan bisnis selama sebulan. Hari ini Arin ada operasi jadi mau nitip Lili di ruangan kakak”ucap Arin

“hah? Dek, Lili kan masih umur 1,5 tahun kenapa kamu bawa ke rumah sakit?!!”

“gmna... bibi lagi pulang kampung karena keluarganya sakit. Masa Arin nitipin ke Miftah”sahut Arin putus asa.

“kenapa gak ajak ke rumah bunda aja dek.... disana kan ada bunda yang bakal bantuin lili. Kamu minta bantuan kakak juga lihat nih...”ucapku menunjuk berkas yang masih ada setumpuk untuk kukerjakan.

“kakak kerja apa ngerodi sih... aku tuh sengaja nitip lili ke kakak biar kakak bawa lili pulang ke rumah bunda. Bodo lah.... pokoknya aku nitip lili. Lili... mama pergi kerja dulu ya nak baik-baik sama uncle”ucap Arin yang langsung keluar dari ruanganku. Aku langsung menghampiri kereta bayi Lili dan menatapnya dengan sedikit furstasi.

“sedih ya nak ditinggal mamamu”ucap ku mengelus pipi Lili yang tengah asyik memainkan dot nya “memang ngeselin parah adek sepupu satu itu. Udah dibilang kurangin kerjaan masih aja”

Aku mendorong kereta bayi Lili dan membawanya keluar untuk ke rumah bunda. Sangat bahaya untuk anak seusia dirinya di rumah sakit. Sesampainya di parkiran aku memasang kursi bayi di kursi penumpang dan meletakkan Lili yang tengah tertidur disana. Dengan hati-hati aku memasangkan seatbelt milik lili dan membuat dirinya nyaman.

Indonesia, 2028

Bandara soeta nampak begitu asing. Liana baru saja turun dari pesawat dan hendak mengambil barang bawaannya di tempat pengambilan tas. Liana berjalan menyusuri bandara Soeta sendirian tanpa ada seorang pun yang menyambut dirinya. Walau sedikit asing dan linglung tapi liana dapat mengatasinya dengan lancar. Tak lama seorang wanita lengkap dengan pakaian dinasnya berlari menghampiri Liana dan langsung memeluk sahabatnya tersebut. Liana yang terkejut hanya tersenyum dan membalas pelukan tersebut.

“why you don’t tell me if you want back”ucap Dian

“I know you are busy for prepare for your wedding”jawab Liana kemudian mendorong troli bag bersamaan dengan Dian

“uh... memang terlalu mandiri banget sih lo Li!!”

“masih aja nih mulut cempreng sih!”

“dah dari lahir Suneo!”

“Ya santai dong maknya giant”

Setelahnya mereka pun hanya tertawa dan memasukan segala tas ke dalam bagasi mobil. Kemudian memasuki mobil yang dikendarai oleh tunangan Dian. Sepanjang perjalanan mereka tak henti berbicara hingga Liana pun tertidur karena kelelahan.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang