Di belakang Jeff, Keira berjalan dengan kepala yang terus tertunduk dalam. Sebagian dari dirinya masih ketakutan, tapi sebagian lainnya juga malu karena dijadikan pusat perhatian sedari tadi. Kedua tangan gadis itu tertaut erat di depan tubuh, melampiaskan keresahannya di sana dengan saling meremas. "Kak...." panggil Keira pelan yang langsung membuat Jeff menoleh kepadanya. Gadis itu sedikit mendongak, menatap wajah diam Jeff. "Terima kasih. Tapi, sepertinya, aku harus menghampiri teman-teman aku."
Jeff langsung menggelengkan kepala. Meski hanya kecil, tapi raut tegas terlihat di wajah Jeff. "Gak," jawab Jeff lugas. "Arlo suruh gue bawa lo ke UKS, berarti lo harus ke UKS." Tautan tangan Keira berubah semakin mengerat. Gadis itu menggigit bibir dalamnya, berusaha mencari alasan lain agar bisa kabur dari percakapan ini.
"Aku gak papa." Keira berkata pelan. "Lagipula, ini lagi jam istirahat. Aku mau makan bersama teman-teman aku."
Satu alis Jeff terangkat. Lalu laki-laki itu melirik sekitar yang sekarang sibuk memperhatikannya dengan Keira. "Kalau gitu, biar gue bilang ke Arlo kalau lo laper."
"Ehhh...." Keira spontan menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Aku mau gabung sama temen aku."
"Iya, tapi, setelah gue liat wajah lo." Tubuh Keira tersentak saat mendapati suara berat Arlo terdengar di belakang tubuhnya. Apalagi, ketika mendapati dua tangan asing tahu-tahu mendarat di pundaknya lalu memaksanya untuk segera masuk ke dalam UKS.
Kedua mata Keira mengerjap. Gadis itu menoleh, mendapati Arlo yang sekarang menatapnya intens. "...."
"Lo...." Suara Arlo menggantung. ".... gak papa?"
"...." Keira pun juga terdiam. Matanya dan mata tajam Arlo saling berpandangan untuk beberapa detik kemudian. Lalu kepalanya mengangguk kecil. Disertai seulas senyuman yang terpatri di wajahnya tipis. "Makasih ya, Kak," ucap Keira penuh ketulusan.
Lima detik, Arlo terdiam. Matanya tidak bisa lepas dari senyum yang ada di wajah Keira. Kedua tangannya yang ada di sisi tubuh segera dia masukkan ke dalam kantong celananya seraya memalingkan wajah ke arah lain. "Hmmm."
Keira masih tersenyum. Di sisi lain, Arlo terus memalingkan wajahnya tidak mau melihat Keira. Lalu dagu Arlo bergerak, menunjuk salah satu kasur di UKS kaku. "Duduk di sana."
Ketika Keira tidak kunjung duduk seperti yang diperintahkan, Arlo menoleh ke gadis itu lagi. "Kenapa?"
"Ya?"
Lima detik, Arlo terus menatap wajah Keira. Seperti sedang menimang sesuatu. Lalu tatapan matanya jatuh pada pipi memerah Keira yang terlihat sedikit membengkak. "Dipukul berapa kali?"
"Hanya sekali. Gak masalah, gak sakit."
Arlo langsung mencibir. "Gak sakit tapi sampai teriak dan nangis?" sindirnya.
Wajah Keira langsung merona ketika Arlo menyindirnya secara terang-terangan. Dia langsung menunduk, malu karena sudah ketahuan menangis oleh laki-laki yang dianggapnya asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...