Jangan lupa mendengarkan lagu di atas saat membaca chapter ini. Makasih banyak. :) 🤍
Enam hari tidak terasa sudah berlalu. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Eric berbaring di kasurnya dengan mata menerawang yang mengarah pada atap kamar. Kedua tangannya dia jadikan sebagai bantalan di belakang kepala. Laki-laki itu menghela napas panjang lalu mengembuskannya kasar. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu pagi. Tapi laki-laki itu belum juga bisa tidur.
Hatinya resah. Dan Eric tahu apa yang membuatnya merasakan perasaan tersebut.
Siang tadi, Keira pergi ke makam orangtuanya. Biasanya, Eric selalu menemaninya. Eric tahu, gadis itu pasti sedih satu harian ini. Setiap kali datang ke makam orangtuanya, Keira pasti sedih. Meski gadis itu tidak menunjukkannya karena selalu memasang senyum di wajah, tapi Eric mengetahuinya.
Eric memejamkan kedua matanya setelah mengeluarkan embusan napas panjang untuk kesekian kalinya. Laki-laki itu memiringkan tubuh, memeluk guling dan berusaha untuk segera masuk ke dalam alam mimpi secepat mungkin, ingin mengenyahkan semua pikiran tentang Keira yang berhasil mengusiknya selama beberapa hari terakhir. Dan semakin parah selama beberapa jam terakhir ini.
Lima belas menit berlalu dan perasaan resah itu tidak juga kunjung pergi. Eric memutuskan untuk bangkit dari ranjang, keluar kamar, dan berjalan ke arah kamar Keira yang hanya terletak beberapa meter di sebelah kamarnya. Dia bisa melihat dari jauh kalau kamar perempuan itu masih terang. Artinya, Keira belum tertidur. Begitu sampai di depan pintu kamar gadis itu, tangannya sudah terangkat ingin mendorong kenop pintu, tapi, tiba-tiba saja diurungkannya. Alih-alih langsung masuk tanpa izin, laki-laki itu mengetukkan jarinya terlebih dahuluㅡmeminta izinㅡdi depan pintu Keira.
"Kei...?" panggilnya pelan.
Tidak ada suara.
Ketukan jarinya di pintu Keira mengeras. "Keira...?"
Tetap tidak ada suara.
Apakah Keira sudah tidur? Kenapa Keira tidak membukakan pintunya? Eric yakin gadis itu pasti mendengar suaranya. "Keira???" panggil Eric lebih keras dari sebelumnya.
Semua keraguan di hatinya langsung dia enyahkan jauh-jauh. Tanpa menunggu waktu, Eric mendorong pintu kamar Keira ke dalam. Dan begitu masuk, kedua matanya berubah menyipit saat tidak mendapati kehadiran Keira di dalam sana.
Suara pintu dibuka terdengar. Eric langsung terkesiap dan menoleh ke sumber suara, mendapati Keira sedang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan mata membulat. "Eric?" tanya Keira dengan terkejut.
Eric mengamati penampilan Keira dari atas sampai bawah baik-baik. Sesuatu mengusik hatinya ketika mendapati kedua mata Keira yang terlihat memerah. Dengan cepat, Eric langsung menghampiri Keira. Dua tangannya mendarat di bahu gadis itu lalu dengan sengaja meremasnya pelan. "Kamu habis nangis?" tanya Eric yang langsung membuat Keira menundukkan kepala dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...