Lima Belas

964 53 6
                                    

Ketika Keira sampai di rumah, hal pertama yang didapatinya kala itu adalah Amanda dan Maria menyambutnya dengan antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Keira sampai di rumah, hal pertama yang didapatinya kala itu adalah Amanda dan Maria menyambutnya dengan antusias. Pasangan ibu anak itu mengapit lengan kanan kirinya sembari terus menatapnya dengan mata berbinar. "Gimana-gimana? Gimana sekolah baru, nyaman?" tanya Maria dengan ceria.

"Lo gak diganggu sama sekali kan Kei di sana?" Kini berganti Amanda yang bertanya.

Keira memberikan senyum manisnya pada Amanda dan Maria kemudian gadis itu menganggukkan kepalanya dan setelahnya menggeleng. "Nyaman, dan gak ada yang ganggu," jawabnya dengan senyum yang sangat manis. Dua detik kemudian, Keira menyapukan pandangannya ke seluruh sudut rumah.

Mengerti dengan sikap Keira, Maria mengusap lengan Keira lembut. "Eric ada di kamarnya. Baru aja pulang." Kepala Keira langsung berhenti bergerak. Gadis itu menoleh ke Maria yang sedang tersenyum, lalu kedua matanya mengerjap dua kali.

"Ah, begitu...." gumam gadis itu pelan dengan wajah yang sudah memerah, malu karena sudah tertangkap basah.

"Kei, jadi lo masuk kelas berapa? Wali kelasnya siapa? Terus, kakak tatib nya gimana tadi? Lo tau ya. Beuhh, dulu zaman MOS gueㅡ"

"Naik ke atas ya, Kei. Mandi, terus makan. Capek banget kan pasti hari pertama sekolah?" Maria menyentuh pundak Keira, mengarahkan gadis itu untuk segera pergi dari ruang tamu. Sebagai Ibu, tentu saja Maria tahu kalau Amanda tidak akan berhenti mengajak Keira berbicara sampai puas dan Keira sendiri juga pasti tidak akan menolak.

"Eh...." celetuk Keira tapi Maria sudah terlanjur mendorongnya untuk pergi. "Nanti ngobrolnya kita lanjutin setelah makan malam aja ya Kak," ujar gadis itu sembari menoleh ke Amanda dan memberikan senyum tidak enaknya.

Amanda mengangguk. Dan Keira langsung naik ke atas menuju kamarnya sendiri. Ketika berjalan di lorong, Eric tiba-tiba keluar dari balik pintu kamarnya.

Keira reflek berhenti berjalan. Begitu juga dengan Eric. Setelah menutup pintunya, laki-laki itu terlihat sedikit terkejut ketika mendapati kehadiran Keira di depannya.

"...." Kedua mata bulat Keira terus menatap Eric, menunggu laki-laki itu segera berbicara kepadanya, atau mengajaknya mengobrol sebagaimana Amanda melakukannya kepadanya tadi.

Selama itu pula, tangannya berpindah mencengkeram tas ranselnya erat-erat. Satu menit. Dua menit. Eric tetap terdiam. Setia di posisi yang sama. Sama sekali tidak mengajaknya bicara. Entah mengapa. Tapi, dengan posisi diam-diaman seperti ini, membuat jantung Keira tiba-tiba berdegup kencang.

Gadis itu diam-diam menelan air liurnya. "Hai...." sapanya akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka.

Eric tidak merespon. Tapi laki-laki itu kini sudah berjalan ke arahnya. Selama itu, kedua mata mereka terus saling beradu. Keira tidak melepaskan pandangannya sedikit pun dari Eric. Begitu juga dengan Eric. Hingga akhirnya ketika mereka berpaspas-an, dengan gugup, Keira mengangkat tangannya ke atas. "Gimana MOSㅡ"

The Day We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang