"Asikkkk!!!" Amanda berseru penuh semangat ketika tahu Keira akan bersekolah di tempat yang sama dengannya saat SMA nanti.
"Akhirnya!!! Gak ada penganggu lagiii dehhhh!!!" tambah gadis itu sambil melirik satu orang di seberang dengan senyum mengejek.
Hal tersebut langsung mengundang Eric untuk berdecak kesal. Ia melihat Keira dengan mata yang sudah memicing tajam. "Kamu kenapa lebih pilih Sandik!"
Tubuh Keira seketika terperanjat. Butir-butir nasi yang ada di mulutnya langsung tertelan susah payah.
"Jelas dia udah terganggu sama lo, bocil."
Sontak, Keira menatap Eric, dan Eric langsung membalasnya tajam. Dengan cepat, Keira menggelengkan kepalanya berkali-kali, memberi laki-laki itu isyarat kalau apa yang dikatakan Amanda tidak lah benar.
"Ck. Aduh, Eric Malvinnn," gerutu Maria berusaha mengikuti perbincangan tiga remaja yang jauh lebih pantas disebut perdebatan meskipun hari masih sangat pagi. Ia mengelengkan kepala kecil lalu menatap anak bungsunya jengah. "Keira nggak akan ke mana-mana kok, Eric... Aduh... takut banget, sih, kamu ini. Keira masih tinggal di rumah ini, tidur di kamarnya, sarapan-makan siang-makan malam juga masih di meja makan ini. Apa sih? Gak usah lebay gitu ah!"
Sontak, Eric dan Keira saling menatap lagi. Kemudian dengan kompak, mereka sama-sama memutuskan pandangan di detik yang sama.
"Mama tahu nggak sih, di Sandik, itu banyak premannya!"
"Masa sih," balas Ferdi ikut menanggapi. "Buktinya Amanda selama ini baik-baik aja kan? David, sepupu kamu yang juga alumni Sandik aja bilang kalau sekolah di sana enak banget."
Eric masih menekuk wajahnya tanda tidak terima.
"Atau kamu aja yang pindah ke Sandik? Ikut sama Keira dan Amanda?"
"Gaakkk!" Amanda spontan berteriak tanda tidak terima. Dengan wajah tegas, gadis itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Papa mau masa-masa SMA aku dieksploitasi sama Eric? Yang ada, bukannya seneng-seneng, tapi malah direcoki tiap menit tiap detik sama bocil itu, Pa!"
"Bersenang-senang," gerutu Eric sinis. "Bersenang-senang banget ya?" tanyanya diikuti senyum miring di wajah. Amanda langsung mendelik lalu ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Sial. Kenapa sih dia harus punya adik menyebalkan seperti Eric!
Diam-diam, Keira menjatuhkan fokusnya pada Eric lagi. Sedari tadi, wajahnya tidak berhenti memerah. Ia bahkan tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan Amanda semalaman kemarin. Meski Eric tidak menjawab Amanda secara langsung, tapi, entah mengapa, semua orang sepertinya dengan kompak mengatakan kalau laki-laki itu menyimpan perasaan khusus kepada dirinya.
Jantung Keira secara otomatis berpacu kencang.
Keira masih menatap Eric dalam diam. Beberapa detik kemudian, Eric tiba-tiba menoleh dan ikut memandang ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...