Dua Puluh

1K 56 0
                                    

Silakan mendengarkan lagu di atas saag membaca chapter ini. Makasih banyak. :) 🤍

Ketika mendapati Keira sedang menuruni anak tangga, Eric yang kala itu sedang tiduran di sofa langsung menegakkan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika mendapati Keira sedang menuruni anak tangga, Eric yang kala itu sedang tiduran di sofa langsung menegakkan tubuhnya. Dengan kesadaran penuh, dia menggeser tubuhnya ke samping, memberi kode pada Keira untuk duduk di sampingnya.

"Ngapain, Kei?" tanya Eric dengan mata yang fokus pada televisi di depan.

Dari ujung matanya, Eric bisa melihat kalau Keira sedang mengambil satu kotak susu cokelat dari dalam kulkas. Lalu, ketika Keira berjalan ke arahnya, laki-laki itu langsung bersikap tidak peduli dan memfokuskan perhatiannya lagi pada layar televisi. Keira melirik jam di dinding. "Kok belum pulang ya?" tanyanya sembari duduk di sebelah Eric, ikut menonton televisi di depan.

Eric langsung menggeser tubuhnya untuk semakin dekat dengan gadis itu. Dia juga melirik jam di dinding. Jam sepuluh malam. "Paling sebentar lagi. Kenapa? Kamu nyesel gak ikut?"

Keira menggelengkan kepalanya. "Kan aku udah bilang tadi, kalau aku punya banyak tugas yang harus dikerjain."

Eric mengangguk-angguk. Lantas keduanya langsung terdiam ketika tidak ada percakapan yang harus dikeluarkan.

Eric mennonton televisi dalam diam. Begitu juga dengan Keira. Lalu ketika suara tubuh yang terjatuh tiba-tiba terdengar, Eric langsung menoleh ke samping. Matanya sedikit membulat saat mendapati Keira tertidur dengan posisi setengah terlentang ke samping.

"Kei....?" panggil Eric sepelan mungkin.

Ketika tidak ada suara, laki-laki itu sontak sedikit beranjak. Dengan jantung yang sudah berpacu kencang, Eric berusaha untuk memgembalikan tubuh Keira agar terduduk lagi di tempatnya. Dan ketika selesai, dia ikut duduk kembali di sebelah Keira.

Eric menoleh ke Keira yang masih memejamkan kedua mata. Senyum tipis terpatri di wajahnya ketika menatap wajah cantik Keira yang semakin terlihat cantik saat gadis itu sedang memejamkan matanya penuh kedamaian. Diam-diam, tangannya terangkat, menggerakkan kepala Keira untuk tertidur di bahunya.

Eric langsung tersenyum ketika pergerakan tangannya tidak mengganggu tidur Keira. Laki-laki itu menghirup napas panjang. Berusaha untuk fokus kembali ke layar televisi yang masih menyala di depan.

Dan selama itu juga, jantungnya tidak kunjung berhenti berdetak kencang. Eric menoleh ke Keira lagi yang masih tertidur. Entah setan apa yang merasukinya kala itu, tapi, Eric tiba-tiba mendekatkan diri, lalu mengecup pipi kanan Keira cepat.

Semburat merah langsung terpatri begitu saja di wajahnya saat kecupan singkat itu dia berikan di pipi lembut Keira. Eric langsung menoleh ke depan, berusaha untuk meredam debar jantungnya yang semakin tak kunjung berhenti berdebar kencang. Lalu tangannya tiba-tiba merentang, menyampir di bahu Keira, memeluk gadis itu dari samping. Dehamannya terdengar pelan sekali, nyaris tak terdengar, berusaha untuk tidak membuat Keira terbangun tapi juga sekaligus sebuah usaha agar jantungnya tak lagi berpacu bagai sedang mengikuti lomba maraton.

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang