Empat Puluh [Selesai]

2.2K 44 10
                                    

"Aku sudah bicara dengan Om Ferdi dan Tante Maria kalau aku menolak perjodohan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah bicara dengan Om Ferdi dan Tante Maria kalau aku menolak perjodohan kita." Beberapa hari kemudian, dengan situasi sama persisㅡsaling menghadap di koridor lantai kamarㅡKeira mengatakannya kepada Eric.

"Thanks," balas pria itu singkat. Ada ekspresi yang berbeda di wajahnya kala itu. Dia terlihat sangat senang. Tidak mungkin mengenai perjodohan mereka yang gagal, karena sebelum Keira mengajak pria itu berbicara, wajahnya sudah terlihat begitu berseri-seri.

"Ric, apa ada sesuatu yang terjadi?" Keira memberanikan diri untuk bertanya kepada pria tersebut.

Lalu Eric menatapnya dan kedua mata itu sungguh memancarkan binar. Keira tidak pernah ditatap seperti itu. Tanpa disadari oleh wanita itu, jantungnya juga ikut berpacu keras. Senyum juga ikut muncul di wajahnya ketika menatap senyum manis pria tersebut.

"Kamu tau, Kei? Gladys udah balik ke Indonesia!" seru pria itu kelewat senang.

Mendengar alasan di balik perubahan ekspresi Eric, senyum di wajah Keira perlahan luntur. Dia menatap Eric dengan kikuk, tetapi beberapa detik kemudian dia berhasil mengendalikan dirinya sendiri. "Wah! Akhirnya kamu nggak perlu berpisah dengan Gladys lagi, Ric," ucapnya dengan senyum hangat yang mempunyai sejuta makna.

...

Tujuh tahun yang lalu~

Acara pelepasan bagi siswa kelas dua belas dilaksanakan satu minggu setelah pengumuman mengenai kelulusan mereka.

Keira berangkat bersama Ryan ke salah satu hotel ternama di kotanya. Dia tidak bisa berangkat bersama Eric, karena tentunya lelaki itu lebih memilih untuk berangkat bersama pacarnya sendiri.

"Lo cantik malam ini, Kei."

"Makasih. You look fine too, Ry."

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah menginjakkan kaki di ballroom hotel dan tanpa mereka duga ballroom tersebut sudah dipenuhi oleh banyak manusia yang sibuk berseliweran di dalamnya. Ada yang berbincang satu sama lain. Ada yang tertawa. Ada juga yang hanya diam saja di pojokan.

Mereka duduk di meja bundar yang sudah dipersiapkan oleh sekolahnya. Keduanya menyaksikan beberapa pentas yang ditampilkan. Ada pertunjukkan band, ada drama, ada pertunjukkan perfomance. Dan yang terakhir ada pertunjukkan spesial drama dari guru-guru yang berhasil menghibur para murid.

Tak terasa acara ternyata sudah tiba di penghujung, dan semuanya sontak bersiap untuk pulang masing-masing ke rumah mereka.

Begitu juga dengan Keira yang kala itu sedang berbenah di toilet. Wajahnya masih cerah, tetapi beberapa saat kemudian dia tak sengaja melihat tangan Gladys yang digenggam erat oleh Eric. Kedua matanya menyipit, penasaran. Dia tahu kalau hatinya tidak akan pernah siap untuk menerima apa yang akan ia lihat nanti, tapi otaknya tetap memerintahnya untuk mengikuti mereka.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang