Hari terus berlalu dengan cepat. Kehidupan di rumah sakit tak pernah berubah, setiap harinya pasti akan ada pasien yang datang mengatakan segala keluhannya. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang merupakan istri Profesor Husni. Ibu Nayla Rahma Husni. Sosok wanita yang membuatku tau kebenaran yang selama ini di sembunyikan.
Arin menatapku dengan terkejut kala aku mendapati dirinya memanggil wanita yang berbaring di kasur ICU dengan prof Husni di sampingnya. Aku melihat dirinya yang mengabaikan ku dan melihat kondisi wanita di sampingku yang masih belum membuka kedua matanya.
"Ayah, ibu sakit apa?"tanya Arin
"Jantung ibumu kembali kambuh karena suatu masalah. Ayah juga kaget setelah Liana menghubungi ayah"jawab Prof Husni dengan sangat lembut.
"Li, ibuku bagaimana kondisinya??" tanya Arin menyentuh kedua tanganku.
"Tenanglah Rin, ibumu hanya syok yang mengakibatkan detak jantungnya berlebih. Hal ini membuatnya tak sadarkan diri karena kondisi jantungnya yang memang tak normal. Aku akan melakukan CT scan dulu untuk mengetahui penyebab selanjutnya. Prof, Liana boleh minta prof untuk ikut Liana ke ruangan?"ucap Ku berusaha menenangkan Arin.
"Ya"jawab Prof Husni " Arin, kamu tunggulah ibumu. Ayah akan ke ruangan Liana dulu"ucap Prof Husni memeluk putri nya.
Aku pun berjalan bersama prof Husni ke ruangan ku. Aku menjelaskan segala data pemeriksaan yang ku dapat dan meminta prof Husni untuk memberikan medical record yang dimiliki Ibu Nayla. Prof Husni mengangguk paham dan mengatakan akan mengirim medical record istrinya ke email ku segera.
"Insya Allah ibu akan baik-baik saja"ucap Ku dengan senyum.
"Terima kasih Liana. Alhamdulillah istriku bertemu dengan mu di IGD tadi"syukur Prof Husni.
"Ya Allah... Alhamdulillah emang jadwal jaga Liana di IGD prof. Oh iya, jika memang sesuai analisi Liana kemungkinan akan Liana alihkan ke Dokter Adit atau Dokter Syifa"ucapKu yang diangguki paham oleh prof. Husni.
"Baiklah, itu saja dok yang ingin Liana sampaikan. Insya Allah ibu akan sadar beberapa menit lagi"ucapKu yang kemudian prof Husni langsung pamit untuk kembali ke ruangan ICU tempat istrinya.
Aku pun menghubungi Mutia memintanya untuk membawakan hasil CT scan milik Bu. Nayla. Mutia pun langsung menuju medical record untuk segera mengirim. Setelahnya dia langsung menghubungiku via telephone dan aku bergegas membuka draft pasien ku melalui komputer. Aku melihat sedikit kebocoran pada katup jantung buatan yang terpasang di jantung Bu Nayla. Hanya dua kemungkinan hal ini terjadi, kecelakaan yang membentur dadanya atau kerusakan usia. Bertepatan setelah itu, medical record Bu Nayla dari prof Husni masuk ke emailku. Aku pun membukanya dan mengetahui sebabnya.
"Ini bukan keahlianku. Jika semua ini juga cocok dengan hasil tes darah. Aku harus mendiskusikan ini dengan Dokter Adit"ucapKu melihat hasil print out medical record Bu. Nayla.
"Mutia, kau dimana?"tanyaku melalui sambungan telepon.
"Saya di ruangan jaga dok"
"Kamu segera ke ruangan dokter Adit minta dia ke ruangan prof Husni. Kita bertemu disana"ucapKu yang langsung menutup panggilan secara sepihak. Aku berlari menyusuri koridor menaiki lift menuju ruang VIP."Prof, bisa kita berbicara"ucapKu kepada Prof Husni..
"Baiklah, Arya kamu disini temani ibu dan adikmu"
"Aku ikut yah?!"seru Arya membuat Prof Husni mendesah pasrah. Aku dan kedua pria berbeda usia di depanku berjalan mengikuti mereka. Sampai sebuah panggilan membuatku berhenti.
"Mut"ucap Ku terputus.
