Happy reading💚
---
Rey memasuki kelas yang sangat gaduh itu, ia melempar tasnya sembarangan di atas meja membuat Diyo yang sedang menelungkupkan kepalanya di meja sebelah mendongak.
"Ck, gabisa pelan-pelan apa?" tanya Diyo kesal karena Rey telah membangunkannya.
"Lu gatau diri banget gila." Rey mendudukkan dirinya di atas meja dan memiting leher Diyo yang telah membawa kabur motornya hari ini dan membiarkannya berjalan sendirian.
"Akhhhh, anjir, lo mau bunuh temen sendiri??!" Diyo berusaha melepas lengan Rey dari lehernya.
"Bunuh temen sendiri keknya ide yang bagus. Hidup gue bakal lebih tentram kalo lo mati," dengus Rey.
"Gila ni orang, kenapa lagi lo sekarang hah?" ucap Diyo disela napasnya yang tersenggal.
Rey melepas jepitannya di leher Diyo dan menatap garang sahabatnya itu. "Bisa-bisanya lo nanya kaya gitu? Jelas-jelas lo bawa kabur motor gua, dan sekarang nanya tanpa wajah berdosa kek gitu?"
Diyo terkekeh. Bukan hal biasa ia melakukan yang seperti itu, terkadang sebaliknya Rey yang meninggalkannya dan ia terpaksa berjalan atau naik kendaraan umum. Ya walaupun sebenarnya motor itu milik Rey.
"Tadi gue nunggu lo di halte dekat rumah, lo nya lama. Makanya kalo mandi jangan kaya perawan, bisa habis sejam."
Baru saja Rey ingin melakukan kekerasan kedua terhadap Diyo, tapi cowok itu langsung mengelak.
"Ga usah marah-marah, lo ga cocok. Udah sana, gue mau lanjut tidur." Diyo mendorong Rey dari mejanya.
"Nyesel gue ngajak lo tinggal di rumah gue," curcol Rey sembarangan.
Diyo menghiraukannya dan memilih melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu sebelum dosen datang, tadi malam ia sempat begadang karena bermain game, jadi waktu senggang yang ada ia gunakan untuk tidur di kelas.
---
"Cukup sampai di sini kelas hari ini, jangan lupa dengan tugas yang saya berikan waktunya hanya tiga hari yang tidak mengumpulkan tidak saya beri waktu tambahan, dan jika ada satu saja tugas dari saya yang tidak kalian lengkapi, maka tidak bisa mengikuti Ujian Tengah Semester. Paham?"
"Paham bu," ucap semuanya serentak.
"Baik, kelas akan saya bubarkan."
Dosen tersebut meninggalkan kelas diikuti dengan mahasiswa lain yang mulai bubar.
"Yora!" panggil seseorang.
Yora menoleh, orang yang memanggilnya adalah teman sekelasnya yang Yora ketahui namanya adalah Dilla.
"Tadi pagi aku lihat kamu," ujarnya.
"Ahhh, yang tadi pagi," gumam Yora.
"Yang aku tau kak Alez itu emang suka seenaknya. Jadi, kamu harus hati-hati sama dia. Jangan sampe berurusan lagi."
Yora mengangguk paham, dia juga sangat enggan jika harus berurusan kembali dengan orang seperti itu. Bahkan, jika bisa ia tidak ingin melihat wajahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya