Bab 17

57 3 0
                                    

"Li!! Tungguu!!"

"...."

"Li! Akhirnya.... Tenanglah.... Dengarkan penjelasan aku dulu"

"Kau tak mempercayai diriku?!"

"Tidak Liana... Aku sudah katakan pada kau kalo ini berbeda...."

Arya menarik Liana untuk mengikutinya menuju tangga darurat. Langkah kaki Arya yang begitu lebar membuat Liana sedikit berlalri untuk mensejajarkan dirinya dengan pria dihadapannya. Jantungnya bergemuruh seperti suara angin. Matanya tak henti menatap pria dihadapannya. Rasa kesal itu hilang entah apa sebabnya. Arya pun mendorong Liana masuk ke dalam pintu tangga darurat dan mendorongnya ke sisi dinding.

Deru nafas mereka saling bersahutan. Tatapan mata yang bertemu menghantarkan rasa hangat di hati keduanya. Tak memungkiri perasaannya kembali, Arya menarik Liana ke dalam pelukannya. Pria tersebut menyandarkan kepalanya pada bahu gadis tersebut.

"Aku tak ingin kau terluka.... Aku tak ingin kembali jauh dari mu. Aku sungguh mencintaimu Li...."ucap Arya yang tanpa disangka membawa Liana kepada suasana canggung. Arya melepaskan pelukannya dan menatap mata Liana.

"Aku mohon.... Percayakan hal ini kepadaku. Aku akan melindungi negara ini.... Karena kamu juga bagian dari negara ini. Percayalah kepada Allah yang akan slalu bersamaku menyelesaikan permasalahan ini"ucap Arya membuat Liana terpaku menatap mata cokelat indah milik Arya.

"Apakah dia setampan ini? Haruskah aku mempercayai dirinya. Allah.... Liana bimbang. Haruskah Liana percaya kepada Kak Arya untuk melindungi negara ini?"

"Percayalah! Aku punya Allah dan janji yang harua aku tepati kepadamu"ucap Arya seakan mampu membaca segala yang terlintas dalam pikiran gadis dihadapannya.

"Apakah bisa?"tanya Liana begitu lirih.... Hatinya merasa begitu takut namun, keinginan untuk melindungi negaranya membuat sisi lain hatinya begitu berapi.

"Seperti kau percaya kepada Allah. Aku punya Allah juga yang akan melindungi dan memudahkan segalanya. Allah tau kita melakukan ini bukan untuk diri sendiri. Dia akan membantu aku dan yang lain. Aku mohon.... Bantulah aku dan yang lain berjuang dalam perang ini denga doa di sepertiga malammu dan dalam setiap doa setelah sholat mu"ucap Arya begitu pembuat membuat setetes air mata mengalir membasahi pipi gadis tersebut.

"Lindungi Indonesia dari kejahatan mereka Kak.... Lindungi semua warga tak bersalah.... Lindungi mereka semua dari kedzaliman para petinggi"

"Aku berjanji akan melindungi itu semua. Berjanjilah kau akan menjaga dirimu seperti besarnya keinginan mu menjaga negeri ini"ucap Arya menggenggam lembut tangan Liana.

Liana pun mengangguk mengerti dan menunduk menahan rasamalu yang timbul setelahnya. Liana menarik pelan tanganya dari genggaman Arya. Arya yang memahami hal tersebut tersenyum dan mengeratkan genggamannya lalu menarik gadis tersebut keluar dari tngga darurat.

"Arya... Lepas...."

"...."Arya terus berjalan menghiraukan tatapan para suster dan warga yang tentu mengenal dirinya. Arya menarik Liana menuju ruangan gadis tersebut dan menduduki nya di atas sofa. Arya pun mengambil kotak kecil biru pemberiannya pagi tadi yang disimpan Liana dalam tas kecilnya. Liana terkejut karena mengetahui tempat dimanq dirinya menyimpan cincin tersebut.

"Kak..."

"Maukah kau menikah dengan ku?"tanya Arya yang duduk berlutut dihadapan Liana. Pintu yang masih terbuka membuat beberapa orang memilih diam menunggu jawaban dari sang wanita.

"Aku bukan gadis yang baik, aku juga tak pintar. Aku tak pandai masak juga masih tak rapi. Aku...."

"Aku mencari pendamping hidupku. Bukan mencari pembantu rumah tangga. Aku hanya perlu dirimu yang selalu ada untukku. Apakah kau akan membuatku tetap berlutut menunggu jawabanmu?"ucapan Arya dengan senyum menghiasi wajahnya.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang