Rohman tampak gugup duduk dihadapan orang tua dari Arin. Mulutnya kelu kala Husni mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut. Rohman sedikit menyesal menuruti perkataan adiknya tersebut. Bahkan Dia masih merasa bersalah karena dirinya, Liana harus rela meninggalkan Arya.
"Saya Siap Om"ucap Rohman menjawab begitu tenang dan pasti.
🌸🌸🌸
Liana baru saja menyelesaikan visitnya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Liana pun berjalan menuju UGD dan melihat kericuhan yang terjadi disana. Liana pun bergegas membantu rekan-rekannya mengatasi pasien-pasien yang membeludak.
"Dokter"ucap Seorang wanita begitu lirih. Darah mengalir membasahi keningnya. Tak lupa luka sobekan pada tangan dan kakinya.
"Bawakan aku larutan garam hangat, dan Hecting set"ucap Liana kepada salah seorang perawat. Liana pun melakukan GCS. Pasien masih sadar meski telah banyak kekurangan cukup banyak darah.
"Composmentis"ucap Liana yang langsung merangkai peralatan infus dibantu oleh perawat tersebut. Kemudian pemasangan infus dia serahkan kepada perawat dan dia langsung menyuntikkan obat bius untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian yang akan di jahit setelah itu mensterilkan bagian yang luka dengan larutan saline. Dengan lihai Liana mengambil jarum bulan sabit yang sudahterpasang nalfuder dengan pinset kemudian menjahit luka sobekan pada tangan dan kakinya. Setelah selesai Liana membersihkan luka pada kening wanita tersebut. Itu hanya luka ringan. Liana tersenyum dan melihat wanita tersebut.
"Kau pintar sekali karena melindungi bagian yang terpenting"ucap Liana kepada wanita yang umurnya hampir sama dengan dirinya.
"kau, segera ambil status kosong dan bantu anamnesa pasien"ucap Liana menunjuk Dokter koass yang sejak tadi sedikit membantunya. Liana pun bergegas memeriksa pasien luka ringan lainnya.
"Dokter! Tolong Anak Saya Dokter!"teriak seorang wanita dengan hijabnya yang tak karuan sembari menggendong anak laki-laki sekitar umur 7 tahun berlari tergopoh. Saat Husein hendak berdiri Liana langsung menghampiri ibu tersebut dan membawanya ke salah satu brankar yang masih tersedia.
"Bawa wali pasien keluar"ucap Liana kemudian memasang elektrokardiogram dibantu oleh Lina salah satu residen di bangsa anak. Liana memeriksa denyut nadi yang semakin melemah.
"Intubasi"ucap Liana yang kemudian langsung dilaksanakan oleh Lina. Liana memasukan tabung intubasi melalui mulut pasien setelah itu menghubungkannya dengan balon udara. Lina menekan tabung dengan pelan dan Liana memeriksanya menggunakan stetoskop di paru2 pasien.
"sudah masuk dan nadinya kembali normal"ucap Liana
Liana pun membuka baju pasien tersebut dan mendapati memar pada dada korban. Dia memeriksanya dan terdengar bunyi elektrokardio yang menandakan penurunan saturasi oksigen. Liana pun mengambil jarum suntik kemudian menusukkannya pada dada korban kemudian menarik keluar cairan yang menghambat pernafasan hingga akhirnya kembali normal. Liana pun melepaskan tabung suntikan dan meninggalkan jarum disana.
"Lakukan pemeriksaan scanning dan tes lab darah"ucap Liana yang diangguki oleh Lina dan perawat yang membantunya tadi. Liana pun pergi menghampiri pasien lainnya. Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam. Liana pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya karena UGD sudah agak tenang.
"kerja bagus semua"ucap Putra, dokter emergensi medis kepada semua yang hari ini sudah berjuang mengobati pasien kecelakaan beruntun.
"Dokter, ayo ikut kami istirahat. Dokter Putra katanya mau traktir"ucap Mutia membuatku tersenyum karena Putra langsung mendebat mutia yang asal berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...