Seusai makan mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Tidak.... Hanya Bayu dan Liana. Husein memilih menemani Miftah dan Dian bermain di timezone. Bunga-bunga tampak mekar dengan begitu indah membuat taman terlihat cantik. Mereka janjian akan bertemu di taman ini setelah selesai bermain.
"kenapa kau tidak ikut Dian dan Miftah? Bukankah kau yang mengajak mereka dek?"tanya Bayu heran.
"hmm... Gak papa kak. Liana hanya ingin main ke taman saja. Timezone terlalu berisik"jawab Liana yang memilih duduk di bangku taman.
"Kamu masih memikirkan arya?"tanya Bayu yang dijawab gelengan oleh Liana. Gadis itu juga tersenyum begitu manis menjawab pertanyaan tersebut "Kamu tidak mencintainya?"
"Aku masih mencintainya, tapi Aku percaya takdir Allah kak. Aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuk Liana. Liana pun bersyukur masih ada Kak Rohman dan Miftah. Liana juga memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti Arin, Dian, Kakak dan Kak Husein"jawab Liana begitu tulus tidak ada penyesalan ataupun kesedihan dari tatapan matanya.
"arya sudah menjelaskan semuanya kepadamu?"tanya Bayu yang dihawab gelengan oleh Liana.
"Liana belum mendapatkan penjelasan apapun dari Arya, tapi surat darinya menjelaskan segalanya. Liana pun akan melakukan hal tersebut jika berada di posisi Arya"
"Jadi kau tidak marah?"
"kak bayu ini kepo banget ya.... Coba kakak bayangkan saja kalo kakak jadi Liana. Marah atau enggak?"
"ya pasti marah sih, cuma kamu kan kelewat gak normal kadang"
Liana menatap Bayu kesal dan memukul pundak pria tersebut dengan tas selempang dipangkuannya.
"sakit dek"
"ya lagian... "
"hahaha okay2. Maaf ya.... Oh iya kamu gak kangen sama ibu kakak? Dia nanyain kamu terus. Sampe2 profesor mu memilih lembur di rumah sakit dari pada pulang ke rumah"ucap Bayu mengalihkan pembicaraan.
"haha... Profesor melakukan itu?"
"yups"
Tawa Liana begitu lepas tak lama setelah itu Dian, Miftah dan Husein berjalan menghampiri mereka. Bayu tersenyum menatap wajah cerah Liana yang tampak manis saat tersenyum. Liana pun memeluk Miftah yang berlari menunjukkan hadiah yang didapatnya dari permainan di Timezone. Mereka pun menuju parkiran untuk kembali pulang ke rumah.
"Bay, gue nyetirin mobil ciwi-ciwi ya... Lo jangan pergi ikutin gue di belakang. Nanti gue nebeng sama siapa ke rumah sakit?!"ucap Husein membuat Liana menghentikan pergerakannya untuk duduk di kursi kemudi.
"kasihan dong kak husein.... Masa kak bayu sendirian di mobil?"ucap Dian begitu gentit membuat Liana menatapnya jengah.
"kakak gak usah ikutin kita, Liana juga mau ke rumah sakit. Jadi kak husein nanti bareng liana aja"ucap Liana ke bayu dan berlalu ke kursi belakang menyusul Dian dan Miftah yang sudah duduk di dalam mobil.
"ya udah kalo begitu, lo duluan aja ke rumah sakit. Gue anter mereka dulu sekalian numpang tidur sebentar di rumah"
"okay, lo hati-hati bawa mobilnya. Jagain mereka baik-baik"ucap Bayu memperingati husein.
"aman bro, ada calon istri yang gak pernah peka di dalam sini. Lo juga hati-hati"ucap Husein kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Selama perjalanan tidak ada hentinya perdebatan antara husein dan dian. Seperti sekarang, mereka berdebat bentuk awan yang di tunjuk miftah saat berhenti karena lampu merah.
"ih.... Kak dian sama kak husein berisik!"sungut Miftah merasa terganggu karena tengah asyik membaca novel di tangannya.
"akhirnya lo berdua diam juga"ucap Liana membuat Husein dan Dian menatapnya sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The White Lie
Romance#1Kesehatan #1Rohman #2Mentri #4Pemerintahan # 768kenangan # 11pemerintahan Hati ku tak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut akan kembali tersakiti -liana Aku hanya seorang manusia biasa. Maaf jika dulu aku menyakiti hati mu. Tak bisakah kau...