Dia pria itu, kenapa dia disini. Aku menatap Mutia tak mendengar sedikit pun penjelasan nya. Sampai panggilan prof. Husni membuatku tersadar dan langsung berbalik arah kembali mengikuti prof Husni dan Arya. Mutia dan pria itu pun mengikuti kami di belakang. Kami bersamaan memasuki ruang prof Husni dan dipersilahkan duduk di sofa ruang kantornya.
"Jadi bagaimana Li?"tanya Prof Husni.
"sebaiknya menunggu dokter adit dahulu dok"ucapKu menjawab pertanyaan Prof. Husni
tok tok tok
suara ketukan pintu yang disusul dengan seorang pria muda yang membuka pintu ruangan Prof Husni membuatku bernafas lega. Aku memintanya untuk segera masuk dan duduk di dekatku namun entah kenapa aku baru menyadari bahwa aku dihimpit oleh Arya dan Husein. Aku pun memilih bangkit namun kuurungkan karena tatapan heran Prof Husni. sudahlah... ini waktunya untuk fokus tentang bu nayla.
"baiklah dok, liana langsung mulai saja. sebenarnya ini bukan ranah liana karena hasil yang keluar dari medical record mengatakan semua ini berhubungan dengan kondisi jantung ibu. liana sudah menyerahkan semua laporan kepada dokter adit. mungkin biar beliau saja yang menyampaikan hasil diagnosisnya"ucapKu yang diangguki oleh Prof Husni, aku pun menatap adit dan memintanya untuk membuka laporan medik yang ku kirim ke emailnya. Dia mengangguk dan melihat sekilas.
"perkiraan ana benar prof, pasien mengalami Hipertensi Pulmonal. Pembuluh Kapiler jantung kirinya tersumbat oleh gumpalan darah. hal ini juga yang mengganggu proses katup bekerja sehingga terjadi kebocoran pada katup jantung transplant. jika hal ini terus berlanjut dan membuat kondisi otot-otot jantungnya melemah tentunya akan menyebabkan gagal jantung"jelas Dokter Adit membuatku menunduk. Penyakit ini bukanlah ranahku.
"jika begitu ibu harus segera melakukan operasi bukan?!"
Aku menengok ke arah Arya yang melontarkan pertanyaan retoris tersebut. Aku melihat Prof Husni yang sedikit bingung untuk mengambil keputusan. hal ini karena kondisi Bu Nayla tak memungkinkan untuk melakukan operasi sesegera mungkin. Tiroidisme dan Hipertensi yang dimiliki Bu Nayla akan memicu gagal jantung setelah pembedahan dimulai. Dalam menangani hal tersebut hanya mampu melakukan RJP Jantung tanpa defibrilator. hanya ada 3 dokter di indonesia yang mampu melakukan hal itu.
Dering ponsel menandakan pesan masuk membuat fokusku teralihkan. Aku memohon izin untuk keluar menghubungi yang mengirim pesan di tengah diskusi. Setelah mendapat izin aku bangkit dan bergegas keluar ruangan. Aku menerima panggilan dari mutia yang mengatakan kondisi pasien flu burung ku menurun. Aku pun memohon izin dan bergegas meninggalkan ruangan Prof Husni berlalu sesegera mungkin menuju ruang isolasi. Sesampainya disana mutia sudah menyiapkan masker dan pakaian plastik pelindung untuk ku kenakan.
"bagaimana dengan vital?"
"110/70 mmHg dengan nadi 40-60/menit"
"suhu?"
"38,5 derajat dok"
"intubasi!"seruku langsung berpindah menuju kepala pasien dan dengan sigap para perawat memajukan brankar pasien. Aku bergegas mengambil alat intubasi dan memasangnya dengan baik dan sesuai. setelahnya aku menarik tutup alat intubasi dan memasangnya dengan ambu. aku meminta perawat untuk memompa ambuk setiap dua menit. Aku membuka baju pasien dan memasukkan obat di selang infus dan mempercepatnya. Aku mengecek kembali vital dan melihat vital perlahan kembali menuju normal.
"good job gaes. jaga pasien ini. setelah sadar kamu bisa ambil ambu dan menggantinya dengan ventilator. Aku permisi duluan"ucapKu yang mendapat senyum mereka Aku mengangguk dan bergegas kembali ke ruangan Prof Husni karena pesan yang mutia sampaikan mengatakan aku untuk ikut dalam prosedur operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...