Epilog

2.3K 48 3
                                    

Silakan memutar lagu di atas saat kalian membaca chapter ini. Makasih banyak. :) 🤍

Senyum tidak kunjung menghilang dari wajah Keira sejak pagi hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum tidak kunjung menghilang dari wajah Keira sejak pagi hari. Padahal hari ini dia cukup sial. Pagi tadi, dia telat bangun. Lalu dirinya tiba-tiba diserang flu. Meskipun tidak berat-berat amat, namun cukup mempengaruhi harinya. Dia jadi bersin-bersin. Dan selama dua jam terakhir, frekuensi bersinnya meningkat cukup signifikan.

Tidak-tidak. Keira menggelengkan kepala kecil. Daripada menggunakan kata sial untuk mendeskrpsikan harinya, wanita itu lebih memilih untuk menggunakan kata gugup. Ya. Benar. Keira benar-benar diserang kegugupan hari ini.

Alasan di balik telat bangunnya adalah karena dia tidak bisa tidur semalaman. Maksudnya, hari ini dia dan Eric akan pergi berduaㅡbersama-sama setelah sekian lama, bagaimana wanita itu tidak gugup? Jadi, tidak heran kalau dia berakhir tertidur terlalu malam dan telat bangun di keesokan harinya.

Lalu, alasan datangnya bersin yang tidak pernah diundang itu anggap saja karena dia merendam diri terlalu lama di bawah pancuran air kemarin malam.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang sangat spesial. Tidak boleh ada kata sial. Semuanya memiliki alasan.

Sore itu, Keira berdiri di depan kantornya dengan senyum yang sangat lebar. Lalu senyumnya merekah semakin lebar saat mobil Eric tiba di depannya. Dengan langkah yang sangat riang, Keira masuk ke dalam mobil Eric. "Haiii," sapa wanita itu seraya tersenyum manis.

Eric melirik wanita di sebelah sekilas. Lalu dia menggumam pelan sebagai balasan. Dengan cepat, Eric menjalankan mobil. Dan selama perjalanan, tidak ada percakapan yang terjalin di antara keduanya.

Lima belas menit berlalu. Keira terus mengamati jalanan di luar dengan mata yang juga tidak berhenti memercikkan binar. Beberapa detik kemudian, wanita itu mengerjap berkali-kali dengan kening yang mulai mengerut saat menyadari kalau Eric menjalankan mobil ke arah yang berlawanan. Keira menoleh ke samping, pada profil samping Eric yang terlihat sangat tampan. "Eric? Kita mau ke mana?"

Tidak mendapati balasan, Keira terus menatap Eric dengan tidak mengerti.

"Tunggu aja," balas Eric akhirnya dengan pelan.

Keira masih terlihat bingung. Tapi karena dia tidak mau membuat masalah, wanita itu akhirnya memilih untuk menyimpan semua kebingungan dan pertanyaannya di dalam hati.

Tak lama setelah itu, mobil Eric berhenti di depan taman hiburan. Eric turun dari mobil dan Keira langsung ikut melakukannya. Cepat, Keira menyamakan langkahnya dengan Eric. Mulutnya sudah terbuka, hendak berbicara lagi, tetapi beberapa detik kemudian tertutup karena bersinnya datang lebih cepat daripada kata yang ingin terucap dari bibir. "Sorry," ucapnya pelan seraya menggeleng kecil. "Kok ke sini? Katanya mau beli...."

"Aku sudah membelinya tadi...." gumam Eric pelan memotong pembicaraan Keira.

Raut kecewa langsung terlihat di wajah Keira. Kenapa Eric membelinya sendirian? Lagi-lagi, wanita itu hanya menyimpan pertanyaannya di dalam hati.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang