Tiga

1.6K 97 0
                                    

Pagi itu, Eric dan Keira turun dari mobil bersama-sama setelah diantarkan sopir ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Eric dan Keira turun dari mobil bersama-sama setelah diantarkan sopir ke sekolah. Keira berjalan dengan riang seperti biasa. Sedangkan Eric yang berjalan di sebelahnya, diam-diam melirik gadis itu. "Ehm." Eric berdeham pelan. Tapi gadis di sebelahnya tak kunjung menyadarinya. Lantas, Eric semakin mengeraskan dehamannya. "Eheemmm."

Akhirnya, Keira sadar. Gadis itu menoleh kepada Eric dengan raut bingung. "Kamu sakit tenggorokan?"

Eric menarik napas pendek, kemudian menggigit bibir bagian dalamnya pelan. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Kamu SMA tetap di Harda, kan?" tanya Eric cepat.

Keira mengeratkan genggaman tangannya pada tas ransel. Lalu dia mengangkat bahu kecil. "Aku masih belum tahu."

"Kenapa masih belum tahu?" tanya Eric langsung. Tersirat nada kesal penuh tuntutan di suaranya ketika pertanyaannya mengudara. Eric menatap Keira lagi, sangat serius. "Ke Harda aja."

"Kenapa?"

"Kamu mau masuk Sandik?"

"...." Keira tidak menjawab. Jujur, dia sendiri masih bingung.

"Kei," panggil Eric pelan. "Minggu depan, kita harus ngumpulin formulirnya. Kamu tetap satu sekolah sama aku kan?"

Keira menundukkan kepalanya dalam. "...."

"Sama aku aja," Eric semakin memaksa.

"Aku masih belum tahu ... Ric."

Eric menghela napas panjang. Wajahnya terlihat kecewa ketika mendengar jawaban Keira. "Jangan lama-lama pikirnya," ucapnya dengan nada menuntut. "Besok kasih tau aku."

Mata Keira langsung membulat. "Kenapa harus besok?"

"...." Eric tidak menjawab. Wajahnya terlihat berpikir. "Kamu mau aku kasih kamu berapa hari?"

Keira menggigit bibir, tidak bisa menjawab pertanyaan Eric. Kenapa permasalahan mau masuk sekolah saja bisa sangat dipermasalahkan seperti ini oleh Eric? Sejujurnya, sekolah mana yang ia pilih pun, tidak ada hubungannya dengan Eric. Dia memiliki hak untuk memilih sekolah yang akan dituju sendiri. Eric juga bilang tidak akan memaksanya kemarin. Tapi kenapa laki-laki itu menunjukkan hal yang sebaliknya pagi ini? "Kalau aku masuk Sandik, kamu juga bakal ikut ke Sandik kan?" tanya Keira pelan, membuat Eric langsung membulatkan mata.

"Kamu," Suara laki-laki itu terdengar tertahan. "Kamu beneran milih Sandik?" Gurat kepanikan terlihat di wajah bocah SMP itu. Tanpa sadar, dia maju beberapa langkah ke depan Keira. "Amanda udah bilang apa aja sama kamu? Kasih tahu aku, Amanda bilang apa aja sama kamu?"

Keira langsung ikut mundur beberapa langkah. Tangannya melayang ke depan Eric, menyuruhnya untuk tidak lagi mendekat kepadanya. "Eric, bisa kita bahas ini lain kali? Sepertinya sebentar lagi bel."

Eric menelan ludahnya susah payah. Dia menatapi Keira yang terlihat menundukkan kepala dalam-dalam. Meski enggan, laki-laki itu akhirnya menganggukkan kepalanya. Hampir saja Keira sudah melesat meninggalkan Eric, tapi langsung tertahan begitu Eric mencekal tangannya. "Nanti, waktu istirahat, tunggu aku ke kelas kamu ya. Kita makan bareng."

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang