Sepuluh

1.2K 66 0
                                    

Tiga bulan kemudian~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan kemudian~

Hanya ada dua alasan kenapa Eric mendatangi kamar Amanda. Pertama, ada barangnya yang dipinjamㅡtanpa izinㅡoleh Amanda dengan seenaknya. Kedua, suruhan orangtuanya untuk memanggil Amanda. Selain itu, tidak ada alasan lagi yang bisa menjelaskan kenapa dia harus datang ke kamar kakaknya tersebut.

Tidak seperti tiga bulan yang lalu ketika dia menagih baju yang dipinjam Amanda tanpa izin. Tidak juga karena disuruh Maria atau Ferdi untuk memanggil sang gorila turun, malam ini, Eric datang ke kamar Amanda karena suatu alasan lain.

Eric membuka pintu kamar Amanda, lalu langsung dihadiahi wajah terkejut kakaknya ketika mendapatinya berdiri di depan pintu. Eric tersenyum miring ketika melihat mata kakaknya yang sudah membulat lebar. Sang gorila terlihat sedang bermain dengan ponselnya, entah apa yang gadis itu lakukan, tapi, sepertinya Eric tahu. Melihat Amanda langsung menutup ponselnya dan meletakkannya di belakang tubuhnya dengan gerakan defensif. Dengan santai, Eric menutup pintu, menghampiri sang kakak yang semakin mendelik lebar.

Kedua alis Eric naik-turun. Sangat jail. Amanda yang melihat rasanya sudah ingin melempar sendalnua ke depan wajah songong adiknya sendiri. "Ngapain!"

"Santai donggggg~~~~" Eric tidak henti-hentinya menaik-turunkan alis, membuat Amanda semakin tersulut emosi. Tidak perlu saling bertukar sapa, hanya dengan melihat wajah adiknya saja sudah membuat Amanda emosi sendiri. Songong, tengil, sok, menyebalkan, merasa selalu paling benar, tidak tahu diri, tidak pernah mau kalah, tapi sayangnya memiliki wajah tampan. Sial.

"Gue punya rahasia lo," ucap Eric santai. Tangannya dilipat di depan dada, menatap Amanda dengan senyum mengejek.

"...."

Ketika Eric mengalihkan tatapannya ke ponsel sang kakak, gadis itu langsung mengambil dan menyembunyikannya di belakang tubuh lalu menatap Eric dengan sangat defensif.

"Laporin gak ya~~~" Eric melirik wajah Amanda yang sudah memerah.

"Apa sih?" tanya Amanda dengan nada kesal. "Apa mau lo masuk ke kamar gue!"

"Minggu depan gue ulang tahun." Eric berbicara lagi. Membuat Amanda kontan menaikkan kedua alisnya tinggi.

"Terus? Elo mau malak gue?"

"Heem." Eric menganggukkan satu kali dengan senyum segaris.

"Sialan lo. Gue lapㅡ"

"Ehhh." Eric langsung pasang badan. "Gue juga akan laporin lo? Kalau sampai Papa tahu...." Mata Amanda mendelik lebar. ".... bau-baunya sih, hape lo bakalan disita."

Amanda langsung mendelik dua kali lipat lebih lebar. "Lo mau hadiah apa!"

"Gini...." Eric mulai membalikkan tubuhnya, menghadap ke Amanda lalu menatapnya serius. "Gue kan udah lulus. Nganggur nih gue. Bosen," ucapnya dengan wajah songong.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang