Begitu bel istirahat berbunyi kencang, Kezia dan Carline langsung memutar tubuh mereka ke belakang. Dengan kompak, mereka menghadap pada Keira yang masih saja berusaha mengerjakan latihan soal meski bel istirahat sudah berbunyi. "Kei, lo kenal sama Kak Arlo?"
Keira sedikit mendongak. Menatap Carline dan Kezia yang sudah terlihat seperti cacing kepanasan di depan matanya. Bergerak-gerak sendiri di tempat dengan wajah yang sudah dipenuhi gurat keingintahuan. Dengan polos, Keira menganggukkan kepalanya. Spontan, dua siswi itu langsung membulatkan kedua mata mereka. Mulut mereka langsung terbuka, menahan diri untuk tidak memekik di kelasㅡmengingat kalau masih ada beberapa siswa di dalam.
"Looo...." Kezia menunjuk Keira dengan jari telunjuknya. "Kenal dari mana!?"
Carline menganggukkan kepala antusias. "Kenal dari mana, Keiii??? Kok bisa lo kenal sama Kak Arlo? Gimana-gimana orangnya? Kalian sepertinya deket...kok bisa!?"
Mendapati rombongan pertanyaan dari Carline dan Kezia seketika membuat Keira jadi bergeming bingung di tempat. "Gue ketemu sama Kak Arlo Sabtu kemarin," jawab Keira masih dengan raut bingung.
"OEMJIII...." Tapi tentu saja tidak berhasil meredam rasa penasaran bin keingintahuan Carline dan Kezia. Mereka berdua sudah ingin memberondong Keira dengan puluhan pertanyaan lainnya, yang tentu saja akan selalu berputar mengenai Arlo, dan semua tentang Arlo. Untung saja ada Lia yang menyelematkan Keira dari Kezia dan Carline. Gadis tomboy itu langsung menggebrak meja beberapa kali. "Makan dulu, woiii."
Kezia dan Carline tidak memedulikan Lia yang kesal. Sebaliknya, dua siswi itu terus menatap Keira yang masih termenung di tempatnya sangat antusias. "Jadi, Sabtu kemarinㅡ"
Lia tiba-tiba menyeret tangan Keira sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya. "Di kantin aja, Kei. Biarin mereka penasaran dulu. Lo gak laper apa? Makan dulu aja."
"Eh eh eh...." Keira langsung kelimpungan sendiri di tempat. Tubuhnya sudah tidak lagi di kursi kelas. Satu lengannya dipeluk Lia dan diseret ke kantin secepat mungkin. Carline dan Kezia pun dengan kompak langsung beranjak dari bangku mereka dan berjalan di samping Keira.
"Makan di kantin kelas dua belas ajaaaa!!!" usul Kezia dengan begitu semangat. Kedua alisnya naik-turun, ingin meyakinkan ketiga temannya mengenai rencana yang diusulkannya. "Ada ayangnya Keira di sana. Sekalian. Cuci muka. Senior banyak yang cogan."
Lia langsung berdecak berkali-kali. Dan sebelum gadis berambut pendek itu melontarkan sanggahannya, Kezia segera menimpali. "Lumayan, Li. Kantin dua belas kan makanannya lebih elit daripada makanan di kantin kelas sepuluh."
Elit dalam artian jenis makannnya. Seperti ayam popcorn, berbagai jenis kopi bermerek perasaan, dan makanan ringan lainnya. Berbeda dengan kantin kelas sepuluh dan sebelas yang cenderung menjual itu-itu saja.
"Emang lo punya nyali buat makan di kantin kelas dua belas?" Carline bertanya dengan alis terangkat. Pasalnya, di Sandik, rumor-rumornya, senioritas masih terasa begitu kental di sana. Senior dianggap memiliki jabatan yang lebih tinggi. Sedangkan junior, tidak. Entahlah. Hal tersebut memang seharusnya tidak boleh dilakukan. Tapi, apa daya. Yang namanya budaya, akan sangat susah jika mau diubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romansa[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...