Suasana pagi ini cerah sekali. Secerah hari-hari keluarga Rhodes yang selalu dilalui dengan bahagia. Ada Tante Maria dan Bu Ina yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur, tapi masih sempat membicarakan pedagang sayur bermulut jigong yang selalu berlebihan ketika mempromosikan dagangan-dagangannya.
Kemudian ada Om Ferdinandㅡsang kepala keluarga yang baru keluar dari kamar sedang berjalan ke arah meja makan sambil merapikan setelan kemejanya.
Terakhir, sebuah pagi akan terasa kurang lengkap jika tidak dibuka dengan acara sahut-sahutan berbumbu omongan kasar dari Eric dan Amanda.
Pagi ini, topik pembicaraan Eric dan Amanda adalah: pacar baru.
"Gue lihat ada bunga tuh di dalem kamar lo."
Eric yang sedang bermain ponsel spontan menghentikan gerakan tangannya, beralih menatap Amanda dengan datar.
Tidak ada jawaban dari Eric, Amanda melanjutkan, "Buat siapa tuh? Valerie? Stephanie? Melanie?"
Eric berdecak kecil. "Gue lagi gak cari gara-gara sama lo ya. Lo gak usah mancing-mancing."
"Oh... jadi bukan buat ketiga cewek itu. Apa masih ada nama yang belum gue sebut?"
"Ck." Tangan Eric bergerak meletakkan ponselnya di meja.
"Jangan bilang kalau lo punya pacar baru lagi."
"Emang iya. Kenapa? Lo iri?"
"Idihhh. Ngapain juga gue iri? Seakan-akan gak adaㅡ"
"Emang bener. Emang ada yang mau sama cewek gorila kayak lo?"
Di sebelah Amanda, duduklah Keiraㅡgadis yang sedari tadi hanya menjadi penonton. Mengingat kalau Amanda memiliki temperamen yang buruk, Keira menoleh ke Amanda, sadar kalau wajah gadis di sampingnya mulai memerah. Dalam hati, Keira sudah menebak. Sebentar lagi, amarah Amanda pasti akan meledak.
"Bilang apa lo? Coba lo ulangi satu kali lagi."
Keira berganti menatap Eric yang mulai menunjukkan wajah songong dan soknya. Eric duduk tegak, melipat kedua tangannya di atas meja dan menatap Amanda dengan tatapan begitu merendahkan. "Gak. Ada. Yang. Mau. Sama. Cewek. Gorila. Kayak. Lo! Selain jadi jelmaan gorilla, gue gak tau kalau lo juga budegㅡ"
Ucapan Eric langsung menggantung di udara ketika sendok di tangan Amanda hampir melayang ke arahnya. Untung saja Ferdi langsung menghentikan aksi anak perempuannya tersebut dengan cepat. "Amanda,"
Wajah songong Eric berubah kian songong. Diikuti tawa kecil yang terdengar begitu merendahkan. "Ouch. Gue takut. Jangan ngamuk. Ntar identitas lo terungkap. Bisa-bisa, elo dikembaliin ke hutan tuh."
Keira langsung menggelengkan kepalanya kecil, tidak habis pikir dengan pasangan saudara ini. Terutama dengan Amanda. Kenapa Amanda selalu memancing untuk berdebat dengan Eric jika dia tahu kalau dia yang akan kalah nantinya? Eric juga. Kenapa untuk satu kali saja, laki-laki itu tidak pernah mau mengalah dengan kakaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...