Aku baru bisa kembali ke rumah kala jam menunjukkan pukul 8 malam. Bunda pun semakin mengulur waktu agar aku dan yang lainnya menginap. Dian dan Doni yang memang berencana menginap membuatku kini berada dalam kecanggungan di mobil kak Bayu.
"ehmm... Kak boleh nyalain radio?"tanya Ku mencoba memecah keheningan di mobil. Andai lili masih terjaga, ku bisa mengajaknya main. Namun bayi kecil tersebut sepertinya terlalu lelah dan tertidur dengan nyenyak dalam gendonganku.
"oh silahkan"
"Liana kesusahan karena takut Lili kebangun kak"ucap Ku membuat Kak Bayu melirikku sekilas kemudian menyalakan radio dan mengecilkan suaranya.
"kau tidak lelah? Lili bisa taruh di kursi baby di belakang li"ucap Kak bayu yang kubalas dengan senyuman.
"Dari dia lahir sampai sebesar ini. Lili gak pernah merasakan tidur dalam gendonganku. Aku senang kok kak jadi biar lili tetap dalam gendongan Liana aja"ucapKu menatap Lili yang tertidur dengan senyum. Aku menyusuri wajah mungil lili.
"Baiklah, jika lelah katakan saja ya... "
"hmm"
"kenapa tak bilang akan kembali ke Indonesia?"tanya Kak Bayu
"kenapa pula harus bilang kalau sekarang segalanya serba instan?"
"kau ini, malah memberikan pertanyaan lagi"sungut Kak Bayu yang kubalas dengan senyuman saja "kau akan kembali kerja di rumah sakit?"
"enggak tau kak, Liana masih harus pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan mental. Jika memang diizinkan kembali bekerja Liana masih memikirkan beberapa hal lainnya"jelas Ku membuat Kak Bayu menatapku penuh tanya. Haruskah aku kembali menanyakannya... atau kak bayu sudah memiliki calon istri?. Sudahlah... aku jawab sekenanya saja.
"Liana mau membuka klinik kecil saja kak"jawabKu yang diangguki oleh Kak Bayu.
"Rencana mau buka dimana? Dekat rumah?"
"Liana masih memikirkannya kak"
"baiklah, jangan sungkan buat minta bantuan kakak ya...."
Kenapa aku sangat ingin Kak Bayu menanyakan kesediaanku kembali. Waktu berlalu begitu cepat percakapan yang terjadi setelahnya pun hanya percakapan ringan. Bahkan tak sekalipun pertanyaan ataupun pernyataan kak bayu dan menyinggung permintaannya akan ku dua tahun yang lalu. Apakah memang kak bayu sudah memiliki pengganti diriku?. Dia adalah pria yang hebat, tentunya banyak gadis yang akan langsung menerima lamarannya. Juga bahkan bersedia menyerahkan dirinya untuk dinikahi oleh Kak Bayu. Ya Allah... kenapa hatiku sangat sakit saat memikirkan hal tersebut.
"Li!"sahut Kak Bayu menyadarkan diriku dari pemikiran ku akan dirinya.
"ah iya kak..."
"kau ini, melamunkan apa hmm? Lihatlah kita sudah sampai di rumah. Perlu bantuan untuk membawa Lili?"tanya Kak Bayu begitu hangat. Senyum tulusnya tak pernah berubah.
"enggak kak, tolong bukakan pintu dan menurunkan barang-barang Liana di bagasi kakak boleh?"
"baiklah. Tunggu sebentar"
Aku pun mengangguk, Kak Bayu bergegas keluar dan membuka pintu mobil di sampingku. Aku keluar dan hampir saja kepala ku terbentur jika saja Kak Bayu tidak melindunginya dengan tangan besarnya. Kenapa hatiku berdebar... Liana... back to reality.
"Makasih kak"ucapKu kemudian memasuki rumah.
"Assalamu'alaikum"ucapku mencoba membuka pintu namun berakhir gagal. Tak lama suara langkah kaki hendak membuka pintu untukku terdengar begitu terburu. Kemudian sosok gadis remaja yang kurindukan berdiri di depanku dengan wajah terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...