Bab 4

131 4 0
                                    

Aku menatap bungkusan kecil di saku snelli ku. Aku tak memerlukan ini karena aku memang sudah pernah terserang virus ini. Aku hari memberikannya kepada anak magang itu.

"Fahri"panggilKu membuatnya sedikit terjengkit. Aku mampu melihat wajah putus asa dan ketakutan padanya. Aku pun menuju radio tape dan menyalakannya. Mengalir alunan merdu dari gabungan huruf yang terangkai dengan indah seperti sebuah syair.

"Fahri ...."panggil ku sekali lagi membuatnya menatapku dengan tanya.

"Kau takut?"tanyaku kepada Fahri

"Hmmm entahlah dok"jawab Fahri membuatku menggeleng dan tersenyum.

"Minumlah obat ini"ucapKu menyodorkan bungkusan yang berada di saku ku.

"Ini obat apa dok? Kok belum ada label resminya?"tanya Fahri. Aku menatapnya dengan senyum.

"Itu vaksin buatan ku. Biasanya aku menggunakannya dengan injeksi. Tetapi terlalu rentan jika menggunakan injeksi karena virus H5N1 mampu bersarang di tempat lembab. Jika obatnya ku keringkan maka dia tak akan mudah resistensi karena tak berkontak langsung dengan virus. Minumlah... Memang belum terlabeli karena baru beberapa bulan lalu saya menyelesaikan obat itu"jelasKu membuat Fahri menganggu dan langsung menelan obat yang kuberikan.

Aku tak mampu menahan hatiku yang juga gelisah. Aku pun memilih mengikuti alunan merdu berisi pesan yang tak akan ada manusia yang mampu menulisnya. Karena pesan dalam alunan tersebut hanya Dia yang mampu menciptakannya.

"Dokter hafal surat Nuh?"tanya Fahri yang kujawab dengan gelengan.

"Hanya sering mendengarnya sehingga saya terbiasa"jawabku

Aku melihat ke arah Fahri yang ikut melantunkan syair indah tersebut. Suaranya begitu merdu dan fasih dalam setiap pelafalan kata.

"Kau hafal?"tanyaKu

"Surat Nuh adalah surat favorit saya dok"jawab Fahri dan aku tersenyum "ternyata memang hanya Al-Quran yang mampu memberikan ketenangan. Bahkan lagu-lagu melow dan alunan musik seperti piano tak semenenangkan ini"ucap Fahri yang ku setujui dalam hati.

"Apa yang akan kita lakukan dok?"tanya Fahri kembali.

"Menunggu tim WHO Indonesia tiba membawa peralatan dan obat. Sebelum itu kita harus merawat keluarga tersebut"jawabKu

"Dok, apakah salah jika dokter pun merasa takut mati?"tanya Fahri membuatku menatapnya dengan senyum. Mungkin terlihat aneh, namun aku pernah melontarkan pertanyaan itu saat masa Ko-ass dulu.

"Fahri, kau tau kisah umat nabi hud yang meminta kepada Allah untuk tidak dimatikan?"

"Tidak dok"

"Umat nabi hud adalah pembangkang yang sangat menjengkelkan menurutku. Namun, dengan sikap mereka itulah kita dapat mempelajari hal yang salah dan tak melakukan hal serupa. Kala nabi hud mengatakan bahwa kematian itu sangat menyakitkan. Semua umat nabi hud langsung ketakutan dan meminta kepada nabi hud untuk berdoa agar diberikan kekekalan. Allah pun mengabulkan permintaan nabi hud untuk umatnya. Namun kau tau apa yang terjadi? Umat nabi hud menyesal meminta doa tersebut kepada Tuhannya nabi hud yaitu Allah"

"Kenapa dok?"

"Karena tidak adanya kematian sedangkan kelahiran terus meningkat membuat sesak dunia. Hal ini karena tak sebanding ya desa dengan jumlah warga yang terus bertambah. Lalu kemudian banyak orang tua renta yang sakit namun tetap tidak bisa meninggal"

"Apakah nabi hud berdoa kembali agar mereka tak hidup kekal kembali?"tanya Fahri

"Kau tau Fahri, Allah memiliki rencana sendiri agar hambaNya kembali ke jalannya. Tugas kita adalah membantunya mensukseskan dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Nabi hud pun berdoa agar tak kembali menjadi manusia yang kekal kembali dan Allah mengabulkan nya"

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang