Bab 11

81 3 0
                                    

Pagi hari yang buruk bagi wanita muda yang kini sibuk menatap layar laptopnya. Sebuah berita gosip muncul di layar ponselnya membuatnya geram dan ingin memaki wartawan yang membuat berita tersebut. Wanita itu terus saja mengeluarkan segala bahasa yang dipelajarinya dan hanya menunjukkan satu arti. Tentunya bukan arti yang baik.

"Kak.... Kenapa menghubungi dia buat jemput sih. Jadi kena gosip kan"ucapan remaja di sampingnya menambah kekesalannya.

"Jika sialan itu gak nurunin kakak di tengah jalan dan membuat kakak terpaksa harus ngehubungin artis sialan ini kakak gak bakal kena gosip"jawab Wanita tersebut sedikit jengkel. Bahkan nasi goreng dihadapannya tak mampu membuat nafsu makannya kembali.

"Ya sudah, lagian kan dia sepupu kita. Itu hanya gosip saja"ucap Pria dihadapan Wanita tersebut.

"Kenapa kakak bela Kak Husein?!"sungut Wanita tersebut.

"Loh... Kakak gak bela Husein Liana ku sayang" jelas Rohman

"Huh..."dengus Liana membuat adik dan kakaknya tertawa kecil.

"Emang kak Husein jadi apa sih? Sampai kena gosip begitu?!"sungut Liana

"Loh, kakak gak tau?!"ucap Miftah tak percaya dengan kekudetan kakak tersayangnya. Setelah mendapat jawaban berupa gelengan Miftah pun memukul jidatnya pasrah.

"Ya kalo kakak tau ngapain nanya sama kamu?!"sungut Liana

"Coba hape itu jangan cuma buat kerja dan main game. Sekali-sekali buka YouTube atau Instagram!"kesal Miftah karena malah mendapat sungutan dari adiknya.

"Tinggal kasih tau aja sih"

"Husein itu youtuber dan artis instagram. Dia membuat itu untuk membantu biaya hidupnya selama di Jerman"jelas Rohman membuat Liana mengangguk"ya udah, Insya Allah gak bakal lama gosipnya. Husein juga bakal klarifikasi. Dia orang yang jujur"lanjut Rohman yang memang seperti lebih membela sahabatnya dibandingkan adiknya. Liana pun hanya terdiam dan kembali ke kamarnya untuk mengambil tas kerja dan sepatu.

"Liana berangkat pakai mobil ya"ucap Liana yang mendapat anggukan oleh Rohman.

"Kakak.... Miftah ikut kakak aja. Kak Rohman lelet!"teriak Miftah yang langsung berlari membawa tas gendongnya serta bekal yang telah disiapkan oleh bibi.

"Kami berangkat, assalamualaikum" ucap Liana dan Miftah berbarengan.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, hati-hati bawa mobilnya"ucap Rohman yang masih asyik dengan kopi dan roti.

🦠

Setelah mengantar Miftah, Aku bergegas melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Setelah memarkirkannya dengan aman. Aku keluar dari mobil dan menyusuri lorong menuju ruangan ku. Hingga sampai di lorong dekat kantin aku beratatapan dengan Arya. Aku masih jengkel dengannya. Aku pun memilih diam dan menganggap dirinya tak ada.

"Memang penjilat!"ucap seorang wanita yang duduk di samping Arya. Aku pun memilih tak memperdulikannya.

"Dokter Liana..... Tunggu..."ucap Seorang perawat menghampiriku. Aku pun berhenti dan membalikkan badanku.

"Ada apa?"tanya Ku kepada perawat tersebut.

"Dokter, sarapan dulu disini. Itu ada Dokter Husein juga Pak Menteri"ucap Perawat tersebut.

"Lalu? Aku pikir tak perlu. Aku masih harus bersiap untuk membuka praktik. Aku tak sadar jika Kak Husein ada di kantin juga.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang