Tujuh

1.3K 87 4
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"...."

"...."

"...."

Kira-kira keheningan terjalin selama lima menit.

"Tolong lepasin aku," ulang Keira dengan jantung ketar-ketir. Gurat ketakutan terlihat begitu jelas di kedua matanya. Dan ketika Eric melepaskan genggaman tangan mereka, Keira langsung melesatkan diri ke sebelah Maria.

"Keira sayang, bukan maksud Tante menyamakan kamu dengan mainannya Eric. Hanya saja, sikap Eric ini sudah terlalu...."

"Iya, Keira paham kok, Tante." Keira menganggukkan kepalanya mengerti. Dia menyematkan seulas senyum tipis di wajahnya setelah berbicara agar Tante Maria tidak lagi memasang wajah bersalah. "Aku boleh pergi kan, Tante?"

"Boleh dong."

Keira segera mengangguk memberikan raut berterima kasih. Ia ingin berbalik, tapi tiba-tiba merasa terlalu takut untuk melakukannya. "Kalau begitu, Keira pergi dulu ya Tante."

Dengan kepala tertunduk, Keira membalikkan tubuh. Sebisa mungkin gadis itu menahan keinginannya untuk tidak menatap Eric. Karena Keira tahu, jika ia melakukannya, mungkin keberaniannya akan menyusut lagi untuk keduanya. Bisa-bisa gadis itu berakhir menuruti Eric dan tidak jadi pergi bersama teman-temannya. Dengan sisa-sisa keberanian yang dimiliki, Keira berusaha berjalan melewati Eric.

Tapi usahanya ternyata tidak berujung pada keberhasilan ketika sadar ada dua tangan sedang merentang lebar-lebar, menghalangi pintu masuk untuk dilewati. Spontan, Keira langsung mendongak. Di depannya, Eric sedang menatapnya sangat serius. Secepat kilat, Keira langsung menunduk lagi. "Aku mau pergi dulu, Eric. Aku sudah izin sama Tante Maria, dan Tante Maria juga sudah memperbolehkan aku pergi, Ric. Bisa kamu turunkan tangan kamu dulu?"

"Ada yang mau aku bicarain dulu sama kamu."

Keira mendongak lagi dan Eric langsung menggunakan kesempatan itu untuk mengunci tatapan mereka. "Lima menit."

Keira terlihat ragu.

Dan Eric tidak membutuhkan persetujuan Keira. Tanpa menatap Keira, laki-laki itu mengambil tangan gadis itu dan membawanya ke suatu tempat begitu sajaㅡmengundang Amanda dan Maria untuk berdecak berkali-kali. "Sumpah, Ma. Aku curiga besar sama Eric. Kalau ditanya apa alasannya, dia cuma bilang demi kebaikan Keira. Kebaikan, kebaikan, apaan!" seru Amanda sambil menatap punggung adiknya sebal.

"Adik kamu suka sama Keira." Amanda langsung menoleh kepada Maria yang tengah menatap sejoli itu sambil senyum-senyum.

"Dasar ya. Anak muda-anak muda." Maria geleng-geleng tidak percaya.

"Beneran kan!" Amanda menghentakkan kakinya di lantai rumah penuh kekesalan. "Aku juga udah curiga kalau Eric sebenarnya suka sama Keira. Berlebihan banget tingkahnya!"

Maria mengangguk, kemudian menoleh kepada Amanda dan tersenyum jail. "Penasaran nggak?" tanyanya yang langsung membuat anak perempuannya menyatukan alis. "Pembicaraan mereka. Apa yang Eric mau katakan ke Keira. Lima menit yang Eric minta. Kamu nggak penasaran?"

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang