Bab 14

66 2 0
                                    

Seminggu berlalu begitu cepat. Hari ini pagi begitu cerah, cahaya matahari membelah langit menuju bumi memberikan kehangatan yang tiada tara. Sinarnya menerangi bumi.... Entah bagaimana jika Allah tidak menciptakan matahari dan membuatnya tak muncul kala waktu siang. Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan jas dokter yang tersampir dilengan kananku bersama dengan ransel kecil yang tersampir di punggungku.

"Dokter Liana?!"panggil Seseorang membuatku menghentikan langkah dan membalik badan mencari sang pemanggil.

"Oh... Kak Husein"ucapKu melihat sosok pria yang selalu menjadi kebanggaanku setelah Abi dan Abang Rohman ku.

"Bukankah kau semalam jadwal jaga malammu?"tanya Kak Husein yang kini berjalan beriringan di sampingku.

"Ah... Dokter Adit memintaku menggantikannya untuk memeriksa Bu Nayla karena ada konferensi di Bandung"jawabKu membuat Kak Husein menatapku dengan khawatir.

"Kau belum tidur? Mata pandamu sangat besar?!"ucap Kak Husein menghentikan langkahku dan memeriksa wajahku.

"Aku gak papa kak.... Aku tidur sekitar setengah jam di mobil tadi. Lagian tadi aku diantar Abang kok. Kak Husein tenang aja.... Setelah memeriksa Bu Nayla dan pasienku. Aku akan segera pulang"ucap Ku meyakinkan Kak Husein agar tidak khawatir.

"Sudah sarapan?"

"Sudah dengan Roti Bakar dan Telur mata sapi buatan Abang"jawabKu dengan senyum.

"Ah.... Kakak jadi rindu masakan abangmu"

"Mainlah ke rumah.... Sejak kakak di Indonesia belum pernah main ke rumah. Lagian Abang dan Miftah nanyain kapan kakak main ke rumah terus"

"Oh ya?!"seru Kak Husein membuatku tersenyum dan mengangguk.

"Husein?!"panggil seseorang yang membuat ku membatu seketika. Aku pun memilih mundah dan melanjutkan jalanku meninggalkan Kak Husein dan Pria itu. Aku berlari agar segera sampai di ruangan ku. Kenapa pagi-pagi dia sudah ada disini. Tanpa sadar karena berlari dan menghindari pria itu aku menabrak seseorang.

"Ah... Maaf. Maaf... Ya Allah.... Kopimu!"

Aku pun bergegas membuka tas ranselku dan mencari tissue untuk membersihkan tissu yang tumpah. Aku pun mendangak dan mendapati wajah tampan seperti aktor Irwansyah yang akhir-akhir ini selalu menemani ku makan siang.

"Apa yang membuat adik cantikku ini berlari hingga menabrak orang, huh?!"ucap pria tersebut menerima tissue dan membersikan kemejanya yang terkena tumpahan kopi.

"Kak Bayu gak papa? Apakah panas?"tanya Ku mendapatkan jawaban berupa senyuman.

"Gak papa, kak bayu mu ini kan strong"

"Maaf ya kak..."

"It's fine girl"

Bisik-bisik suster dan beberapa orang melihatku dan kak bayu membuat ku merasa risih. Tapi.... Kak Bayu terkena tumpahan kopi karena ku. Aku pun menarik kak Bayu menuju ruangan ku. Seingatku, ada kemeja Abang waktu pas jemput ku pulang dan numpang mandi di ruangan ku.

"Nah... Beberkan ada... Kakak bersihkan diri dan ganti dengan kemeja ini ya. Liana mau ke toko roti dibawah dulu sekalian membeli kopi untuk mengganti kopi kakak yang tumpah"ucapKu yang tak mau disela oleh Kak Bayu. Setelah mengatakan hal itu aku pun bergegas pergi untuk membeli kopi.

🦠

Aku begitu menyesal karena pergi begitu lama setelah mengungkapkan hal yang begitu penting. Aku pun memutuskan untuk ke rumah sakit. Di lorong aku melihat sahabatku Husein sedang bersama Liana. Aku pun memanggilnya namun, Liana malah pergi meninggalkan Husein.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang