Bab 29

47 2 0
                                    

Liana tampak bahagia. Siang ini dia memutuskan untuk mengajak Miftah dan Dian ke resrauran jepang. Liana mengendarai mobil begitu ceria bahkan seperti melihat dirinya beberapa tahun lalu.

"li, apa lo habis menang lotere ratusan miliyar?"tanya Dian ketika Liana menjemput dirinya beberapa saat lalu.

Kini Miftah yang sudah selesai kelas dan Dian yang dijemput beberapa saat lalu duduk diam di mobil yang sudah seperti lobang speaker. Liana menyetel beberapa lagu dari musik gambus kesukaannya dan mengendarai mobil begitu santai. Senyum tak luntur dari wajah bulatnya.

"li... Kak Husein chat menanyakan kita ada dimana? Jangan bilang kau izin libur tanpa pamit?!"

"Hari ini gue free dia mencari gue untuk pidato hasil penelitian. Sudah ada Kak Bayu mengapa perlu gue lagi?. Jawab saja Liana free hari ini kak. Mampirlah ke Mall Casablanca setelah selesai seminar"ucap Liana begitu santai.

"weh.... Sepertinya menjadi jomblo membuat lo bahagia sekali. Kenapa gak ajak arin juga?"

"dia pergi ke jogja bareng kak rohman"jawab Liana santai membuat Dian terkejut.

"mereka pergi berdua?! Ayang beb gue....kenapa gak bilang gue??"sungut Dian menatap Liana kesal

"weh ampun dah.... Abang gue itu sukanya sama Arin. Lagian nih ya... Lo itu udah banyaj gebetannya ogah gue jodohin abang gue sama lo"

"ish... Kesel banget. Miftah setuju kan kalo mba Dian jadi kakak ipar miftah?!"tanya Dian kepada Miftah yang asyik membaca novel ditangannya.

"huh? Lebih baik tidak sama sekali mba"jawab Miftah membuat Liana tertawa dan Dian memberenggut. Miftah juga tertawa melihat kelakuan dua sejoli dihadapannya tersebut.

"miftah gak kumpul sama kawan-kawan dek?"tanya Dian mencoba meredakan tawa Liana.

"miftah gak punya teman seperti kakam dan kak arin"jawab Miftah santai

"kau tidak berniat memiliki teman?"

"hm... Aku cukup dengan membaca buku saja. Lagian miftah sudah punya Kak Rohman dan Kak Liana"jawab Miftah membuat Dian kembali terkejut.

"Li... "

"dia punya sahabat tapi sudah pergi sebaiknya kau tidak perlu membahasnya lagi"ucap Liana begitu datar. Sedangkan miftah kembali membaca buku di tangannya. Berbeda dengan Dian yang menatap adik kakak tersebut dengan bimbang.

"kau betul2 mirip kakakmu. Mba yakin kau bakal menemukan sahabat seperti mba dian dan mba arin yanv bersahabat dengan kakakmu"ucap Dian dengan senyum tulus. Inilah yang membuat Liana menerima Dian dalam kehidupan kampusnya.

"apakah semenyenangkan itu memilimi teman?"tanya Miftah sedimit tertarik.

"tentu, lihatlah kakakmu. Dia bisa meluapkan segalanya kepada mba dan mba arin"

"oh... "

"kau juga memiliki teman makan,  bekerja,  nugas,  dll"

"hmm... Baiklah. Jika miftah menemukan seseorang yang pantas. Miftah akan mengenalkannya ke kalian"

Liana dan Dian tersenyum mendengar ucapan Miftah. Sesampainya di mall mereka menuju salah satu restauran jepang favorite Liana. Liana memesan Ramen Gekikara dengan Karage sebagai toping pelengkap. Sedangkan Dian dan Miftah memilih Sushi dan Udon. Liana juga memesan tambahan Ebi Furai dan Chiken Ekado. Minuman yang mereka pesan satu macam saja Green Tea (Teh Oca).

"mereka jadi kesini?"tanya Liana kepada Dian yang asyik bermain game bersama miftah.

"hah? Mereka siapa?"tanya Dian membuat Liana menatapnya bosan. Kebiasaan Dian ketika asyik bermain adalah kehilangan fokus.

"Kak Husein"jawab Liana

"oh... Entahlah tadi Dia bilang otw"jawab Dian sekenanya dan kembali asyik memainkan game di layar ponselnya. Liana pun hanya menggeleng dan kembali membaca catatan di memo kecilnya. Catatan yang berisi materi kedokteran.

"Kakak belajar?"tanya Miftah yang disusul tatapan Dian. Sudah lebih 15 menit mereka bermain dan sebagian makanan sudah tersaji di hadapan mereka.

"hmmm. Kalian bermain lagi saja. Kalo makanannya sudah siap semua kakak ingatkan kok"

"enggak... Ini kan hari libur kakak bermainlah bersama kami"ucap Miftah

"kau yakin mau bermain dengan kakak? Jika kau meminta baiklah. Kakak akan selesaikan permainan kalian dalam 10 menit"ucap Liana membuat adiknya tertantang. Sedangkn Dian menggeleng mencoba menolak.

10 menit berlalu dan mereka kalah telak oleh Liana. Makanan pun sudh tersaji semua. Miftah masih dengan kekecewaannya sedangkan Dian sudah pasrah sejak awal.

"tau kakak sudah grand master gak bakal miftah ajak main"

"hahahaha... Kan udah mba bilang"sahut Dian tertawa renyah dilanjut dengan melahap ebi furai.

"sudahlah...  Kita makan dulu. Nanti keburu dingin ramen kakak"ucap Liana yang langsung berdoa dan memakan ramen nya.

"woah.... Segar sekali"ucap Miftah setelah menyeruput Sup Miso yng disajikan oleh restauran. Liana tersenyuma dan meraih tissue untuk membersihkan sisa kuah di mulut adiknya.

"ah.... Andai Putra sama seperti miftah"ucap Dian membuat Liana tersenyum.

"kalau putra sama seperti miftah namanya bukan putra lagi mba. Tapi putri"sahut Miftah membuat Liana tertawa.

"aihh...  Adik kakak gak ada bedanya kalau sudah nyeplos"sungut Dian kemudian menyuruh Liana dan Miftah kembali makan. Liana pun tersenyum bersamaan dengan miftah.

"ohh.... Kakak chat gak dibales ternyata sedang makan enak"ucap Seseorang Pria dengan pakaian formal yang membuat semua menatap ke arah mereka. Liana pun menatap pria tersebut sedikit risih.

"udah duduk ih.... Pada liatin kita semua tuh"sungut Dian mewakili Liana.

Husein pun duduk di samping Dian karena Bayu sudah duduk disamping Liana. Mereka melanjutkan makan dan Husein memilih memesan makanan yang cepat begitu pun dengan Bayu.

"Kalian bertiga aja?"tanya Husein mengambil Chiken Ekado

"...."

"Ya Allah gadis2 ini....  Kakaknya tanya gak ada yang di jawab"ucap Husein membuat Bayu menggeleng.

"kenapa pula kau bertanya bodoh! Sudah tau mereka cuma bertiga"sahut Bayu membuat Liana tersenyum dan mengangkat alisnya tanda setuju.

"aihh.... Kok gak ajak Rohman dan Arin?"

"Abang sedang minta restu mertua"jawab Miftah membuat Husein dan Bayu menatapnya bingung.

"maksudnya dek?"tanya Bayu

"iya minta restu ke orang tua arin kak bayu.... "sahut Dian sedangkan Liana memilih diam tak berkomentar dan sibuk menghabiskan ramen miliknya.

"HAH?!"

"ish berisik banget sih kalian berdua. Pada nengok kesini semua. Udah makan dulu tuh mamasnya udah nganterin makanannya"sungut Liana yang sudah kesal karena teriakan kedua pria di dekatnya tersebut.

"aku sudah gak selera. Kakak sudah penasaran maksud ucapan kalian tuh gimana"ucap Husein meletakkan kembali sumpit yang tadi diterima olehnya dari pelayan restauran.

"ish kak udah makan dulu. Mood Kak Lili lagi baik. Kalo jadi jelek gak bakal main-main hari ini"ucap Miftah membuat Husein pasrah menahan dirinya menuntut pertanyaan kepada gadis disamping dan di sebrangnya. Husein pun melahap makanan dihadapannya begitu pula dengan Bayu.

The White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang