Jangan lupa mendengarkan lagu di atas sembari membaca chapter ini. Makasih banyak. :)
"Sebenarnya, dulu waktu kami masih muda kami pernah mempunyai niat untuk menjodohkan kalian." Keira dan Eric secara bersamaan menghentikan aktivitas mereka di meja makan sembari menatap Maria dan Ferdi dengan tatapan tidak mengerti.
"Ma, Aku bisa mencari jodoh aku sendiri." Keira memilih untuk diam di tempat dan tidak bersuara karena dia tahu kalau dia tidak berhak untuk menyetujui atau menolak. Dia hanya menumpang di rumah ini. "Mama tau kan kalau selama ini, aku hanya mencintai Gladys?"
"Iya, tapi Ric, ini semua demi kebaikan kamu dan Keira. Mama tau kalau kalian bisa saling mencintai nanti waktu sudah menikah."
"Ma!" Eric meletakkan sendoknya dengan kasar hingga menimbulkan suara dentingan yang keras. "Bisa berhenti mengatur hidup aku? Aku udah dewasa, aku bisa menentukan mana yang harus aku lakukan atau tidak. Demi kebaikan? Demi kebaikan apa maksud Mama?"
"Eric, mama kamu benar. Dulu mama dan papa juga menikah karena perjodohan. Dan apa akhirnya? Kita berdua saling mencintai. Kakek dan nenek kamu dulu juga menikah melalui perjodohan, Ric." Ferdi ikut membantu istrinya bersuara demi memenangkan hati putranya.
Tetapi pria berusia dua puluh lima itu malah mendengus dan melirik Keira yang hanya diam sedari tadi. "Aku tetap gak mau."
"Kalau Keira gimana, sayang? Kamu mau kan?" Keira yang merasa terpanggil langsung mendongakkan wajah dan menatap Ferdi, Maria, dan Eric secara bergantian.
Dia hanya tersenyum kikuk lalu menunduk lagi. "Keira terserah Eric aja," jawabnya pendek.
"Eric, kamu tau sendiri kalau kita sudah kenal Keira lebih dari sepuluh tahun. Keira ini wanita baik-baik lho, Ric. Di zaman sekarang mana bisa kamu menemukan wanita sebaik Keira? Lembut, sopan, pintar, tidak neko-neko. Kamu harusnya beruntung sayang bisa menikah dengan wanita seperti Keira."
Eric mendengus kasar lalu dia segera beranjak dari meja makan. "Sekali gak mau, ya tetap terus gak mau, Ma!"
...
Ketika makan malam sudah berakhir, Keira hendak kembali ke dalam kamarnya. Tapi dia terkejut ketika mendapati keberadaan Eric yang sedang berdiri sambil bersedekap di balik tembok. Pria itu terlihat seperti sedang menunggunya.
Seperti biasa, kedua mata itu menatap Keira dengan dingin. "Kamu setuju dengan perjodohan itu?" tanyanya dengan kedua mata yang menghunus manik Keira tajam.
"Aku tidak menyetujuinya, dan tidak juga menolaknya, Ric. Semuanya tergantung pada kamu. Kalau kamu tidak mau ya sudah," jawabnya menjelaskan. Padahal hatinya akan kecewa kalau pria itu menolak perjodohan ini. Ini adalah satu-satunya kesempatan yang dia miliki untuk bisa memiliki pria itu. Walau Eric mungkin tidak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...