Delapan

1.2K 84 4
                                    

Keira masuk ke dalam rumah ketika jarum jam kira-kira menunjukkan pukul empat sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keira masuk ke dalam rumah ketika jarum jam kira-kira menunjukkan pukul empat sore. Hal pertama yang matanya dapati adalah Eric yang sedang bersedekap di sofa ruang tamu. Ketika menyadari keberadaan Keira, Eric langsung berdiri tegak, mengamati gadis itu dari atas sampai bawah dengan pandangan yang sangat menelisik.

Setelah memastikan tidak ada yang berubah dari Keira, Eric mengangguk-anggukkan kepalanya kecil. Matanya merambat ke wajah Keira yang juga sedang menatapnya. "Seneng?"

Keira menaikkan alis tidak mengerti.

"Jalan-jalan sama temen-temen kamu. Seneng?"

Sontak, Keira menganggukkan kepalanya satu kali. Lalu dia tersenyum manis. "Seneng."

Keira sudah bersiap ingin melewati Eric karena tidak ada balasan lagi. Tapi langsung tertahan ketika tasnya tiba-tiba ditarik ke belakang. "Itu, di tangan kamu, ada apa?" tanya Eric dengan nada penasaran. Laki-laki itu menarik tas Keira sampai membuat Keira berdiri di sebelahnya, lalu mengamati sebuah gelang yang tersemat di pergelangan tangan gadis itu lama.

Sontak, Keira mengangkat pergelangan tangannya dan langsung menunjukkannya kepada Eric. Senyum yang ada di wajahnya sama sekali tidak menghilang sedari tadi. "Oh ini," jemarinya bergerak mengusap gelang perlahan. "Gelang couple sama temen-temen."

"Oke...." Eric mengangguk-angguk, mengamati gelang yang ada di tangan Keira dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Ya udah. Mau ngapain lagi? Ada yang mau kamu bicarain sama aku?" tanya Eric dengan satu alis terangkat. Keira menggelengkan kepala, dan Eric langsung mengangguk. "Ya udah, sana," usirnya dengan gerakan dagu. Tanpa menunggu waktu lagi, Keira langsung melesat masuk ke dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Eric sendirian di ruang tamu.

...

Setelah menyelesaikan makan malam, Keira memilih ikut bergabung bersama Maria dan Bi Ina yang tengah sibuk di dapur. Dia berdiri di sebelah Maria yang sedang mencuci piring, lalu segera mengambil alih piring kotor yang lain untuk dicuci. "Tante," panggil Keira pelan sambil melirik Maria.

"Ya?"

"Sepertinya Keira sudah tahu SMA nanti harus ke mana."

"Oh iya?" Maria menanggapi Keira dengan antusias. "Jadinya mau ke mana?"

Sebelum menjawab, Keira mengguyur piringnya yang berbusa dengan air bersih. Lalu setelahnya diletakkan di rak piring. "Sepertinya di Santo Benediktus."

Kedua mata Maria refleks membeliak. "Di Santo Benediktus? Kenapa?"

"Keira punya banyak teman di sana," jawab Keira pelan. Lalu dengan takut, dia menoleh kepada Maria. "Tante nggak setuju?"

"Setuju, dong," jawab Maria santai. "Berarti waktu SMA kamu berangkat dan pulangnya sama Amanda ya."

Keira menganggukkan kepalanya satu kali.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang