Bab 20

52 2 0
                                    

Sinar cahaya pagi menerobos masuk memantulkan cahayanya melalui bias cermin. Arya mengerjapkan matanya dan terkejut mendapati dirinya yang tidur terlelap di ruangan Liana. Arya pun bergegas bangun dan menyadari Liana tertidur di sofa single dengan posisi yang kurang nyaman.

"Kenapa tidak membangunkan diriku atau tidur di brankar pasien..."ucap Arya pelan menatap gadis pujaan hatinya. Arya pun menyibak selimut di tubuhnya dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Calon istriku kenapa cantik sekali.... Badannya akan sakit"ucap Arya yang duduk di atas meja menatap Liana. Dia pun beranjak bangun dan membawa Liana dalam gendongannya. Arya sedikit terkejut ketika Liana memeluk lehernya dan membaringkan kepalanya pada pundak kokoh nya. Arya tersenyum dan menyibak gorden yang menutupi brankar pasien di ruangan Liana. Kemudian dia membaringkan Liana di atas brankar yang sudah tersusun bantal dari jas nya.

"Tidurlah.... Maaf aku tak berpamitan secara langsung"ucap Arya sembari memasangkan selimut menutupi tubuh Liana. Arya pun mengecup pucuk kepala Liana dan beranjak pergi meninggalkan ruangan Liana.

Hari ini akan menjadi awal perperangan bagi dirinya dan keempat kawannya. Arya menatap cahaya matahari yang begitu pendar tertutupi awan putih membuat langit berwarna biru indah. Arya pun bergegas berkumpul di basecamp.

🦠

Suara gaduh seseorang membuat Liana sedikit terusik. Liana pun mengerjapkan matanya dan sedikit terkejut mendapati dirinya yang tertidur di atas berankar. Liana menatap Jas milik Arya yang menjadi bantal tidurnya.

"Kenapa pergi tak mengatakan apapun...."ucap Liana menatap sendu jas tersebut.

"Dokter Liana udah bangun? Pasti kebangun karena Mutia ya...."ucap Mutia yang tiba-tiba berdiri di samping brankar dengan berkas-berkas di tangannya.

"Memang sudah saatnya aku bangun mut...."ucap Liana membuat Mutia menatapnya dengan bersalah- sudah yuk, kamu lanjutkan pekerjaan ku, saya mau siap-siap"lanjut Liana yang sudah turun dari brankar dengan selimut dan Jas yang terlipat rapi.

"Mau Mutia bawa ke laundry selimut dan Jas nya dok?"tanya Mutia yang dijawab gelengan kepala oleh Liana.

"Oh iya dok, tadi kakak dokter kesini bawain sarapan untuk dokter"

"Okay, makasih ya mut. Saya siap-siap dahulu"ucap Liana yang beranjak menuju kamar mandi setelah mendapat balasan anggukan dari Mutia. Liana bergegas membilas tubuhnya dan membasuh wajahnya kemudian mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tersedia di loker kerja nya. Setelah rapi dengan setelan Kemeja putih yang dipadukan dengan Rok Jersey berwarna navy dan Hijab senada. Liana memasang jas dokternya membuat penampilannya semakin memukau.

"Mut, ada bedak ga? Punya saya sepertinya habis"ucap Liana yang dijawab antusian oleh Mutia. Mutia pun bergegas membuka loker kerjanya untuk mengambil tas make up yang selalu dibawanya.

"Ini mba, mba pakai aja"ucap Mutia menyodorkan tas make up nya.

"Eh... Saya cuma perlu bedak aja mut"

"Ish.... Mba itu loh, padahal sering ingetin Mutia buat selalu tampil rapih meski sesibuk apapun. Memang sih mba pasti tetap cantik meski gak pakai lipstik dan lainnya seperti sekarang. Cuma, pasti mba lebih cantik lagi"ucap Mutia dengan panggilan yang lebih akrab kepada Liana.

"Hahaha.... Jadi saya cantik meski gak pakai make up?"tanya Liana dengan senyum cerah diwajahnya.

"Ish...mba mah...."

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang