Tiga Dua

692 37 1
                                    

Begitu menyadari kalau kedua mata Keira sudah terbuka, Eric langsung menegakkan punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu menyadari kalau kedua mata Keira sudah terbuka, Eric langsung menegakkan punggungnya. "Gini katanya gak papa tadi pagi?" semprotnya langsung saat mata mereka saling bertabrakan. Mulut Keira sudah terbuka, tapi Eric tidak membiarkan gadis itu untuk berbicara. "Bisa gak, gak usah ikut olimpiade lagi? Sebentar lagi kita ujian. Kamu yakin mau gini terus? Sampai kapan?"

"Eric," panggil Keira pelan. "Kamu kenapa di sini?"

"Kenapa?" tanya Eric dengan nada datar. "Kamu kira Ryan yang bakal ada di sini?"

Keira langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Jam berapa ini, Ric?"

"Jam sepuluh."

Mata Keira spontan membelalak. Hal itu menandakan kalau dia sudah melewatkan tiga jam mata pelajarannya dengan tertidur di UKS. "Kamu kok di sini? Suster UKS di mana? Kalau kamu ketaㅡ" Keira menahan ucapannya di udara ketika wajah Eric terlihat semakin datar. "Iya...."

"Nanti masih mau bimbingan lagi di perpustakaan?"

Keira menganggukkan kepalanya. Gadis itu menggerakkan tubuhnya, duduk di kasur UKS, kemudian merenggangkan tubuh dengan gerakan pelan. "Aku gak papa, mungkin cuma kelelahan. Aku juga udah tidur lama. Udah baikan banget."

"Baikan baikan," gerutu Eric dengan nada mencemooh. "Tadi pagi kamu juga bilang gitu, lihat apa yang terjadi sekarang!"

Sontak, Keira sedikit terperanjat. "Maaf...."

Diam-diam Keira melirik Eric yang masih menatapinya dengan intens. "Kamu...." Suaranya terdengar pelan. "Daritadi di sini?"

"Hm. Kenapa? Kamu kira Ryan yang ada di sini?"

Alih-alih cepat membalas, Keira malah memalingkan wajahnya. Gadis itu berusaha menyembunyikan senyum yang tiba-tiba terbit di wajah. Tapi, sepersekian detik kemudian senyum itu langsung menghilang, lenyap ditelan angin. Kepalanya tertunduk lagi. Tidak-tidak. Ia harus bisa mengendalikan dirinya. Eric melakukan ini karena mereka adalah sahabat. Tidak lebih dari sekadar sahabat. Keira harus bisa mengendalikan dirinyaㅡdan hatinya sendiri.

"Makasih," ucap Keira pelan. Lalu menoleh ke Eric dan tersenyum tipis. "Makasih ya."

"Hm. Sekarang kamu mau ngapain? Istirahat lagi?" tanya Eric yang langsung dibalas dengan gelengan lemah.

"Aku balik ke kelas dulu ya. Kamu juga harus balik ke kelas, Ric," ujar Keira seraya beranjak dari kasur UKS. Setelahnya, gadis itu merapikan seragamnya yang kusut. Ia mendongak lagi, menatap Eric dengan senyuman. "Bye..."

...

Pulang sekolah, Eric langsung menuju ke perpustakaan sesuai dengan hukuman yang Ibu Lisa berikan kepadanya. Penjaga perpustakaan yang menyadari keberadaan Eric langsung menatap laki-laki itu dengan tatapan menyelidik. "Mau ngapain kamu?" tanya petugas perpustakaan dengan nada curiga.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang