Dua Belas

1.1K 64 2
                                    

Silakan mendengarkan lagu di atas sembari membaca chapter ini. Terima kasih. 🤍

Setelah keluar dari area bioskop, Eric sesekali melirik Keira yang masih tampak menegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari area bioskop, Eric sesekali melirik Keira yang masih tampak menegang. Gadis itu bahkan belum membuka suara sedari tadi. Wajahnya masih terlihat pucat pasi. Eric jadi menghentikan langkahnya, membuat Keira jadi ikut melakukannya. Keduanya saling menatap. Lalu Eric tiba-tiba mencubit satu pipi Keira. "Hapus air mata kamu, Kei."

Keira terlihat terkesiap. Dia segera menundukkan wajahnya yang memerah. Dengan cepat, gadis itu mengusap wajahnya lalu menggelengkan kepala kecil. Sebagaimana penyesalan selalu datang terlambat, gadis itu mulai diserang perasaan malu yang begitu besar. Apa yang baru saja dia lakukan? Dia memeluk Eric tadi, lalu menangis di depannya. Sekejap, rasa malu itu kini membuncah memenuhi seluruh hatinya. Keira menangkup wajahnya yang memanas, kemudian menggelengkan kepala berkali-kali lagi.

"Kenapa?"

Gadis itu terus menundukkan kepala, tidak berani menatap Eric. Dia malu sekali. Astaga, apa yang baru saja dia lakukan? Keira tidak berhenti merutuk di dalam hatinya. Seharusnya, dia bisa mengendalikan dirinya sendiri tadi. Tidak perlu sampai berbalik menghadap ke Eric lalu memeluk laki-laki itu seperti anak kecil yang sangat ketakutan. Apalagi dia sampai menangis di depan Eric tadi. Ya Tuhan.... Keira sungguh tidak habis pikir.

Gadis itu melirik Eric yang terlihat sedang menatap lurus ke depan. Dengan wajah yang masih sangat memerah, Keira mulai menguatkan hati untuk berbicara. "Ric... untuk yang tadi, aku minta maaf, ya...." cicitnya pelan nyaris sekali tidak terdengar.

"Apa?" tanya Eric tidak bisa mendengar suara Keira.

Mereka saling menatap lagi untuk sejenak. Wajah Keira berubah dua kali lipat lebih memerah. Lalu saat tatapannya jatuh pada kaus yang dikenakan Eric, wajahnya semakin merah padam. Ada bekas air matanya di sana.

"Itu ... aku sudah mengotori baju kamu."

Eric menatap kausnya, lalu berganti menatap wajah merah padam Keira secara bergantian. Senyum miring langsung terpatri di wajahnya ketika Keira terlihat sangat malu sekarang. "Begitu? Lalu?"

Kedua mata Keira mengerjap tidak mengerti. Dan Eric tiba-tiba saja mengajaknya pergi ke suatu tempat. "Ke sana yuk," ucap laki-laki itu sembari menarik tangannya menjauh.

Keira yang tidak bisa menolak, berakhir berusaha menyamakan langkahnya dengan Eric yang ternyata membawanya ke salah satu counter toko yang biasanya dikunjungi untuk membeli hadiah. "Kamu suka yang mana?" tanya Eric kepada Keira.

Keira menoleh ke depan, mendapati beberapa gelang berbahan tali yang dipajang dengan motif berbeda-beda. Dia menoleh ke Eric lagi, menatapnya dengan alis terangkat tinggi.

"Gelang couple. Seperti yang kamu punya bersama teman kamu."

Keira langsung menganggukkan kepalanya berkali-kali, mengerti. Dia menoleh ke depan lagi, mulai membungkukkan tubuh, mengamat-amati beberapa gelang lucu tersebut. "Tapi ini biasanya untuk perempuan."

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang