Tiga Belas

1K 60 1
                                    

Waktu yang ditunggu-tunggu Amanda, tapi tidak pernah bagi Eric akhirnya sudah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu yang ditunggu-tunggu Amanda, tapi tidak pernah bagi Eric akhirnya sudah datang. Pagi ini, kedua mata Eric tidak bisa berhenti berkedip ketika melihat Keira duduk di kursi meja makan dengan seragam SMA yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Entah mengapa ... tapi, sejak kapan ... Keira terlihat sedewasa itu? Rambut lurus bewarna cokelatnya tergerai indah. Kemeja putih dengan bordiran logo bewarna biru terpatri di pojok kanan seragam gadis itu, berbeda dengan miliknya yang bewarna hijau-kuning.

Sadar sedang ditatap, Keira mendongak kemudian dua pasang mata itu saling memandang untuk beberapa detik kemudian. Gadis itu mengerjap dua kali. Menunggu Eric untuk segera berbicara kepadanya. Tapi, untuk satu menit ke depan, keduanya bahkan terus saling menatap tanpa ada sepatah kata pun yang terucap.

Hingga akhirnya, "YESSSS!!! Satu sekolah sama Keira lagiii!"

Keduanya langsung terkejut begitu saja. Teriakan Amanda yang sangat menggelegar menggema untuk beberapa detik kemudian di ruang makan. Seakan tersadar, Eric langsung memalingkan wajahnya ke sekitar dan berdeham pelan. Dia melirik Keira yang sekarang sedang menyambut Amanda dengan senyuman.

"Belum kali." Eric menceletuk pelan. Terdengar sedikit ketus. "Masih MOS. Lo masih minggu depan masuknya."

Amanda melirik Eric sekilas, lalu memeletkan lidah tidak peduli. "Yang penting habis ini, gue bisa satu sekolah lagi sama Keira. Tanpa pengganggu. Tanpa penguntit. Bebas, sebebas-bebasnya!"

Mata Eric langsung mendelik. "Emang kalian mau ngapain!?"

Seulas senyum jail terpatri di wajah Amanda. Dengan senyum menggoda, gadis itu menatap Keira yang tengah menyantap sarapannya dalam kedamaian. Lalu Amanda tiba-tiba merangkul bahu Keira brutal, hingga membuat gadis berseragam SMA tersebut terkejut di tempat.

Eric langsung berdecak. Sangat prihatin. "Kayaknya Keira lebih aman kalau sama gue."

"Kaca di sini kayaknya kurang banyak ya," sindir Amanda sembari memberikan lirikan mautnya.

Eric berdecak lagi. Kali ini lebih panjang dari sebelumnya. Dia menggelengkan kepala berkali-kali lalu memutuskan untuk tidak menanggapi Amanda lagi. "Makan yang cepet Kei. Jam masuk sekolah aku gak sesiang sekolah kamu."

"Keira gak pergi sama lo, Bocil."

"Siapa yang bilang."

"Gue," ujar Amanda seraya membusungkan dadanya. "Keira pergi sama Pak Ito. Kita berangkat dan pulang bersama-sama. Loㅡnaik motor."

Eric menatap Amanda sengit. Matanya sudah menyipit tanda penuh protes. "Gak."

"Kumat deh, kumat."

Cicitan Amanda langsung membuat Eric menatapnya tidak suka. Laki-laki itu bahkan sudah meletakkan alat makannya di piring dan mulai menegakkan tubuh serius. "Keira berangkat dan pulang sama gue!"

"Sekolah lo sama sekolah kita jauh."

"Gue gak masalah!"

"Lo gak pikirin Keira?!" tanya Amanda dengan kedua mata melotot. "Ya gue tau jam pulang sekolah kita memang beda! Kita jam setengah empat, lo jam tiga! Tapi!" Pasangan adik-kakak ini sudah sama-sama tersulut emosi. "Jam masuk kita beda! Kita setengah delapan, dan lo jam setengah tujuh! Lo tega buat Keira nunggu pagi-pagi di sekolahnya, gak ada orang, gak ada siapa pun demi cuma berangkat dan pulang sama elo!?"

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang