Arya berjalan begitu percaya diri memasuki ruang sidang kabinet bersatu yang kini di pimpin oleh seorang presiden yang cukup baik. Arya menduduki kursi yang bertengger papan nama menteri kesehatan pada mejanya. Suasana rapat kali ini begitu tegang. Semua akan membahas mengenai wabah bahaya yang dikatakan menyerang negeri bambu. Arya tersenyum dan berdiri kala MC memintanya untuk menyampaikan laporan.
Semua tatapan tak luput dari mata tajamnya. Pandangan terkejut, khawatir, dan bangga berkumpul dalam lingkaran meja tersebut. Arya tersenyum dan mengatakan dengan tegas segala yang ingin dilakukannya.
"Saya akan membuktikan bahwa virus yang menjadi wabah dapat dihentikan sebelum menjadi wabah. Seperti menteri kesehatan sebelumnya, Saya akan menemukan data ilmiah yang relavan bagi masyarakat Indonesia"
Rapat pun di tutup dengan senyum presiden dan beberapa pihak yang mendukung Arya. Tetapi, berbanding terbalik dengan pandangan pihak yang menentang dirinya. Arya pun melenggang meninggalkan ruang rapat bersama Presiden dan membahas beberapa hal dengan berbisik.
"Saya pamit undur diri pak"ucap Arya menyodorkan tangan untuk bersalaman yang disambut hangat oleh Presiden.
"You have got the blood?"ucap Arya begitu pelan ketika menerima sambungan telephon dari Rian.
"Ok, gue segera ke kantor Lo"ucap Arya yang berlari meninggalkan sekretaris dan beberapa ajudan yang selalu menemaninya.
"Aku akan pergi sendiri, kalian bisa segera pulang"ucap Arya tak memperdulikan sahutan sekretaris nya.
Mobil melaju begitu cepat membelah kepadatan kendaraan. Selihai menjahit luka pasiennya. Arya mengendarai mobil dengan sangat lihat melewati jalanan kecil sebagai jalur pintas untuk segera sampai di kantor Rian. Sebuah panggilan masuk dari seseorang membuat Arya menghentikan mobil ke pinggir jalan.
"Halo Li? Kenapa?"tanya Arya
Panggilan pun terputus yang kemudian disusul dengan pesan masuk dari penelfon.
Segera ke rumah sakit. Jangan ke kantor kak Rian. Mobil kalian di pasang penyadap. Liana pakai pesan seperti ini biar mereka tak mendengar
-PL
"Kenapa dia bisa secerdas ini? Oh.... Baiklah.... I found you"ucap Arya yang melihat tiga benda kecil yang menempel tersembunyi pada bagian mobilnya. Setelah memastikan semua alat penyadap tersebut terkumpul Arya memasukkannya ke dalam sebuah kotak tanpa niat menonaktifkan alat tersebut.
Aku sudah mengirim pesan kepada Kak Rian untuk membawa sample ke Laboratorium Rumah Sakit. Kak Bayu dan Kak Husein juga sudah ada di Lab. Hati-hati lah membawa mobilmu
-PL
'aku memang tak salah memilihnya menjadi milikku. Bagaimana bisa dia menjadi wanita sekeren ini'Arya tersenyum menatap layar ponselnya dan melajukan mobilnya ke rumah sakit. Sesampainya disana, Arya berlari menyusuri lorong rumah sakit.
"Arya!"panggil Seseorang membuatnya berhenti.
"Om?!"
"Apa yang kau lakukan di rumah sakit? Mau menjenguk ibu mu?. Kenapa ke arah sini?"
"Paman, Arya sedang buru-buru. Arya mau menemui Bayu. Dia ada di lab katanya"ucap Arya membuat Hidayat menatap heran.
"Hemm... Sebaiknya aku ke ruangan Husni saja"ucap Hidayat yang sudah di tinggal pergi oleh Arya. Arya pun telah hilang bayangannya di tikungan lorong rumah sakit yang membatasi ruang perawatan itensif dengan laboratorium dan kamar mayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...